commit to user 3
mengetahui perbedaan antar formula terhadap sifat fisisnya sehingga dapat ditemukan formula yang paling baik dalam mempertahankan sifat fisisnya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan:
1. Bagaimanakah pengaruh perbandingan antar formula terhadap sifat fisisnya
yang meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar krim, uji daya lekat krim, uji pH dan uji stabilitas emulsi krim?
2. Formulasi manakah yang paling stabil dalam mempertahankan sifat fisisnya
meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar krim, uji daya lekat krim, uji pH dan uji stabilitas emulsi krim?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh perbandingan antar formulasi krim ekstrak temu kunci
Boesenbergia panurata Roxb. Schelcht terhadap sifat fisisnya meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar krim, uji daya lekat krim, uji pH
dan uji stabilitas emulsi krim. 2.
Mengetahui formulasi yang paling baik dalam mempertahankan sifat fisisnya meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar krim, uji daya lekat
krim, uji pH dan uji stabilitas emulsi krim.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dengan dibuat suatu sediaan krim maka dapat mempermudah penggunaannya
secara topikal pada kulit.
commit to user 4
2. Dengan dibuatnya penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
penelitian selanjutnya.
commit to user
5
BAB II LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tanaman Temu Kunci
a. Identitas Tanaman Temu kunci
Tanaman temu kunci dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae Divisi
: Spermatophyta Sub Divisi
: Angiospermae Kelass
: Monocotyledoneae Subkelas
: Zingiberidae Ordo
: Zingiberales Kelarga
: Zingiberaceae Genus
: Boesenbergia Spesies
: Boesenbergia pandurata Roxb. Syamsulhidayat dan Hutapea, 1991.
Tanaman temu kunci dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tanaman temu kunci Sutomo, 2011
commit to user 6
b. Kandungan kimia
Kandungan kimia dari rimpang temu kunci Boesenbergia panurata Roxb Schlecht antara lain minyak atsiri, amilum, damar, tanin, saponin,
flavonoid pinostrolerin, dan alpinetin. Komponen utama minyak atsiri terdiri dari monoterpen, sesquiterpen senyawa terpen, turunan fenilpropana antara lain:
geranial, neral, kamfora, zingiberen, d-pinen, kamfen, 1,8-sineol eukaliptol, d- borneol, geraniol, osimen, dimetoksi-42-propenil, miristin, linalil propanoat,
asam sinamat, kamfen hidrat, propenil guaikol, dihidrokarveol, linalool; etil- sinamat, etil-metoksi sinamat, panduratin A. - Asam kavisinat -flavonoid:
pinosembrin 2,3-dihidrokrisin, 2,6dihidroksi-4-metoksi kalkon, pinostrobin 5 hidroksi-7-metoksi flavanon, alpinetin, kardamomin, 2,4-dihidroksi-6-metoksi
kalkon, boesenbergin A, 5,7-dimetoksiflavon, 5,7,3′,4′tetrametoksiflavon,
kaemferol- 3,7,4′-trimetil eter, kuersetin-3,7,3′,4-tetrametil eter Indriana, 2006.
Komponen bioaktif pada rempah-rempah, khususnya dari golongan Zingiberaceae yang terbanyak adalah dari jenis flavonoid yang merupakan
golongan fenolik terbesar dan terpenoid. Pada golongan flavonoid dikenal golongan flavonol. Komponen flavonol yang banyak tersebar pada tanaman
misalnya yang terdapat pada Zingiberaceae adalah galangin, kaemferol, kuerstin dan mirisetin. Salah satu golongan flavonoid adalah kalkon. Kalkon adalah
komponen yang berwarna kuning terang. Komponen lainnya yang ditemukan adalah flavonon. Komponen flavonon dan dihidroflavonol dikenal sebagai
senyawa yang bersifat fungistatik dan fungisida yang terdapat pada tumbuhan Boesenbergia dari golongan Zingiberaceae adalah alpinetin Wallis, 1981.
commit to user 7
c. Khasiat Kegunaan
Dalam penggunaan di masyarakat, rimpang temu kunci sering digunakan Sebagai peluruh dahakuntuk menanggulangi batuk, analgetik dan antipiretik,
peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan, bumbu
masak, pemacu keluarnya air susu ibu AS1 Anonim, 1977. d.
