Observasi Deskripsi Waktu Penelitian

69 responden akan diminta untuk mengisi setiap pernyataan dengan memberikan tanda ceklis √ pada kolom yang sesuai. Respon subjek tidak diklasifiksikan benar salah, semua jawaban responden diterima sesuai dengan kejujuran dan kesungguhannya. Tabel 2. Skor instrumen Pilihan jawaban Favorable unfavorable Sangat sesuai SS 4 1 Sesuai S 3 2 Tidak sesuai TS 2 3 Sangat tidak sesuai STS 1 4 Hasil skala nantinya akan memaparkan skala yang menyatakan bahwa siswa berperilaku asertif atau tidak. Hasil skala nantinya akan disesuaikan dengan standar nilai untuk mengetahui perilaku asertif pada siswa.

2. Observasi

Suharsimi Arikunto 2002:13 menjelaskan bahwa observasi adalah kegiatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan sebuah alat indra. Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan dengan pengamatan langsung secara indrawi yang direncanakan, sistematis, dan hasilnya dicatat serta dimaknai diinterpretasikan dalam rangka memperoleh pemahaman tentang subjek yang diamati. Jadi observasi harus dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. 70 Observasi dilakukan dengan cara mengamati objek atau hal yang akan diteliti secara langsung dengan melihat, merasakan, mendengar, berpikir tentang subjek atau hal yang sedang diteliti. Observasi langsung merupakan cara yang sangat baik untuk mendapatkan data karena secara langsung dapat diketahui situasi nyata yang diteliti dan karena perlu mengamati keseluruhan yang terjadi di dalam kelas. Perhatian dalam pengamatan juga dilaksanakan pada kejadian diluar kebiasaan. Menurut Susilo Rahardjo 2013: 50 langkah-langkah menyusun panduan observasi yaitu : a. Menetapkan tujuan yang ingin dicapai dari observasi b. Pastikan dan pahami materi observasi c. Gali variabel dan sub variabel d. Tetapkan indikator yang akan dilihat dari hasil observasi e. Menentukan bentuk pernyataan untuk panduan observasi Tabel 3. Pedoman Observasi No. Indikator Sub Indikator Deskripsi Data 1 Pelaksanaan metode psikodrama a Perilaku siswa saat proses tindakan berlangsung b Kendala dalam menggunakan metode psikodrama untuk peningkatan perilaku asertif siswa 2 Kemampuan siswa berperilaku asertif a Menghargai orang lain b Berani menyampaikan pendapat dan kritik c Bersikap bijaksana dalam menghadapi permasalahan d Perilaku asertif siswa setelah melakukan tindakan 71 Dapat dilihat pada tabel yang menyebutkan kisi-kisi pedoman observasi yang akan dilakukan. Observasi akan membantu dalam pengambilan data sebagai penunjang hasil skala.

3. Wawancara

Wawancara sebagai alat banyak digunakan dalam penelitian sosial dan pendidikan. Munandir dalam Susilo Rahardjo dan Gudnanto, 2011: 125 menyatakan bahwa wawancara merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan data tentang diri pribadi, tentang pribadi siswa pada latar sekolah dengan maksud mengenal dan memahami siswa. Ada beberapa kelebihan dari wawancara seperti kontak langsung dengan responden sehingga dapat mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam Nana Sudjana 2005: 68. Menurut Nana Sudjana 2006: 69 langkah-langkah menyusun pedoman wawancara yaitu : a. Menentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara b. Berdasarkan tujuan, tentukan aspek-aspek yang akan diungkapkan dari wawancara tersebut c. Tentukan bentuk pernyataan yang akan digunakan yaitu bentuk berstruktur atau bentuk terbuka d. Buatlah pertanyaan wawancara e. Ada baiknya apabila dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancara, baik pedoman untuk wawancara berstruktur atau bebas. Pedoman wawancara terlampir halaman 123 72

