Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Determinasi Tanaman

commit to user 3 mengetahui perbedaan antar formula terhadap sifat fisisnya sehingga dapat ditemukan formula yang paling baik dalam mempertahankan sifat fisisnya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan: 1. Bagaimanakah pengaruh perbandingan antar formula terhadap sifat fisisnya yang meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar krim, uji daya lekat krim, uji pH dan uji stabilitas emulsi krim? 2. Formulasi manakah yang paling stabil dalam mempertahankan sifat fisisnya meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar krim, uji daya lekat krim, uji pH dan uji stabilitas emulsi krim?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh perbandingan antar formulasi krim ekstrak temu kunci Boesenbergia panurata Roxb. Schelcht terhadap sifat fisisnya meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar krim, uji daya lekat krim, uji pH dan uji stabilitas emulsi krim. 2. Mengetahui formulasi yang paling baik dalam mempertahankan sifat fisisnya meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar krim, uji daya lekat krim, uji pH dan uji stabilitas emulsi krim.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dengan dibuat suatu sediaan krim maka dapat mempermudah penggunaannya secara topikal pada kulit. commit to user 4 2. Dengan dibuatnya penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. commit to user 5 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tanaman Temu Kunci

a. Identitas Tanaman Temu kunci

Tanaman temu kunci dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelass : Monocotyledoneae Subkelas : Zingiberidae Ordo : Zingiberales Kelarga : Zingiberaceae Genus : Boesenbergia Spesies : Boesenbergia pandurata Roxb. Syamsulhidayat dan Hutapea, 1991. Tanaman temu kunci dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Tanaman temu kunci Sutomo, 2011 commit to user 6

b. Kandungan kimia

Kandungan kimia dari rimpang temu kunci Boesenbergia panurata Roxb Schlecht antara lain minyak atsiri, amilum, damar, tanin, saponin, flavonoid pinostrolerin, dan alpinetin. Komponen utama minyak atsiri terdiri dari monoterpen, sesquiterpen senyawa terpen, turunan fenilpropana antara lain: geranial, neral, kamfora, zingiberen, d-pinen, kamfen, 1,8-sineol eukaliptol, d- borneol, geraniol, osimen, dimetoksi-42-propenil, miristin, linalil propanoat, asam sinamat, kamfen hidrat, propenil guaikol, dihidrokarveol, linalool; etil- sinamat, etil-metoksi sinamat, panduratin A. - Asam kavisinat -flavonoid: pinosembrin 2,3-dihidrokrisin, 2,6dihidroksi-4-metoksi kalkon, pinostrobin 5 hidroksi-7-metoksi flavanon, alpinetin, kardamomin, 2,4-dihidroksi-6-metoksi kalkon, boesenbergin A, 5,7-dimetoksiflavon, 5,7,3′,4′tetrametoksiflavon, kaemferol- 3,7,4′-trimetil eter, kuersetin-3,7,3′,4-tetrametil eter Indriana, 2006. Komponen bioaktif pada rempah-rempah, khususnya dari golongan Zingiberaceae yang terbanyak adalah dari jenis flavonoid yang merupakan golongan fenolik terbesar dan terpenoid. Pada golongan flavonoid dikenal golongan flavonol. Komponen flavonol yang banyak tersebar pada tanaman misalnya yang terdapat pada Zingiberaceae adalah galangin, kaemferol, kuerstin dan mirisetin. Salah satu golongan flavonoid adalah kalkon. Kalkon adalah komponen yang berwarna kuning terang. Komponen lainnya yang ditemukan adalah flavonon. Komponen flavonon dan dihidroflavonol dikenal sebagai senyawa yang bersifat fungistatik dan fungisida yang terdapat pada tumbuhan Boesenbergia dari golongan Zingiberaceae adalah alpinetin Wallis, 1981. commit to user 7