Deskripsi tanaman temu kunci
Tanaman temu kunci Boesenbergia panurata Roxb Schlecht merupakan tumbuhan terna hingga 50 cm. Tanaman temu kunci Boesenbergia
panurata Roxb Schelcht merupakan rimpang kuning terang, bulat telur memanjang, sangat beraroma dan mempunyai akar kuat. Daun berjumlah 3 atau
4, dan pelepahnya berwarna merah. Tangkai daun panjangnya 7 –16 cm,
membentuk saluran, helai daun hijau pada kedua permukaan elips meruncing, licin dengan sedikit daun di dekat tulang utama daun bagian bawah, dasarnya
membulat. Bunganya wangi dan merupakan bunga majemuk terminal pada batang semu, muncul dari bagian dalam pelepah, agak duduk, dengan panjang 3
–7 cm, seludang bunga meruncing panjangnya 4
–5 cm. Kelopak bunga dengan lebar 1,5- 2cm, ujungnya membelah. Mahkota bunga tersusun membentuk tabung, dan
bercuping memanjang. Staminodia lateral merah muda pucat, dan Labellum putih atau merah muda dengan setrip ungu. Tangkai sari pendek, bercabang dua, dan
biasanya berbunga pada bulan Juli –Agustus Anonim, 1977.
e. Habitat
Tanaman temu kunci Boesenbergia panurata Roxb Schlecht tumbuh liar di Jawa terutama di hutan jati di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tanaman
commit to user 8
temu kunci Boesenbergia panurata Roxb Schlecht cocok tumbuh di tempat yang agak kenaungan dan tanah yang subur Anonim, 1977.
f. Perbanyakan
Tanaman temu kunci Boesenbergia panurata Roxb Schlecht banyak dibudidayakan di Indocina. Di Indonesia tanaman temu kunci Boesenbergia
panurata Roxb Schlect dibudidayakan dengan stek rimpang. Persyaratan tanah dan iklim menghendaki iklim panas dan lembab, tanah yang relatif subur, baik
pertukaran udara dn baik tata airnya. Pada tanah yang tidak baik tata airnya, seperti tanah yang sering tergenang oleh air atau becek, pertumbuhan tanaman
akan terganggu dan rimpangnya akan cepat membusuk. Jarak tanam, panjang 30 cm dan lebar 30 cm. Pemeliharaan tidak banyak. Panen dapat dilakukan pada
umur satu tahun Anonim, 1977.
g. Sinonim
Tanaman temu kunci Boesenbergia panurata Roxb Schlecht mempunyai nama yang berbeda-beda di setiap daerah dan negara. Nama temu
kunci di setiap daerah antara lain: Sumatra : Termukunci Melayu, tamu kunci Minangkabau
Jawa : temu kunci Sunda, kunci Jawa, temmo konce, konce Madura, koncih Kangean.
Bali : temu konci Nusa Tenggara : dumu kunci Bima
commit to user 9
Maluku : tumu kunci, tombu kunci Ambon, anipa wakang, uni nowo, uni rawu, Hila-alfuru, aruhu konci Haruku, sun Buru, rutu kakusi,
ene sitale Seram, tamputi Ternate Sulawesi : Tamukunci Makasar, temu konci Bugis
Anonim, 1977.
2. Proses Ekstraksi
Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula berada dalam tanaman ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif
larut dalam cairan hayati. Proses awal ekstraksi adalah pembuatan serbuk
simplisia kering penyerbukan. Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Setelah itu dilarutkan dalam
cairan pelarut Anonim, 1986.
Cairan pelarut yang digunakan adalah pelarut yang baik optimal untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa
tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan.
Dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung Anonim, 2000. Pemilihan pelarut
yang akan digunakan dalam ekstraksi juga berdasarkan daya larut zat aktif dan zat tidak aktif serta zat-zat yang tidak diinginkan Ansel, 1989.
Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut: a.
murah dan mudah diperoleh b.
stabil secara fisika dan kimia
commit to user 10
c. bereaksi netral
d. tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
e. selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki
f. tidak memengaruhi zat berkhasiat
g. diperbolehkan oleh peraturan Anonim, 1986.
Contoh cairan pelarut yang umum digunakan yaitu air dan etanol. a
Air Air dipertimbangkan sebagai penyari karena:
murah dan mudah diperoleh stabil
tidak mudah menguap dan tidak mudah tebakar tidak beracun
alamiah Sedangkan kerugiannya antara lain:
tidak selektif sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman serta cepat rusak
untuk pengeringan diperlukan waktu yang lama b
Etanol Etanol dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena:
lebih selektif kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20 ke atas
tidak beracun netral
commit to user 11
absorbsinya baik etanol dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan
panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Sedang kerugiann etanol adalah bahwa etanol mahal harganya Anonim, 1986.
Setelah dilarutkan dalam cairan penyari kemudian dilakukan proses ekstraksi. Salah satu metode yang digunakan dalam proses ekstraksi yaitu
maserasi. Maserasi berasal dari bahasa latin macerare, yang artinya merendam. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pangadukan pada temperatur ruangan atau kamar. Dalam proses maserasi, simplisia yang akan diekstraksi biasanya
ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar, bejana ditutup rapat dan isinya dikocok berulang-ulang. Maserasi biasanya dilakukan dalam waktu 3
hari sampai bahan-bahan yang melarut Ansel, 1989. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, dilakukan dengan
cara merendam bahan simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak
keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel Anonim, 1986.
Maserasi dapat juga dilakukan dengan mencampur 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana kemudian dituang
dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung
commit to user 12
dari cahaya, sambil berulang –ulang diaduk, sari atau maserat diserkai, ampas
diperas lalu ampas dicuci dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian Anonim, 1986; Ansel, 1989; Voight, 1994. Keuntungan maserasi adalah
cara kerja dan peralatan yang digunakan relatif sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan kerugian maserasi adalah pengerjaanya lama dan penyariannya kurang
sempurna Anonim, 1986.
3. Cream krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai mengandung air tidak kurang dari 60. Krim ada dua tipe yakni krim tipe MA dan tipe AM. Krim yang dapat dicuci dengan air MA, ditujukan
untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vagina Syamsuni, 2006.
Stabilitas krim rusak, jika terganggu sistem pencampurannya terutama disebabkan perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan
salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat
dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok harus dilakukan dengan teknik aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan
Anonim, 1979.
Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa
surfaktan-surfaktan anionik, kationik dan nonionik. Untuk krim tipe AM
digunakan: Sabun polivalen, Span, Adeps Lanae, Cholesterol, Cera. Untuk krim
commit to user 13
tipe MA digunakan: Sabun monovalen seperti TEA, Natrium Stearat, Kalium Stearat, Ammonium Stearat, Tween, Natrium Lauryl Sulfat, kuning telur,
Gelatinum, Caseinum, CMC, Pectinum, Emulgidum. Untuk penstabil krim ditambah zat anti oksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering digunakan
ialah Nipagin 0,12-0,18, Nipasol 0,02-0,05 Anief, 2000. Cara pembuatan krim: bagian lemak dilebur di atas tangas air kemudian tambahkan
bagian airnya dengan zat pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran
berbentuk krim Syamsuni, 2006. 4.
Uji sifat fisis krim
Uji sifat fisik krim antara lain: a.