H. Uji Validitas

Menurut Saifuddin Azwar 2013:105 validitas menunjukkan sejauh mana skor, nilai atau ukuran yang diperoleh benar – benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin diukur. Penelitian ini validitas skala perilaku asertif, pedoman observasi, dan wawancara dilakukan dengan validitas isi. Menurut Saifuddin Azwar 2006:45 validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau dengan professional judgement oleh pembimbing. Pertanyaan yang harus dijawab dalam validitas adalah sejauh mana butir-butir tes atau skala dapat memgukur atribut yang hendak diukur.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan – bahan lain sehingga mudah dipahami, dan temuan dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data pada penelitian tindakan ini adalah memperoleh bukti kepastian apakah terjadi perbaikan, dan peningkatan seperti yang diharapkan. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data kuantitatif dan analisis data deskriptif kualitatif. 1. Analisis Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah berupa angka. Teknik analisis data kuantitatif berupa skala untuk mengetahui tingkat perilaku asertif siswa. Skala perilaku asertif berupa skala likert. Merujuk pada penjelasan 73 Saifuddin Azwar 2013:146, langkah – langkah pengkategorisasian perilaku asertif dalam penelitian ini : a. Menentukan Skor tertinggi dan terendah Skor tertinggi = 4 X Jumlah Item = 4 x 50 = 200 Skor terendah = 1 X Jumlah Item = 1 x 50 = 50 b. Menghitung Mean Ideal M M = ½ Skor tertinggi + Skor terendah = ½ 200 + 50 = 125 c. Menghitung Standar Deviasi SD SD = 16 Skor tertinggi – Skor terendah = 16 200 – 50 = 25 Rumusan Kategori Skor Skala Batas Interval Kriteria Skor M – 1SD Rendah M – 1SD ≤ Skor M + 1SD Sedang Skor ≥ M + 1SD Tinggi Kriteria Skor Asertif Batas Interval Kriteria Skor 100 Rendah 100 ≤ Skor 150 Sedang Skor ≥ 150 Tinggi 74 2. Teknik Analisis Data Kualitatif Adapun data kualitatif dalam penelitian ini adalah data hasil observasi selama proses tindakan berlangsung dan sesudah proses tindakan, selain itu hasil dari wawancara dengan Guru BK dan subjek penelitian. Data kualitatif digunakan untuk mendukung data kuantitatif.

J. Kriteria Keberhasilan

Pada penelitian ini, psikodrama dilakukan untuk peningkatan perilaku asertif siswa kelas VII D di SMP Negeri 2 Moyudan. Satu siklus yang akan diambil terdiri dari 3 tindakan yaitu terdiri dari materi dan pementasan psikodrama. Untuk menentukan keberhasilan teknik psikodrama dalam meningkatkan perilaku asertif, maka ditentukan kriteria keberhasilan yaitu adanya peningkatan rerata skor skala perilaku asertif menjadi lebih dari atau sama dengan 150 point yang diperoleh subjek penelitian dibandingkan antara sebelum dilaksanakan psikodrama pada saat siklus I dan setelah siklus kedua psikodrama sehingga didapat skala interaksi sosial dengan kategori tinggi. Selain itu adanya peningkatan perilaku asertif 17 Siswa kelas VII D setelah melakukan psikodrama di dalam bimbingan kelompok melalui observasi dan wawancara. 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.

Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Moyudan pimpinan Ibu Siti Rosidah, S.Pd sebagai kepala sekolah. SMP Negeri 2 Moyudan beralamat di Setran, Sumberarum, Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Fasilitas di sekolah ini sudah cukup memadahi. Sekolah ini memiliki 18 ruang kelas yang terbagi menjadi 6 ruang kelas VII, 6 ruang kelas VIII, dan 6 ruang kelas IX. Sekolah ini juga dilengkapi dengan 1 ruang laboratorium sains , 1 laboraturium komputer, 1 ruang seni , 1 ruang keterampilan, masjid, koperasi sekolah, perpustakaan, UKS, ruang serbaguna, dan 10 kamar mandi yang tersebar di berbagai titik dengan fasilitas yang cukup memadahi. SMP Negeri 2 Moyudan juga memiliki ruang bimbingan dan konseling yang letaknya sangat strategis untuk dijangkau oleh siswa maupun guru BK juga lebih mudah dalam berinteraksi dengan peserta didiknya. Bimbingan dan konseling di SMP Negeri 2 Moyudan diampu oleh 2 tenaga pengajar dengan latar belakang S1 bimbingan dan konseling. Ruang BK cukup luas untuk kegiatan yang berhubungan dengan BK. Di dalam ruang BK terdapat 3 meja kerja konselor, Ruang Konseling baik untuk konseling kelompok maupun konseling individual serta ruang tamu. 76 Koordinator Bimbingan dan Konseling di sekolah ini adalah Ibu Oryza Titis Nastiti, S.Pd.

