Universitas Sumatera Utara BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang memegang peranan penting terutama dalam proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lain.
Komunikasi berkembang seiring dengan peradaban manusia, dan turut mendorong perkembangan dunia sampai saat ini. Salah satu bentuk komunikasi yang sangat
berpengaruh dalam proses perkembangan dunia adalah komunikasi massa.Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan
saluran media dalam menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal yang berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh terpencar dan
sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu Ardianto, 2004:3.
Penyampaian informasi yang berupa peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya kepada khalayak yang bersifat massal
memerlukan sebuah media. Media yang dapat mengakomodir semua itu adalah media massa.Media massa adalah sarana untuk menyalurkan pesan oleh seseorang
atau sekelompok orang kepada sejumlah orang banyak yang terpencar-pencar dan heterogen. Media massa dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yakni: media
cetak surat kabar, majalah, media elektronik televisi, radio, dan media Online internet Mondry, 2008:12.
Televisi sebagai salah satu media elektronik, memiliki kelebihan dalam menyampaikan pesan dibanding dengan media massa lainnya, yaitu bersifat audio
visual sehingga membuat informasi yang disampaikan lebih menarik, menyenangkan dan komunikan lebih mudah dalam menerima suatu pesan.Televisi
menyajikan pesan yang beraneka ragam dan mempunyai beberapa fungsi yaitusebagai pengawasan situasi masyarakat dan dunia, menghubungkan satu
1
Universitas Sumatera Utara
dengan yang lain, menyalurkan kebudayaan, hiburan atau entertainment, pengerahan masyarakat untuk bertindak secara darurat Hofmann, 1999:54.
Salah satu program informasi yang banyak disajikan media khususnya televisi adalah program berita kriminalitas. Hal ini disebabkan program berita
kriminal menyangkut keselamatan manusia. Program berita kriminal yang ditayangkan televisi bertujuan untuk memberikan peringatan, mengungkap modus
kejahatan, sekaligus mencerdaskan pemirsanya agar dapat berhati-hati dalam mengambil keputusanMuda, 2003:36.Program berita kriminal ini disajikan
kepada pemirsa di rumah dengan kemasan dan penyampaian yang berbeda-beda sesuai dengan ciri khasnya masing-masing. Berita kriminal awalnya hanya
menjadi salah satu kemasan berita yang diselipkan dalam sebuah rangkaian program berita. Namun seiring perkembangannya, beberapa stasiun televisi
merasa perlu untuk menyediakan porsi tersendiri untuk menayangkan berita-berita kriminal yang disebut dengan Investigative Reports laporan penyidikan.
Harian Indonesia Raya 1949-1958 dan 1968-1974 merupakan tipikal awal penerbitan pers yang mengarahkan beritanya dalam bentuk investigatif.
Sebuah peliputan investigatif yang fenomenal dilakukan oleh harian ini mengenai skandal korupsi yang terjadi di Pertamina dan Badan Logistik 1969-1972
Santana, 2003: 9 Pada awalnya laporan investigasi memaparkan data dengan diperkuat
bukti berupa foto lalu dianalisis oleh seorang jurnalis secara mendalam dalam sebuah surat kabar atau majalah. Namun, kemunculan media-media baru dalam
pemberitaan membuat jurnalis memodifikasi laporan investigasi yang ada. Penonton saat ini dapat menyaksikan sebuah laporan investigasi lengkap beserta
gambar bergerak dan suara video dan audio. Hal tersebut tentunya memenuhi rasa ingin tahu penonton secara detail sebuah kejadian. Bukti-bukti video dan
audio tersebut membuat penonton lebih percaya sekalipun sebenarnya masih bisa direkayasa.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mencher dalam Santana, 2003:100-101 dorongan jurnalis untuk melakukan liputan muncul dari adanya motivasi moral: the desire to correctan
injustice, to right a wrong, dan persuade the public alter the situation. Liputan selalu berawal dari temuan-temuan jurnalis mengenai situasi yang buruk, salah,
dan memerlukan perubahan. Artinya liputan investigasi selalu didorong oleh motivasi moral untuk mengoreksi adanya pelanggaran keadilan di masyarakat dan
memengaruhi masyarakat dengan menunjukkan dimana letak kesalahannya. Bill Kovach dan Tom Rosenstiel 2006: 38 merumuskan sembilan elemen
jurnalisme yang banyak dianut oleh jurnalisme di dunia. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran. Kebenaran adalah keutamaan bagi seorang
jurnalis, karena penonton membutuhkan keakuratan informasi dan data. Rasa ingin tahu yang besar dari penonton membuat jurnalis harus melakukan
penggalian informasi yang mendalam untuk mengungkap sebuah kasus demi memuaskan rasa ingin tahu tersebut. Liputan investigasi adalah aktivitas
jurnalistik. Oleh sebab itu, kewajiban memenuhi kepentingan publik yang menjadi kewajiban dasar jurnalistik juga harus dipenuhi.