Uji homogenitas krim Sediaan diuji homogenitasnya dengan mengoleskan pada sekeping kaca
atau bahan transparan yang cocok. Diamati sediaan menunjukan susunan yang homogen. Cara diatas diulangi masing-masing 3 kali Anonim, 1974.
b. Daya sebar
Dilakukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran krim pada kulit yang sedang diobati dan untuk mengetahui kelunakan dari sediaan tersebut untuk
dioleskan pada kulit. Caranya yaitu krim dengan berat 0,5 g diletakkan di tengah- tengah kaca bulat, ditutup dengan kaca lain yang telah ditimbang beratnya dan
dibiarkan selama 1 menit kemudian diukur diameter sebar krim. Setelah itu ditambahkan beban 50 g dan dibiarkan 1 menit kemudian diukur diameter
sebarnya. Penambahan beban seberat 50 g setelah 1 menit dilakukan secara terus-
commit to user 14
menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar krim Marchaban, 1993.
c. Daya lekat
Pengujian tehadap daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim melekat pada kulit. Uji daya lekat dilakukan dengan cara kerja sebagai
berikut krim dengan berat 500 mg diletakkan di atas dua gelas objek yang telah ditentukan kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 1 menit. Setelah itu gelas
objek dipasang pada alat tes. Alat tes diberi beban 1 g, 2 g, 5 g, 10 g, dan 20 g. Kemudian dicatat waktu pelepasan krim dari gelas objek Marchaban, 1993.
d. Uji pH krim
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter, dengan cara melarutkan sediaan krim 1 gram dengan aquades, dicampur hingga homogen,
kemudian bagian katoda pada pH meter dicelupkan ke dalam larutan krim, dan selanjutnya dilihat nilai pH yang terukur pada layar hingga diperoleh angka yang
stabil. Pengamatan dilakukan setiap minggu hingga 56 hari 8 minggu penyimpanan Gozali dkk., 2009.
e. Pengukuran stabilitas emulsi krim
Stabilitas atau kestabilan suatu emulsi merupakan salah satu karakter terpenting dan mempunyai pengaruh besar terhadap mutu produk emulsi.
Stabilitas emulsi akan berpengaruh terhadap daya simpan sistem emulsi tersebut. Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan dan memiliki konsistensi yang
tetap Suryani et. al., 2002.
commit to user 15
Stabilitas emulsi dilakukan dengan cara : 5 g bahan krim yang sudah ditimbang dimasukkan pada wadah. Wadah dan bahan tersebut dimasukkan dalam
oven dengan suhu 45°C selama 1 jam kemudian dimasukkan dalam pendingin bersuhu dibawah 0°C selama 1 jam, lalu dipanaskan dalam oven dengan suhu
45°C dan dibiarkan sampai beratnya konstan. Stabilitas emulsi dapat dihitung berdasarkan rumus berikut:
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan kerangka pemikiran
bobot fase yang tersisa Bobot total bahan emulsi
X 100 SE =
Ekstrak rimpang temu kunci dalam konsentrasi 10 memiliki daya
antijamur lebih baik daripada ketokonazol 2 dalam menghambat
pertumbuhan jamur Candida albicans
Ekstrak rimpang temu kunci belum pernah dibuat dalam sediaan krim.
Krim yang cocok untuk kulit adalah krim tipe MA
Oleh karena itu maka dibuatlah krim tipe MA ekstrak rimpang temu kunci dengan
konsentrasi ekstrak temu kunci 10 dengan 3 perbandingan formulasi yang
berbeda antara fase minyak dan fase air dan dicari formula yang paling baik sifat
fisisnya.
commit to user 16
C. HIPOTESIS
1. Perbandingan dalam tiga formulasi sediaan krim diduga tidak berpengaruh
dalam hal sifat fisiknya meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH, dan uji stabilitas emulsi krim.
2. Diduga tidak terdapat perbedaan stabilitas dalam mempertahankan semua
sifat fisiknya meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH, dan uji stabilitas emulsi krim.
commit to user
17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. ALAT DAN BAHAN
Peralatan dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1.
Alat a.
Alat untuk membuat simplisia : pisau, telenan, oven b.
Alat untuk membuat ekstrak dengan metode maserasi: neraca analitik, kertas saring, rotary evaporator Quickfit
®
dan alat-alat gelas Pyrex
®
. c.
Alat untuk membuat krim : neraca digital, kertas perkamen, mortir, stamper, cawan porselen, water bath, dan alat-alat gelas Pyrex
®
. d.
Alat untuk menguji daya fisis krim antara lain: kertas perkamen, neraca digital, gelas obyek, gelas beaker 50 mL Pyrex
®
, oven Memert
®
, lemari esfreezer Sharp
®
, alat uji daya lekat krim, alat uji daya sebar krim, anak timbang, dan pH meter Familynet
®
. 2.