c. Khasiat Kegunaan

Dalam penggunaan di masyarakat, rimpang temu kunci sering digunakan Sebagai peluruh dahakuntuk menanggulangi batuk, analgetik dan antipiretik, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan, bumbu masak, pemacu keluarnya air susu ibu AS1 Anonim, 1977. d. Deskripsi tanaman temu kunci Tanaman temu kunci Boesenbergia panurata Roxb Schlecht merupakan tumbuhan terna hingga 50 cm. Tanaman temu kunci Boesenbergia panurata Roxb Schelcht merupakan rimpang kuning terang, bulat telur memanjang, sangat beraroma dan mempunyai akar kuat. Daun berjumlah 3 atau 4, dan pelepahnya berwarna merah. Tangkai daun panjangnya 7 –16 cm, membentuk saluran, helai daun hijau pada kedua permukaan elips meruncing, licin dengan sedikit daun di dekat tulang utama daun bagian bawah, dasarnya membulat. Bunganya wangi dan merupakan bunga majemuk terminal pada batang semu, muncul dari bagian dalam pelepah, agak duduk, dengan panjang 3 –7 cm, seludang bunga meruncing panjangnya 4 –5 cm. Kelopak bunga dengan lebar 1,5- 2cm, ujungnya membelah. Mahkota bunga tersusun membentuk tabung, dan bercuping memanjang. Staminodia lateral merah muda pucat, dan Labellum putih atau merah muda dengan setrip ungu. Tangkai sari pendek, bercabang dua, dan biasanya berbunga pada bulan Juli –Agustus Anonim, 1977.

e. Habitat

Tanaman temu kunci Boesenbergia panurata Roxb Schlecht tumbuh liar di Jawa terutama di hutan jati di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tanaman commit to user 8 temu kunci Boesenbergia panurata Roxb Schlecht cocok tumbuh di tempat yang agak kenaungan dan tanah yang subur Anonim, 1977.

f. Perbanyakan

Tanaman temu kunci Boesenbergia panurata Roxb Schlecht banyak dibudidayakan di Indocina. Di Indonesia tanaman temu kunci Boesenbergia panurata Roxb Schlect dibudidayakan dengan stek rimpang. Persyaratan tanah dan iklim menghendaki iklim panas dan lembab, tanah yang relatif subur, baik pertukaran udara dn baik tata airnya. Pada tanah yang tidak baik tata airnya, seperti tanah yang sering tergenang oleh air atau becek, pertumbuhan tanaman akan terganggu dan rimpangnya akan cepat membusuk. Jarak tanam, panjang 30 cm dan lebar 30 cm. Pemeliharaan tidak banyak. Panen dapat dilakukan pada umur satu tahun Anonim, 1977.

g. Sinonim

Tanaman temu kunci Boesenbergia panurata Roxb Schlecht mempunyai nama yang berbeda-beda di setiap daerah dan negara. Nama temu kunci di setiap daerah antara lain: Sumatra : Termukunci Melayu, tamu kunci Minangkabau Jawa : temu kunci Sunda, kunci Jawa, temmo konce, konce Madura, koncih Kangean. Bali : temu konci Nusa Tenggara : dumu kunci Bima commit to user 9 Maluku : tumu kunci, tombu kunci Ambon, anipa wakang, uni nowo, uni rawu, Hila-alfuru, aruhu konci Haruku, sun Buru, rutu kakusi, ene sitale Seram, tamputi Ternate Sulawesi : Tamukunci Makasar, temu konci Bugis Anonim, 1977.