Prinsip utama yang digunakan sebagai metode mencari kebenaran jurnalistik dalam praktik jurnalisme adalah verifikasi. Verifikasi merupakan
metode untuk memisahkan mana yang fakta dan mana yang fiksi. Cara untuk membedakan mana yang fakta dan mana yang gosip, rumor, desas-desus, maupun
opini. Bedakan. Elemen ini juga menjadi dasar bagi setiap wartawan yang baik, terlebih lagi bagi wartawan yang melakukan investigasi Bintang, 2010:53.
Secara umum, tahap verifikasi dalam jurnalisme investigasi dibagi dua tahapan besar. Pertama adalah pencarian bukti-bukti fisik material trail. Contoh
penjejakan materi, misal gambar foto, video, citra satelit internet, rekaman suara, maupun hasil uji laboratorium DNA, senyawa kimia berbahaya, sidik jari, dan
sebagainya. Bisa juga dalam bentuk dokumen atau arsip, seperti surat keputusan, Berita Acara Pemeriksaan BAP, notulen rapat, hasil visum, nota kontrak, bukti
transfer, laporan keuangan, dan sebagainya.Kedua adalah tahap mencari kesaksian
Universitas Sumatera Utara
atau testimoni. Selain kelengkapan bukti-bukti fisik berupa materi dan dokumen- dokumen, wartawan investigasi mesti melengkapi penelusurannya dengan
wawancara sumber-sumber kunci, orang-orang terlibat atau dianggap mengetahui detil dan kronologi kasus yang tengah ditelusuri. Misal, pelaku, saksi dan
pemangku kepentingan stakeholder Bintang, 2010:53-54. Dandhy Dwi Laksono 2010 menyebut ada empat sumber yang biasa
ditemui dan diwawancara dalam jurnalisme investigasi. Pertama adalah sumber petunjuk atau penuntun, yaitu bisa seorang pembuka fakta whistleblower, atau
orang dalam insider mengetahui kasus kejahatan. Kedua adalah sumber utama primary source, yaitu pelaku, saksi korban, saksi kejadian atau peristiwa. Ketiga
adalah sumber sekunder secondary source, yaitu informan, pemberi informasi background, sumber-sumber resmi, seperti dari pejabat humas, dan keempat
adalah sumber ahli atau pakar. Sumber ahli atau pakar ialah sumber yang mampu dan membantu menjelaskan atau memberi pemahaman teknis untuk bidang
tertentu dalam sebuah kasus, seperti dokter spesialis, peneliti, pakar hukum, akademisis, dan sebagainya Bintang, 2010:60.
Reportase investigasi adalah pelaporan yang bermula dengan kecurigaan. Kecurigaan atau sikap skeptis ini bukan tanpa dasar, melainkan semacam
professional scepticism yang diikuti dengan verifikasi. Dikikuti upaya penelusuran dan pembuktian atas kecurigaan itu dengan tujuan meluruskan
persoalan. Sedang ujung dari reportase investigasi ini adalah tudingan. Bisa tudingan terhadap seseorang, sekelompok individu sebagai aktor yang paling
bertanggung jawab atas pelanggaran dan kejahatan yang melawan hukum. Sehinga persoalan bisa diluruskan, dan hukum mesti ditegakkan. Singkat kata,
liputan investigasi merupakan reportase yang menekankan unsur Whatdan Who. Menelusuri apa kejahatan atau pelanggaran hukumnya. Membeber apa saja bukti-
bukti pelanggarannya. Dan, mengungkap siapa saja akator atau pelaku utamanya Bintang, 2010:12.