Bahan a.
Bahan untuk pembuatan ekstrak : bahan utama untuk membuat ekstrak adalah rimpang temu kunci Boesenbergia panurata Roxb. Schelcht
yang berasal dari Karanganyar, Jawa Tengah. Rimpang yang diambil bebas dari hama, penyakit dan pengganggu lainnya. Kemudian
diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 96 melalui metode maserasi.
b. Bahan untuk membuat krim, dengan formula yang dapat dilihat pada
Tabel I.
commit to user 18
Tabel I. Formulasi krim
krim tipe MA Formulasi
I II
III fase minyak : fase air
40 : 60 35 : 65
30 : 70 Komposisi
Bobot ekstrak temu kunci
3,000 g 3,000 g
3,000 g fase
minyak Asam stearat
6,471 g 5,661 g
4,851 g Cera Alba
0,863 g 0,755 g
0,647 g vaselin album
3,451 g 3,019 g
2,587 g Nipasol
0,015 g 0,015 g
0,015 g Fase air
triethanolamin 0,450 g
0,450 g 0,450 g
Nipagin 0,045 g
0,045 g 0,045 g
Propilenglikol 1,709 g
1,856 g 2,003 g
Aquadest 13,996 g
15,199 g 16,402 g
Total 30,000 g
30,000 g 30,000 g
Perhitungan penimbangan bahan-bahan obat dalam Tabel I dapat dilihat pada Lampiran 2.
c. Bahan untuk uji daya fisik krim antara lain: krim temu kunci, dan
aquadest.
B. WAKTU dan TEMPAT PENELITIAN
1. Waktu Penelitian
Waktu dilakukan penelitian adalah dari bulan Agustus 2011 sampai Oktober 2011.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua laboratorium. Untuk ekstraksi, uji pH krim, uji stabilitas emulsi krim dilakukan di laboratorium MIPA pusat Sublab. Biologi
Universitas Sebelas Maret Surakarta sedangkan untuk pembuatan dan uji sifat fisik meliputi uji daya sebar dan uji daya lekat dilakukan di laboratorium
Farmasetika Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user 19
C. CARA KERJA PENELITIAN
1. Pengolahan rimpang temu kunci menjadi simplisia
Gambar 3. Bagan pengolahan rimpang temu kunci menjadi simplisia
2. Pengolahan simplisia menjadi ekstrak
Gambar 4. Bagan pengolahan simplisia menjadi ekstrak rimpang temu kunci
dipotong tebal 2mm-5mm
dikeringkan di oven suhu 40°C
simplisia kering
Simplisia rimpang temu kunci Maserasi
Simplisia : etanol = 1:7,5 Temperatur ruang, 4 hari
Residu penyaringan
Filtrat penguapan
Ekstrak kental Rimpang Temu kunci
commit to user 20
3. Pembuatan krim tipe MA
Gambar 5. Bagan pembuatan krim tipe MA aquadest + TEA +
Propylen glycol
pemanasan T+ 70°C
pengadukan T+ 70°C
Ekstrak temu kunci
Nipagin Sediaan B
pencampuran T+ 70°C
pengadukan dan penghilangan panas
Krim tipe MA Acid stearat + Cera alba
+ Vaselin albi +
Peleburan T+ 70°C
pengadukan T+ 70°C
Nipasol
Sediaan A
commit to user 21
4. Uji sifat fisis krim
Pengujian yang dilakukan terhadap krim terdiri diri uji sifat fisik antara lain:
a. Uji Homogenitas krim
Gambar 6. Bagan uji homogenitas krim
Anonim, 1974. b.
Uji Organoleptis krim
Gambar 7. Bagan uji organoleptis krim diamati
organoleptis warna, bau dan bentuk
konsistensi Percobaan diulangi 3x
setiap seminggu sekali selama 8 minggu Krim
Krim
dioleskan Sekeping kaca
diamati homogen atau tidak
Percobaan diulangi 3x setiap seminggu sekali selama 8 minggu
commit to user 22
c. Uji daya sebar krim
Gambar 8. Bagan uji daya sebar krim
Marchaban, 1993.