2. Deskripsi Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Oktober sampai November 2016. Rincian kegiatan yang dilakukan pada saat penelitian adalah sebagai berikut : a. Pemberian pra tindakan : 4 Oktober 2016 b. Pelaksanaan siklus I : 11 dan 13 Oktober 2016 c. Pemberian pasca tindakan siklus I : 18 Oktober 2016 d. Pelaksanaan siklus II : 1 dan 5 November 2016 e. Pemberian pasca tindakan siklus II : 8 November 2016

B. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII sebanyak 17 siswa yang memenuhi kriteria sebagai siswa yang berperilaku tidak asertif dan skor hasil skala perilaku asertif berada pada kategori sedang dan rendah seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Subyek penelitian menurut Saifudin Azwar 2007 : 34 adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki data mengenai variabel – variabel yang diteliti. Pada tanggal 23 Februari 2016 dilakukan wawancara dengan Guru BK maupun beberapa siswa kelas VII mengenai kemampuan berperilaku asertif siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Moyudan. Selain itu juga dilakukan observasi awal untuk mengetahui kondisi perilaku siswa di kelas maupun dilingkungan sekolahnya. Data yang di dapat kemudian pada tanggal 29 September 2016 77 dikonsultasikan kepada Guru BK yang mengampu kelas VII yaitu Ibu Oryza Titis Nastiti, S.Pd sehingga dipilih kelas VII D yang akan diadakan pra tindakan skala perilaku asertif dan hasilnya terdapat 17 siswa yang masuk pada kategori rendah dan sedang. Berikut ini merupakan daftar subyek penelitian kelas VII D : Tabel 6. Daftar subjek penelitian No Nama No Absen Jenis Kelamin 1 Mln 1 L 2 Aprl 2 L 3 Agg 4 L 4 And 5 P 5 Bm 7 L 6 Fr 9 P 7 Frd 10 L 8 Frnd 13 L 9 Brh 18 L 10 Wst 19 L 11 Rn 22 P 12 Tr 23 L 13 Ssd 25 P 14 Shc 26 P 15 Th 27 L 16 Vy 28 L 17 Wfi 30 P

C. Deskripsi Data Pra Tindakan Penelitian

Data pra tindakan diperoleh dari pemberian skala perilaku asertif kepada siswa kelas VII D. Pemberian skala perilaku asertif untuk data pra tindakan dilakukan pada tanggal 4 Oktober 2016 pada waktu jam bimbingan konseling pada siswa kelas VII D, cara ini dilakukan agar lebih efisien 78 daripada harus mengambil jam diluar jam sekolah mengingat jadwal kegiatan siswa cukup padat dan jika mengambil waktu pelajaran lain tidak diperkenankan oleh kepala sekolah. Pelaksanaan pengisian skala perilaku asertif berjalan lancar dan kondusif beberapa siswa yang tidak serius langsung mendapatkan teguran dari Guru BK. Hasil yang diperoleh dari pra tindakan yang diberikan adalah sebagai berikut : Tabel 7. Hasil Pra Tindakan No Nama No Absen Skor Pra Tindakan Kategori 1 Mln 1 118 Sedang 2 Aprl 2 128 Sedang 3 Agg 4 134 Sedang 4 And 5 132 Sedang 5 Bm 7 95 Rendah 6 Fr 9 132 Sedang 7 Frd 10 133 Sedang 8 Frnd 13 126 Sedang 9 Brh 18 129 Sedang 10 Wst 19 98 Rendah 11 Rn 22 130 Sedang 12 Tr 23 132 Sedang 13 Ssd 25 128 Sedang 14 Shc 26 132 Sedang 15 Th 27 132 Sedang 16 Vy 28 131 Sedang 17 Wfi 30 99 Rendah Dari skala perilaku asertif yang dibagikan hasil pra tindakan diperoleh 3 siswa yang memiliki perilaku asertif dengan kategori rendah dan 14 siswa memiliki perilaku asertif dengan kategori sedang. Rerata yang dipero sedan katego saat ja siswa karen ada si main untuk tindak meren