Universitas Sumatera Utara
“Reportase Investigasi” TRANS TV adalah salah satu programberita kriminalitas yang berusaha menggambarkan karakter liputan investigasi.Reportase
Investigasi mengungkap suatu kasus penyimpangan, dari pelakunya langsung. Topik yang dipilih adalah yang menjadi kepentingan masyarakat. Misalnya.
Tentang bakso yang mengandung boraks, kosmetika yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan www.transtv.co.idindex.phpprogramsview300.
“Reportase Investigasi”mengangkat topik yang dekat dengan masyarakat seperti tindakan penipuan terhadap konsumen, penggunaan bahan berbahaya, hingga
praktek kecurangan di masyarakat. Hal ini tentunya menarik perhatian tersendiri bagi penontonnya.
Berdasarkan dari pengamatan peneliti, topik yang sering ditayangkan oleh “Reportase Investigasi” adalah kasus penipuan dan manipulasi terhadap makanan.
Contohnya pada tayangan “Reportase Investigasi” episode “Otak-Otak Ikan Busuk”. Tim “Reportase Investigasi” melihat adanya gerak-gerik oknum
pedagang otak-otak ikan yang memanfaatkan moment ramadhan untuk meraup keuntungan. Dalam penelusurannya, tim “Reportase Investigasi” menemukan
adanya praktik penggunaan bahan pengawet seperti boraksdalam proses pembuatan otak-otak ikan. Boraks adalah suatu senyawa yang berbentuk kristal,
warna putih, tidak berbau, larut dalam air dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Efeknya pada tubuh manusia bila dikonsumsi adalah dapat menyebabkan
mual, muntah darah, gangguan pada ginjal dan lambung. Dalam praktiknya di lapangan, pelaku menggunakan ikan tidak segar dan bahkan sudah busuk untuk
menurunkan biaya produksi. Sedangkan untuk menyamarkan bau dan rasanya maka oknum tersebut menggunakan zat berbahaya yaitu boraks.
Tim “Reportase Investigasi” lalu berusaha melanjutkan penelusurannya, dengan mengikuti aktivitas dan berinteraksi langsung dengan oknum penjual otak-
otak ikan tersebut. Dengan menyamarkan sosok dan suara oknum, tim berusaha menguak bagaimana proses produksi berjalan. Lalu setelah mendapatkan hasilnya,
tim “Reportase Investigasi” menampilkan solusi dengan menampilkan seorang
Universitas Sumatera Utara
chef restoran yang akan menjelaskan bagaimana memilih antara otak-otak ikan yang baik dan otak-otak ikan yang mengandung bahan pengawet berbahaya.
“Reportase Investigasi” hadir sebagai sebuah produk jurnalisme investigasi yang mengandalkan penelusuran langsung mulai dari pra produksi
sampai pasca produksi yang dilakukan oleh oknum yang mengaku pedagang. Oknum inilah sebagai narasumber utamanya. Senjata andalan “Reportase
Investigasi” yang cukup dikenal masyarakat adalah investigasi langsung dan hasil uji laboratorium. Senjata andalan ini yang seringkali mendapat tanggapan positif
dari masyarakat. Namun, permasalahan dari narasumber“Reportase Investigasi” adalah
tidak tersedianya cukup informasi yang bisa membuat penonton yakin, bahwa narasumber dalam liputan itu benar-benar kredibel. Nama, wajah dan suara
narasumber utama “Reportase Investigasi” selalu disamarkan sehingga kredibilitasnya tidak bisa diverifikasi.Verifikasi adalah satu-satunya cara untuk
membuktikan apakah hipotesis yang sudah dibangun seorang wartawan investigasi benar atau salah Bintang, 2010:53.