2. Proses Ekstraksi

Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula berada dalam tanaman ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan hayati. Proses awal ekstraksi adalah pembuatan serbuk simplisia kering penyerbukan. Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Setelah itu dilarutkan dalam cairan pelarut Anonim, 1986. Cairan pelarut yang digunakan adalah pelarut yang baik optimal untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung Anonim, 2000. Pemilihan pelarut yang akan digunakan dalam ekstraksi juga berdasarkan daya larut zat aktif dan zat tidak aktif serta zat-zat yang tidak diinginkan Ansel, 1989. Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut: a. murah dan mudah diperoleh b. stabil secara fisika dan kimia commit to user 10 c. bereaksi netral d. tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar e. selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki f. tidak memengaruhi zat berkhasiat g. diperbolehkan oleh peraturan Anonim, 1986. Contoh cairan pelarut yang umum digunakan yaitu air dan etanol. a Air Air dipertimbangkan sebagai penyari karena: murah dan mudah diperoleh stabil tidak mudah menguap dan tidak mudah tebakar tidak beracun alamiah Sedangkan kerugiannya antara lain: tidak selektif sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman serta cepat rusak untuk pengeringan diperlukan waktu yang lama b Etanol Etanol dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena: lebih selektif kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20 ke atas tidak beracun netral commit to user 11 absorbsinya baik etanol dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Sedang kerugiann etanol adalah bahwa etanol mahal harganya Anonim, 1986. Setelah dilarutkan dalam cairan penyari kemudian dilakukan proses ekstraksi. Salah satu metode yang digunakan dalam proses ekstraksi yaitu maserasi. Maserasi berasal dari bahasa latin macerare, yang artinya merendam. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pangadukan pada temperatur ruangan atau kamar. Dalam proses maserasi, simplisia yang akan diekstraksi biasanya ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar, bejana ditutup rapat dan isinya dikocok berulang-ulang. Maserasi biasanya dilakukan dalam waktu 3 hari sampai bahan-bahan yang melarut Ansel, 1989. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, dilakukan dengan cara merendam bahan simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel Anonim, 1986. Maserasi dapat juga dilakukan dengan mencampur 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana kemudian dituang dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung commit to user 12 dari cahaya, sambil berulang –ulang diaduk, sari atau maserat diserkai, ampas diperas lalu ampas dicuci dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian Anonim, 1986; Ansel, 1989; Voight, 1994. Keuntungan maserasi adalah cara kerja dan peralatan yang digunakan relatif sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan kerugian maserasi adalah pengerjaanya lama dan penyariannya kurang sempurna Anonim, 1986.