D. Deskr 1. Sik

a. T

oleh dari p ng kebawah ori sedang 1 am pelajara a. Beberapa na sesekali i iswa yang i diluar kelas k menolak kan dan o ncanakan tin Gamba ripsi Pelaks klus I Tahap Pere Pada dengan Gu bertugas m ra tindakan mengingat 149. Selain an berlangsu a siswa kur ingin melih izin keluar s, siswa jug karena anc observasi y ndakan siklu ar 2. Pra Tin sanaan dan encanaan tahap ini p uru BK seba menjalanka 79 n adalah 12 t batas baw hasil pra tin ung juga m urang memi hat hasil da untuk cuci a membolo caman dan yang dilaku us I. ndakan n Hasil Tin pelaku utam agai pelaku an tindakan 24,1. Hasil wah kategori ndakan, obs membuktikan iliki rasa p ari temanny tangan yan s dengan al n lain seba ukan, mak ndakan ma yaitu Pe kedua dan n sedangk pra tindaka i sedang 10 servasi yang n rendahnya percaya dir ya dan ingin ng lainnya m asan diajak againya. M ka peneliti eneliti sendi sekaligus o kan guru kan ini tergo 00 dan batas g dilakukan a perilaku a ri dan pend n menggant mengikuti h k teman dan Melihat hasi dan guru iri berkolab observer. Pe BK mem olong s atas n pada asertif dirian tinya, hanya takut il pra u BK borasi eneliti bantu 80 pelaksanaan tindakan serta mengontrol jalannya pelaksanaan tindakan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Kasihani Kasbolah E.S dalam bukunya yang berjudul Penelitian Tindakan Kelas 1998 : 73 bahwa orang lain dapat juga melaksanakan penelitian tindakan sebagai ketua penelitian dengan berkolaborasi dengan guru yang bersangkutan dengan penelitian. Peneliti menyusun rencana pelaksanaan layanan, menyiapkan materi tentang perilaku asertif, format observasi dan format wawancara kemudian menyiapkan naskah drama, sebelum pembuatan naskah peneliti memberikan uraian singkat mengenai hakekat dan tujuan psikodrama kepada siswa. Setelah itu peneliti berdiskusi dengan siswa yang akan melakukan psikodrama kemudian berkonsultasi dengan Guru BK untuk menentukan tema. Pemilihan tema berdasarkan dari masalah – masalah yang dialami oleh siswa baik di waktu lampau atau saat ini. Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi menentukan masalah apa yang akan psikodramakan dalam kelompok kecil, setelah menemukan akan diskusikan bersama dengan peneliti dan guru BK. Dari hasil diskusi antara peneliti, siswa dan Guru BK memilih tema percaya diri, ekspresif dan berpendirian. Tema ini dipilih agar siswa yang tidak memiliki kemampuan berperilaku asertif menjadi lebih percaya diri, mampu menyampaikan ide maupun gagasan secara tepat dan cepat tanpa menyakiti perasaan orang lain. 81 Peneliti, siswa dan Guru BK merencanakan waktu pelaksanaan psikodrama dan pemilihan peran utama, pembantu dan penonton dalam psikodrama. Pemilihan disesuaikan dengan karakter siswa agar lebih mudah mendalami karakter yang diperankan oleh siswa. Pemeran utama dipilih pada siswa yang cenderung mengalami masalah yang cukup besar, pemeran pembantu dapat dipilih pemeran utama atau siswa yang dapat membantu pemeran utama untuk menyelesaikan masalahnya, sedangkan penonton adalah siswa yang tidak mendapatkan peran akan tetapi keberadaannya perlu ada sebagai pemberi dukungan dan memberikan balikan kepada pemeran utama. Jumlah siswa yang mengikuti psikodrama 17 siswa dan dibagi menjadi 2 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 8 siswa yaitu 5 siswa laki – laki dan 3 siswa perempuan kemudian ditambah 1 siswa sebagai narator. Kedua kelompok memainkan naskah drama dan tema yang sama. Kelompok pertama yaitu Mln, Aprl, Agg, Bm, Frd, And, Fr, La, dan Brh. Kemudian kelompok kedua yaitu Frnd, Brh, Wst, Tr, Vry, Sld, Shvc, Wfq, dan Ty. Untuk pembagian peran kelompok 1 dan 2 Mln dan Wst sebagai Wanto yang memiliki karakter penakut yang menjadi pemeran utama, Aprl dan Vry sebagai Pras yang mau mengalah dan banyak diam juga menjadi pemeran utama, Agg dan Brh sebagai Bapak Mikel yang Bijaksana, Bm dan Frnd sebagai Juna yang egois, Frd dan Tr sebagai Tegar yang tidak memiliki pendirian, Andt dan Wfq sebagai Tina yang tegas, Fr dan Sld sebagai Nita yang pemberani oleh karena 82 itu dia juga menjadi ketua kelas, Rn dan Shvc sebagai Lia yang usil akan tetapi juga baik hati dengan