commit to user 12
dari cahaya, sambil berulang –ulang diaduk, sari atau maserat diserkai, ampas
diperas lalu ampas dicuci dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian Anonim, 1986; Ansel, 1989; Voight, 1994. Keuntungan maserasi adalah
cara kerja dan peralatan yang digunakan relatif sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan kerugian maserasi adalah pengerjaanya lama dan penyariannya kurang
sempurna Anonim, 1986.
3. Cream krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai mengandung air tidak kurang dari 60. Krim ada dua tipe yakni krim tipe MA dan tipe AM. Krim yang dapat dicuci dengan air MA, ditujukan
untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vagina Syamsuni, 2006.
Stabilitas krim rusak, jika terganggu sistem pencampurannya terutama disebabkan perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan
salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat
dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok harus dilakukan dengan teknik aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan
Anonim, 1979.
Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa
surfaktan-surfaktan anionik, kationik dan nonionik. Untuk krim tipe AM
digunakan: Sabun polivalen, Span, Adeps Lanae, Cholesterol, Cera. Untuk krim
commit to user 13
tipe MA digunakan: Sabun monovalen seperti TEA, Natrium Stearat, Kalium Stearat, Ammonium Stearat, Tween, Natrium Lauryl Sulfat, kuning telur,
Gelatinum, Caseinum, CMC, Pectinum, Emulgidum. Untuk penstabil krim ditambah zat anti oksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering digunakan
ialah Nipagin 0,12-0,18, Nipasol 0,02-0,05 Anief, 2000. Cara pembuatan krim: bagian lemak dilebur di atas tangas air kemudian tambahkan
bagian airnya dengan zat pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran
berbentuk krim Syamsuni, 2006. 4.
Uji sifat fisis krim
Uji sifat fisik krim antara lain: a.
Uji homogenitas krim Sediaan diuji homogenitasnya dengan mengoleskan pada sekeping kaca
atau bahan transparan yang cocok. Diamati sediaan menunjukan susunan yang homogen. Cara diatas diulangi masing-masing 3 kali Anonim, 1974.
b. Daya sebar
Dilakukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran krim pada kulit yang sedang diobati dan untuk mengetahui kelunakan dari sediaan tersebut untuk
dioleskan pada kulit. Caranya yaitu krim dengan berat 0,5 g diletakkan di tengah- tengah kaca bulat, ditutup dengan kaca lain yang telah ditimbang beratnya dan
dibiarkan selama 1 menit kemudian diukur diameter sebar krim. Setelah itu ditambahkan beban 50 g dan dibiarkan 1 menit kemudian diukur diameter
sebarnya. Penambahan beban seberat 50 g setelah 1 menit dilakukan secara terus-
commit to user 14
menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar krim Marchaban, 1993.
c. Daya lekat
Pengujian tehadap daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim melekat pada kulit. Uji daya lekat dilakukan dengan cara kerja sebagai
berikut krim dengan berat 500 mg diletakkan di atas dua gelas objek yang telah ditentukan kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 1 menit. Setelah itu gelas
objek dipasang pada alat tes. Alat tes diberi beban 1 g, 2 g, 5 g, 10 g, dan 20 g. Kemudian dicatat waktu pelepasan krim dari gelas objek Marchaban, 1993.
d. Uji pH krim
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter, dengan cara melarutkan sediaan krim 1 gram dengan aquades, dicampur hingga homogen,
kemudian bagian katoda pada pH meter dicelupkan ke dalam larutan krim, dan selanjutnya dilihat nilai pH yang terukur pada layar hingga diperoleh angka yang
stabil. Pengamatan dilakukan setiap minggu hingga 56 hari 8 minggu penyimpanan Gozali dkk., 2009.
e. Pengukuran stabilitas emulsi krim
Stabilitas atau kestabilan suatu emulsi merupakan salah satu karakter terpenting dan mempunyai pengaruh besar terhadap mutu produk emulsi.