3. Cream krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai mengandung air tidak kurang dari 60. Krim ada dua tipe yakni krim tipe MA dan tipe AM. Krim yang dapat dicuci dengan air MA, ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vagina Syamsuni, 2006. Stabilitas krim rusak, jika terganggu sistem pencampurannya terutama disebabkan perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok harus dilakukan dengan teknik aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan Anonim, 1979. Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik dan nonionik. Untuk krim tipe AM digunakan: Sabun polivalen, Span, Adeps Lanae, Cholesterol, Cera. Untuk krim commit to user 13 tipe MA digunakan: Sabun monovalen seperti TEA, Natrium Stearat, Kalium Stearat, Ammonium Stearat, Tween, Natrium Lauryl Sulfat, kuning telur, Gelatinum, Caseinum, CMC, Pectinum, Emulgidum. Untuk penstabil krim ditambah zat anti oksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering digunakan ialah Nipagin 0,12-0,18, Nipasol 0,02-0,05 Anief, 2000. Cara pembuatan krim: bagian lemak dilebur di atas tangas air kemudian tambahkan bagian airnya dengan zat pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran berbentuk krim Syamsuni, 2006. 4. Uji sifat fisis krim Uji sifat fisik krim antara lain: a. Uji homogenitas krim Sediaan diuji homogenitasnya dengan mengoleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan yang cocok. Diamati sediaan menunjukan susunan yang homogen. Cara diatas diulangi masing-masing 3 kali Anonim, 1974. b. Daya sebar Dilakukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran krim pada kulit yang sedang diobati dan untuk mengetahui kelunakan dari sediaan tersebut untuk dioleskan pada kulit. Caranya yaitu krim dengan berat 0,5 g diletakkan di tengah- tengah kaca bulat, ditutup dengan kaca lain yang telah ditimbang beratnya dan dibiarkan selama 1 menit kemudian diukur diameter sebar krim. Setelah itu ditambahkan beban 50 g dan dibiarkan 1 menit kemudian diukur diameter sebarnya. Penambahan beban seberat 50 g setelah 1 menit dilakukan secara terus- commit to user 14 menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar krim Marchaban, 1993. c. Daya lekat Pengujian tehadap daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim melekat pada kulit. Uji daya lekat dilakukan dengan cara kerja sebagai berikut krim dengan berat 500 mg diletakkan di atas dua gelas objek yang telah ditentukan kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 1 menit. Setelah itu gelas objek dipasang pada alat tes. Alat tes diberi beban 1 g, 2 g, 5 g, 10 g, dan 20 g. Kemudian dicatat waktu pelepasan krim dari gelas objek Marchaban, 1993. d. Uji pH krim Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter, dengan cara melarutkan sediaan krim 1 gram dengan aquades, dicampur hingga homogen, kemudian bagian katoda pada pH meter dicelupkan ke dalam larutan krim, dan selanjutnya dilihat nilai pH yang terukur pada layar hingga diperoleh angka yang stabil. Pengamatan dilakukan setiap minggu hingga 56 hari 8 minggu penyimpanan Gozali dkk., 2009. e. Pengukuran stabilitas emulsi krim Stabilitas atau kestabilan suatu emulsi merupakan salah satu karakter terpenting dan mempunyai pengaruh besar terhadap mutu produk emulsi. Stabilitas emulsi akan berpengaruh terhadap daya simpan sistem emulsi tersebut. Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan dan memiliki konsistensi yang tetap Suryani et. al., 2002. commit to user 15 Stabilitas emulsi dilakukan dengan cara : 5 g bahan krim yang sudah ditimbang dimasukkan pada wadah. Wadah dan bahan tersebut dimasukkan dalam oven dengan suhu 45°C selama 1 jam kemudian dimasukkan dalam pendingin bersuhu dibawah 0°C selama 1 jam, lalu dipanaskan dalam oven dengan suhu 45°C dan dibiarkan sampai beratnya konstan. Stabilitas emulsi dapat dihitung berdasarkan rumus berikut: B. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Bagan kerangka pemikiran bobot fase yang tersisa Bobot total bahan emulsi X 100 SE = Ekstrak rimpang temu kunci dalam konsentrasi 10 memiliki daya antijamur lebih baik daripada ketokonazol 2 dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans Ekstrak rimpang temu kunci belum pernah dibuat dalam sediaan krim. Krim yang cocok untuk kulit adalah krim tipe MA Oleh karena itu maka dibuatlah krim tipe MA ekstrak rimpang temu kunci dengan konsentrasi ekstrak temu kunci 10 dengan 3 perbandingan formulasi yang berbeda antara fase minyak dan fase air dan dicari formula yang paling baik sifat fisisnya. commit to user 16 C. HIPOTESIS 1. Perbandingan dalam tiga formulasi sediaan krim diduga tidak berpengaruh dalam hal sifat fisiknya meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH, dan uji stabilitas emulsi krim. 2. Diduga tidak terdapat perbedaan stabilitas dalam mempertahankan semua sifat fisiknya meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH, dan uji stabilitas emulsi krim. commit to user 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Peralatan dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Alat a. Alat untuk membuat simplisia : pisau, telenan, oven b. Alat untuk membuat ekstrak dengan metode maserasi: neraca analitik, kertas saring, rotary evaporator Quickfit ® dan alat-alat gelas Pyrex ® . c. Alat untuk membuat krim : neraca digital, kertas perkamen, mortir, stamper, cawan porselen, water bath, dan alat-alat gelas Pyrex ® . d. Alat untuk menguji daya fisis krim antara lain: kertas perkamen, neraca digital, gelas obyek, gelas beaker 50 mL Pyrex ® , oven Memert ® , lemari esfreezer Sharp ® , alat uji daya lekat krim, alat uji daya sebar krim, anak timbang, dan pH meter Familynet ® . 2. Bahan a. Bahan untuk pembuatan ekstrak : bahan utama untuk membuat ekstrak adalah rimpang temu kunci Boesenbergia panurata Roxb. Schelcht yang berasal dari Karanganyar, Jawa Tengah. Rimpang yang diambil bebas dari hama, penyakit dan pengganggu lainnya. Kemudian diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 96 melalui metode maserasi. b. Bahan untuk membuat krim, dengan formula yang dapat dilihat pada Tabel I. commit to user 18 Tabel I. Formulasi krim krim tipe MA Formulasi I II III fase minyak : fase air 40 : 60 35 : 65 30 : 70 Komposisi Bobot ekstrak temu kunci 3,000 g 3,000 g 3,000 g fase minyak Asam stearat 6,471 g 5,661 g 4,851 g Cera Alba 0,863 g 0,755 g 0,647 g vaselin album 3,451 g 3,019 g 2,587 g Nipasol 0,015 g 0,015 g 0,015 g Fase air triethanolamin 0,450 g 0,450 g 0,450 g Nipagin 0,045 g 0,045 g 0,045 g Propilenglikol 1,709 g 1,856 g 2,003 g Aquadest 13,996 g 15,199 g 16,402 g Total 30,000 g 30,000 g 30,000 g Perhitungan penimbangan bahan-bahan obat dalam Tabel I dapat dilihat pada Lampiran 2. c. Bahan untuk uji daya fisik krim antara lain: krim temu kunci, dan aquadest.