Brh sebagai narator pada kelompok 1 dan Ty dalam kelompok 2. Kedua kelompok memainkan psikodrama secara bergantian, apabila kelompok 1 sedang bermain maka kelompok 2 sebagai penonton dan sebaliknya. Naskah ditulis dari permasalahan yang ada dan masukan siswa secara gamblang beserta karakter yang harus didalami pemain serta narasi yang jelas agar memudahkan para pemain peran. Meskipun pemilihan pemain tidak sama persis dengan karakter masing – masing, akan tetapi diharapkan siswa dapat mendalami karakter sehingga penonton maupun pemain dapat memahami isi, maksud dan tujuan psikodrama. Pembuatan naskah psikodrama bertujuan untuk mengarahkan dan memudahkan para siswa untuk mengungkapkan masalahnya, karena ini merupakan psikodrama yang pertama dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan naskah yang dibuat tampa mengilangkan spontanitas siswa dalam mengeluarkan masalah untuk memperlancar jalannya psikodrama Juna sebagai siswa yang egois senang mengajak Tegar maupun teman lain untuk membolos, suka mencontek teman, meminjam barang teman dan tidak mengembalikan, sedangkan Pras, Lia dan Wanto yang sering dirugikan dengan sikap dan perilaku Juna dan karena mereka tidak memiliki perilaku asertif maka mereka hanya mengikuti kemampuan Juna. Oleh karena itu Pras, Lia dan Wanto diharapkan 83 dapat meningkatkan perilaku asertif mereka agar dapat menghadapi perilaku Juna dengan lebih bijak.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan siklus I dilakukan 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 11 Oktober 2016 pada saat jam bimbingan dan konseling untuk kelas VII D yaitu pemberian materi tentang peningkatan perilaku asertif meliputi pengertian perilaku asertif, ciri seseorang yang memiliki perilaku asertif, cara meningkatkan perilaku asertif dan pada akhir sesi setiap siswa diberikan tugas untuk menuliskan apa perilaku asertif dan tidak asertif yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari – hari, hal ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti dan guru dapat mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi yang telah disampaikan. Materi disampaikan dengan metode ceramah dan permainan. Powerpoint juga dipersiapkan untuk membantu penyampaian materi. Pemberian materi diberikan untuk semua siswa kelas VII D atas permintaan Guru BK agar semua siswa mendapatkan materi tentang peningkatan perilaku asertif. Diberikan juga materi tentang psikodrama, agar siswa memahami bagaimana proses psikodrama dengan benar. Setelah jam sekolah usai, ke 17 siswa yang akan mengikuti psikodrama tetap di kelas dan dibagikan naskah psikodrama oleh peneliti karena siswa sudah memiliki kelompok maka mereka duduk sesuai kelompok hal ini juga digunakan sebagai sarana agar setiap 84 anggota kelompok lebih mengenal dekat anggota kelompok lain karena meskipun mereka satu kelas beberapa siswa masih terlihat canggung dalam berinteraksi. Setelah itu peneliti, Guru BK dan siswa mendiskusikan pelaksanaan psikodrama yang mencakup waktu pelaksanaan, aturan psikodrama serta peralatan yang perlu dibawa saat dilaksanakan psikodrama. Waktu pelaksanaan disepakati sepulang sekolah hari kamis, tanggal 13 Oktober 2016. Hari kamis dipilih karena bersamaan dengan adanya les untuk kelas 3 jadi guru BK dapat mendampingi selain itu siswa juga tidak ada jadwal kegiatan tambahan pada hari tersebut. Untuk peralatan yang dibutuhkan dalam psikodrama tidak diperlukan tambahan peralatan yang cukup banyak dan telah disiapkan oleh peneliti, mengingat setting dalam naskah drama berada di kelas, ruang BK, maka peralatan yang dibutuhkan juga sudah tersedia. Tempat pelaksanaan psikodrama sendiri dilakukan di kelas VII D. Sedangkan aturan yang diberikan bagi siswa yang akan mengikuti psikodrama sebagai berikut : 1 Siswa diharapkan untuk datang tepat waktu oleh sebab itu setalah jam pelajaran usai siswa diberikan waktu untuk istirahat 30 menit untuk melaksanakan sholat setelah itu makan bersama kemudian memasuki kelas untuk melaksanakan psikodrama. 