Peneliti memilih program acara “Reportase Investigasi” di Trans TV karena program tersebut pertama kali di Indonesia yang mengangkat topik
penipuan dan manipulasi terhadap makanan secara mendalam. Program ini juga pernah masuk nominasi dalam penghargaan KPI awards 2010 Gautama, 2011.
“Reportase Investigasi” awalnya merupakan salah satu segmen dalam tayangan berita Reportase Trans TV. Namun seiring dengan perkembangan minat
penontonnya, maka segmen kemudian dikembangkan menjadi program mandiri yang ditayangkan dua kali seminggu setiap Sabtu dan Minggu pukul 16.00 WIB
selama 30 menit. Berdasarkan dari tayangan “Reportase Investigasi” Trans TV, banyak
oknum yang rela menipu orang lain demi mendapatkan keuntungan. Biasanya target sasaran para pelaku tersebut adalah ibu rumah tangga yang umumnya
menjadi pengatur kelangsungan hidup bagi keluarganya.Ibu rumah tangga juga
Universitas Sumatera Utara
umumnya banyak menghabiskan waktunya di rumah dan biasanya waktu senggang mereka dihabiskan dengan menyaksikan acara televisi sebagai sarana
hiburan di rumah. Oleh sebab itu, ibu rumah tangga akan lebih perduli dengan isi pesan dalam tayangan “Reportase Investigasi”. Rasa kepedulian yang tinggi dan
kerentanan terhadap kejahatan dan penipuan dapat mempengaruhi sikap. Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif,
komponen afektif, dan komponen konatif Azwar, 2000:23. Menurut data Nielsen Newsletter 2011:2 dari sisi konsumsi televisi,
perempuan yang menonton televisi lebih banyak daripada laki-laki. Secara umum, para perempuan menonton televisi selama rata-rata 3 jam per hari. Setengah dari
populasi perempuan menghabiskan rata-rata 3 sampai 6 jam per hari untuk menonton televisi di hari kerja dan hampir 30 menonton televisi lebih lama,
yaitu lebih dari 6 jam per hari di hari minggu. Sebagai penonton televisi terbanyak, ibu rumah tangga menonton televisi paling lama yaitu rata-rata 3 jam
47 menit per hari, disusul kemudian oleh perempuan bekerja dan remaja yaitu hampir 3 jam per hari.
James 1968 mengatakan bahwa perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan daripada laki-laki. Perempuan juga lebih cemas,
kurang sabar, dan mudah mengeluarkan air mata. Lebih jauh lagi, dalam berbagai studi kecemasan secara umum, menyatakan bahwa perempuan lebih cemas
daripada laki-laki. Morris 1983 menyatakan bahwa perempuan memiliki skor yang lebih tinggi pada pengukuran ketakutan dalam situasi sosial dibanding laki-
laki Trismiati, 2004:6.Kecemasan merupakan respon subyektif individu terhadap situasi, ancaman, atau stimulus eksternal.Jadi kecemasan merupakan
bagian dari sikap afektif Azwar, 2000:24.
Kemudian menurut Azwar 2000:5, institusilembaga pendidikan dan agama berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, menentukan sistem kepercayaan seseorang sehingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Kelurahan BesarKecamatan
Universitas Sumatera Utara
Medan Labuhan karena berdasarkan data bahwa sebagian besar masyarakatnya berpendidikan rendah sehingga memiliki tingkat pengetahuan dan pemahaman
yang kurang baik.Dengan demikian, peneliti memilih Ibu rumah tangga di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan sebagai populasi
penelitian. Alasan peneliti memilih Lingkungan IV adalah karena masyarakat di lingkungan ini merupakan lingkungan dengan jumlah Kepala Keluarga terbanyak
di Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
sejauhmanaterpaan “Reportase Investigasi”Trans TV terhadap tingkat kecemasan Ibu rumah tangga di Lingkungan IV Kelurahan Besar Kecamatan Medan
Labuhan.
1.2 Perumusan Masalah