B. WAKTU dan TEMPAT PENELITIAN

1. Waktu Penelitian

Waktu dilakukan penelitian adalah dari bulan Agustus 2011 sampai Oktober 2011.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua laboratorium. Untuk ekstraksi, uji pH krim, uji stabilitas emulsi krim dilakukan di laboratorium MIPA pusat Sublab. Biologi Universitas Sebelas Maret Surakarta sedangkan untuk pembuatan dan uji sifat fisik meliputi uji daya sebar dan uji daya lekat dilakukan di laboratorium Farmasetika Universitas Sebelas Maret Surakarta. commit to user 19 C. CARA KERJA PENELITIAN

1. Pengolahan rimpang temu kunci menjadi simplisia

Gambar 3. Bagan pengolahan rimpang temu kunci menjadi simplisia

2. Pengolahan simplisia menjadi ekstrak

Gambar 4. Bagan pengolahan simplisia menjadi ekstrak rimpang temu kunci dipotong tebal 2mm-5mm dikeringkan di oven suhu 40°C simplisia kering Simplisia rimpang temu kunci Maserasi Simplisia : etanol = 1:7,5 Temperatur ruang, 4 hari Residu penyaringan Filtrat penguapan Ekstrak kental Rimpang Temu kunci commit to user 20

3. Pembuatan krim tipe MA

Gambar 5. Bagan pembuatan krim tipe MA aquadest + TEA + Propylen glycol pemanasan T+ 70°C pengadukan T+ 70°C Ekstrak temu kunci Nipagin Sediaan B pencampuran T+ 70°C pengadukan dan penghilangan panas Krim tipe MA Acid stearat + Cera alba + Vaselin albi + Peleburan T+ 70°C pengadukan T+ 70°C Nipasol Sediaan A commit to user 21