0,5 g krim
Diletakkan di atas obyek glass
Obyek glass lain diletakkan di atasnya
Didiamkan 1 menit
Diukur diameter
Ditambah beban 50 g
Didiamkan 1 menit
Diukur diameter
Ditambah beban 50 g
Didiamkan 1 menit
Diukur diameter
Percobaan diulangi 3x pada minggu awal penyimpanan
commit to user 23
d. Uji daya lekat krim
Gambar 9. Bagan uji daya lekat krim
Marchaban, 1993.
0,5 g krim di letakkan di atas obyek glass
Obyek glass lain diletakkan di atasnya
Di tekan dengan beban 1 kg selama 5 menit
Obyek glass dipasang di alat tes
Variasi beban seberat 5g, 10g, 20g, 50g, dan 80g dilepaskan
Dicatat waktu hingga obyek glass terlepas
Percobaan diulangi 3x pada minggu awal penyimpanan
commit to user 24
e. Uji pH krim
Gambar 10. Bagan uji pH krim
Gozali dkk., 2009. f.
Pengukuran Stabilitas Emulsi Krim
Gambar 11. Bagan uji stabilitas emulsi krim
Suryani et. al., 2002.
krim 1 gram
dilihat angka yang tertera pada layar dimasukkan pH meter
dilarutkan aquades 10 mL
di ulangi setiap minggu hingga 8 minggu penyimpanan
5g krim
Dimasukkan wadah
Dipanaskan di oven T = 45°C, waktu 1 jam
Dimasukkan pendingin T = 0°C waktu 1 jam
Dipanaskan di oven T = 45°C, waktu 1 jam
Didiamkan hingga bobot konstan
Dihitung stabilitas emulsi
SE = bobot fase yang tersisa x 100 Bobot total bahan emulsi
commit to user 25
D. ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dari uji sifat fisik krim selanjutnya dianalisis secara statistik menggunakan SPSS 17 for Windows. Untuk mengetahui data
terdistribusi secara normal atau tidak menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dan untuk mengetahui homogenitas varians atau tidak menggunakan Homogenity of
varians di dalam ANOVA satu jalan. Hasil data yang diperoleh apabila homogen dan data berdistribusi normal dilanjutkan dengan analisis ANOVA satu
jalan dan uji LSD. Jika data tidak terdistribusi normal dan atau tidak homogen, maka digunakan uji Kruskal-Wallis.
commit to user
26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Perlakuan awal yang harus dilakukan terhadap tanaman yang akan digunakan untuk penelitian adalah determinasi tanaman tersebut. Tujuan dari
determinasi tanaman adalah untuk membuktikan bahwa jenis tanaman yang diteliti sesuai dengan yang dimaksud, sehingga tidak terjadi kesalahan terhadap
jenis tanaman yang digunakan. Determinasi rimpang temu kunci Boesenbergia panurata Roxb. Schelcht dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional BPPTOOT Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.
Hasil determinasi rimpang temu kunci Boesenbergia panurata Roxb. Schelcht menurut C.A. Backer adalah sebagai berikut :
1b_2b_3b_4b_12b_14b_17b_18b_19b_20b_21b_22b_23b_24b_25b_26b_27a_28 b_29b_30b_31a_32a_33a_34a_35a_36d_37b_38b_39b_41b_42b_44b_45b_46e_
50b_51b_53b_54b_56b_57b_58b_59b_72b_73b_74a_75b_76b_333b_334b_335a
_336a_337b_338a_339b_340a_________________________207. Zingiberaceae 1a_2b_6c______________________________________________Boesenbergia
1a_____________________________Boesenbergia panurata Roxb. Schelcht
Berdasarkan hasil determinasi di atas dapat diperoleh kepastian bahwa tanaman yang dideterminasi dan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
Boesenbergia panurata Roxb. Schelcht. Surat keterangan determinasi dari tanaman temu kunci dapat dilihat pada Lampiran 1.
commit to user 27
B. Pembuatan Simplisia