Stabilitas emulsi akan berpengaruh terhadap daya simpan sistem emulsi tersebut. Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan dan memiliki konsistensi yang
tetap Suryani et. al., 2002.
commit to user 15
Stabilitas emulsi dilakukan dengan cara : 5 g bahan krim yang sudah ditimbang dimasukkan pada wadah. Wadah dan bahan tersebut dimasukkan dalam
oven dengan suhu 45°C selama 1 jam kemudian dimasukkan dalam pendingin bersuhu dibawah 0°C selama 1 jam, lalu dipanaskan dalam oven dengan suhu
45°C dan dibiarkan sampai beratnya konstan. Stabilitas emulsi dapat dihitung berdasarkan rumus berikut:
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan kerangka pemikiran
bobot fase yang tersisa Bobot total bahan emulsi
X 100 SE =
Ekstrak rimpang temu kunci dalam konsentrasi 10 memiliki daya
antijamur lebih baik daripada ketokonazol 2 dalam menghambat
pertumbuhan jamur Candida albicans
Ekstrak rimpang temu kunci belum pernah dibuat dalam sediaan krim.
Krim yang cocok untuk kulit adalah krim tipe MA
Oleh karena itu maka dibuatlah krim tipe MA ekstrak rimpang temu kunci dengan
konsentrasi ekstrak temu kunci 10 dengan 3 perbandingan formulasi yang
berbeda antara fase minyak dan fase air dan dicari formula yang paling baik sifat
fisisnya.
commit to user 16
C. HIPOTESIS
1. Perbandingan dalam tiga formulasi sediaan krim diduga tidak berpengaruh
dalam hal sifat fisiknya meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH, dan uji stabilitas emulsi krim.
2. Diduga tidak terdapat perbedaan stabilitas dalam mempertahankan semua
sifat fisiknya meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH, dan uji stabilitas emulsi krim.
commit to user
17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. ALAT DAN BAHAN
Peralatan dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1.
Alat a.
Alat untuk membuat simplisia : pisau, telenan, oven b.
Alat untuk membuat ekstrak dengan metode maserasi: neraca analitik, kertas saring, rotary evaporator Quickfit
®
dan alat-alat gelas Pyrex
®
. c.
Alat untuk membuat krim : neraca digital, kertas perkamen, mortir, stamper, cawan porselen, water bath, dan alat-alat gelas Pyrex
®
. d.
Alat untuk menguji daya fisis krim antara lain: kertas perkamen, neraca digital, gelas obyek, gelas beaker 50 mL Pyrex
®
, oven Memert
®
, lemari esfreezer Sharp
®
, alat uji daya lekat krim, alat uji daya sebar krim, anak timbang, dan pH meter Familynet
®
. 2.
Bahan a.
Bahan untuk pembuatan ekstrak : bahan utama untuk membuat ekstrak adalah rimpang temu kunci Boesenbergia panurata Roxb. Schelcht
yang berasal dari Karanganyar, Jawa Tengah. Rimpang yang diambil bebas dari hama, penyakit dan pengganggu lainnya. Kemudian
diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 96 melalui metode maserasi.
b. Bahan untuk membuat krim, dengan formula yang dapat dilihat pada
Tabel I.
commit to user 18
Tabel I. Formulasi krim
krim tipe MA Formulasi
I II
III fase minyak : fase air
40 : 60 35 : 65
30 : 70 Komposisi
Bobot ekstrak temu kunci
3,000 g 3,000 g
3,000 g fase
minyak Asam stearat
6,471 g 5,661 g
4,851 g Cera Alba
0,863 g 0,755 g
0,647 g vaselin album
3,451 g 3,019 g
2,587 g Nipasol
0,015 g 0,015 g
0,015 g Fase air
triethanolamin 0,450 g
0,450 g 0,450 g
Nipagin 0,045 g
0,045 g 0,045 g
Propilenglikol 1,709 g
1,856 g 2,003 g
Aquadest 13,996 g
15,199 g 16,402 g
Total 30,000 g
30,000 g 30,000 g
Perhitungan penimbangan bahan-bahan obat dalam Tabel I dapat dilihat pada Lampiran 2.
c. Bahan untuk uji daya fisik krim antara lain: krim temu kunci, dan
aquadest.
B. WAKTU dan TEMPAT PENELITIAN
1. Waktu Penelitian
Waktu dilakukan penelitian adalah dari bulan Agustus 2011 sampai Oktober 2011.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua laboratorium. Untuk ekstraksi, uji pH krim, uji stabilitas emulsi krim dilakukan di laboratorium MIPA pusat Sublab. Biologi
Universitas Sebelas Maret Surakarta sedangkan untuk pembuatan dan uji sifat fisik meliputi uji daya sebar dan uji daya lekat dilakukan di laboratorium
Farmasetika Universitas Sebelas Maret Surakarta.