4. Uji sifat fisis krim

Pengujian yang dilakukan terhadap krim terdiri diri uji sifat fisik antara lain: a. Uji Homogenitas krim Gambar 6. Bagan uji homogenitas krim Anonim, 1974. b. Uji Organoleptis krim Gambar 7. Bagan uji organoleptis krim diamati organoleptis warna, bau dan bentuk konsistensi Percobaan diulangi 3x setiap seminggu sekali selama 8 minggu Krim Krim dioleskan Sekeping kaca diamati homogen atau tidak Percobaan diulangi 3x setiap seminggu sekali selama 8 minggu commit to user 22 c. Uji daya sebar krim Gambar 8. Bagan uji daya sebar krim Marchaban, 1993. 0,5 g krim Diletakkan di atas obyek glass Obyek glass lain diletakkan di atasnya Didiamkan 1 menit Diukur diameter Ditambah beban 50 g Didiamkan 1 menit Diukur diameter Ditambah beban 50 g Didiamkan 1 menit Diukur diameter Percobaan diulangi 3x pada minggu awal penyimpanan commit to user 23 d. Uji daya lekat krim Gambar 9. Bagan uji daya lekat krim Marchaban, 1993. 0,5 g krim di letakkan di atas obyek glass Obyek glass lain diletakkan di atasnya Di tekan dengan beban 1 kg selama 5 menit Obyek glass dipasang di alat tes Variasi beban seberat 5g, 10g, 20g, 50g, dan 80g dilepaskan Dicatat waktu hingga obyek glass terlepas Percobaan diulangi 3x pada minggu awal penyimpanan commit to user 24 e. Uji pH krim Gambar 10. Bagan uji pH krim Gozali dkk., 2009. f. Pengukuran Stabilitas Emulsi Krim Gambar 11. Bagan uji stabilitas emulsi krim Suryani et. al., 2002. krim 1 gram dilihat angka yang tertera pada layar dimasukkan pH meter dilarutkan aquades 10 mL di ulangi setiap minggu hingga 8 minggu penyimpanan 5g krim Dimasukkan wadah Dipanaskan di oven T = 45°C, waktu 1 jam Dimasukkan pendingin T = 0°C waktu 1 jam Dipanaskan di oven T = 45°C, waktu 1 jam Didiamkan hingga bobot konstan Dihitung stabilitas emulsi SE = bobot fase yang tersisa x 100 Bobot total bahan emulsi commit to user 25 D. ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari uji sifat fisik krim selanjutnya dianalisis secara statistik menggunakan SPSS 17 for Windows. Untuk mengetahui data terdistribusi secara normal atau tidak menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dan untuk mengetahui homogenitas varians atau tidak menggunakan Homogenity of varians di dalam ANOVA satu jalan. Hasil data yang diperoleh apabila homogen dan data berdistribusi normal dilanjutkan dengan analisis ANOVA satu jalan dan uji LSD. Jika data tidak terdistribusi normal dan atau tidak homogen, maka digunakan uji Kruskal-Wallis. commit to user 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Perlakuan awal yang harus dilakukan terhadap tanaman yang akan digunakan untuk penelitian adalah determinasi tanaman tersebut. Tujuan dari determinasi tanaman adalah untuk membuktikan bahwa jenis tanaman yang diteliti sesuai dengan yang dimaksud, sehingga tidak terjadi kesalahan terhadap jenis tanaman yang digunakan. Determinasi rimpang temu kunci Boesenbergia panurata Roxb. Schelcht dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional BPPTOOT Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Hasil determinasi rimpang temu kunci Boesenbergia panurata Roxb. Schelcht menurut C.A. Backer adalah sebagai berikut : 1b_2b_3b_4b_12b_14b_17b_18b_19b_20b_21b_22b_23b_24b_25b_26b_27a_28 b_29b_30b_31a_32a_33a_34a_35a_36d_37b_38b_39b_41b_42b_44b_45b_46e_ 50b_51b_53b_54b_56b_57b_58b_59b_72b_73b_74a_75b_76b_333b_334b_335a _336a_337b_338a_339b_340a_________________________207. Zingiberaceae 1a_2b_6c______________________________________________Boesenbergia 1a_____________________________Boesenbergia panurata Roxb. Schelcht Berdasarkan hasil determinasi di atas dapat diperoleh kepastian bahwa tanaman yang dideterminasi dan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Boesenbergia panurata Roxb. Schelcht. Surat keterangan determinasi dari tanaman temu kunci dapat dilihat pada Lampiran 1. commit to user 27

B. Pembuatan Simplisia