2 Siswa diminta untuk memainkan peran dalam psikodrama dengan bersungguh – sungguh 85 3 Siswa dari kelompok lain diminta memperhatikan permainan peran yang dilakukan kelompok yang sedang tampil kemudian memberikan pendapat, menuliskan beberapa sikap yang harus dilakukan pemain agar dapat digunakan untuk bahan diskusi maupun penyelesaian konflik dalam psikodrama. 4 Durasi yang diberikan kepada setiap kelompok untuk melakukan psikodrama yaitu 30 menit. Selanjutnya pertemuan kedua yang dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 13 Oktober 2016. Pertemuan kedua dilaksanakan di ruang kelas VII D sesuai kesepakatan pada pertemuan sebelumnya. Pertemuan kedua ini sebelumnya siswa diberikan kesempatan lagi untuk berdiskusi secara kelompok, mendalami karakter masing – masing anggota kelompok yang bermain peran tanpa menghilangkan karakter siswa sendiri. Pada tahap persiapan pelaksanaan psikodrama, pelaksana dibantu siswa menyiapkan tempat sesuai kebutuhan yakni bagian belakang ruang kelas untuk ruangan guru BK kemudian pojok kanan depan untuk ruang kelas serta pojok kiri untuk penonton yang bertugas mengamati jalannya pelaksanaan drama. Psikodrama dilaksanakan secara langsung bergantian antara dua kelompok yang telah ditentukan. Pelaksanaan psikodrama dimulai dengan menjelaskan kembali bagaimana karakter masing – masing pemain yang terdapat dalam naskah psikodrama tampa menghilangkan spontanitas siswa dalam berperilaku, memberikan kesempatan siswa untuk bertanya tentang hal 86 yang belum dipahami dan dimengerti kemudian peneliti menjelaskan latar tempat yang telah disiapkan agar siswa tidak kebingungan pada saat psikodrama dimulai dari kelompok 1 kemudian di lanjut kelompok 2. Pelaksanaan psikodrama pertama kali berlatar belakang dikelas, Tokoh Juna yang biasa mengganggu teman dengan mengajak Tegar dan teman lainnya untuk membolos, sedangkan Tegar yang kurang memiliki pendirian langsung mengiyakan kemudian Pras yang walaupun takut tapi menolak ajakan Juna dan Tegar dengan alasan yang tepat akan ujian jadi jika membolos takut tidak bisa mengerjakan sembari mengingatkan Juna dan Tegar. Akan tetapi Juna yang tidak mau mendengarkan orang lain malah mengatakan akan menyontek Wanto, dengan karakter penakut tidak bisa berbuat apa – apa karena setiap harinya PR pun dicontek oleh Tegar. Wanto ingin memperbaiki diri agar lebih berani dan percaya diri, ia menceritakan hal tersebut setelah ditanya tina untuk tidak takut terhadap Juna, karena sudah merasa terganggu dan Lia pun juga demikian dalam percakapan Wanto, Nita, Tina, Lia dan Pras. Lia merasa terganggu sering dipinjam pulpen tapi tidak dikembalikan oleh Juna akan tetapi Lia sering tidak enak hati untuk minta dikembalikan selain juga terdapat ketakutan pada diri Lia, Wanto maupun Pras. Lalu mereka menghadap ke Pak Mikel untuk mendapatkan solusi, dan Pak Mikel memberikan dorongan bahwa mereka harus berani mengungkapkan perasaannya kepada Juna. Setelah 87 mendapat masukan dari Pak Mikel, Wanto, Lia dan Pras berani mengungkapkan perasaan pada Juna secara baik – baik tampa menyakiti hati Juna. Walaupun disesuaikan dengan karakter siswa, akan tetapi beberapa siswa juga masih membaca teks dalam psikodrama jadi terlihat kurang menghayati karakter pada peran yang terdapat dalam naskah seperti Agg yang menjadi Pak Mikel bahkan sesekali kadang ia bermain HP pada saat bermain peran akan tetapi ada Shc yang mengingatkannya dengan tegas. Dari pelaksanaan psikodrama yang telah dilaksanakan dapat teramati beberapa perilaku dari siswa yang muncul. Ada beberapa siswa yang menunjukan perilaku yang antusias, bersungguh – sungguh memainkan perannya dan sebaliknya terdapat siswa yang bermain – main dan tidak memiliki antusias, baik pemeran utama, pembantu, dan penonton. Siswa yang antusias mampu mengeluarkan emosinya melalui perilakunya terhadap permasalahan yang ada dalam drama melalui sedikit gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan secara verbal. Dari hal ini, dapat disimpulkan mereka mulai memiliki perilaku asertif dengan lebih percaya diri yang baik, ketegasan, mampu mengeluarkan pendapatnya baik secara verbal maupun non verbal. Tetapi ada beberapa siswa yang masih menunjukan perilaku asertif rendah, dengan tidak mampu mengekspresikan dirinya, kurang percaya diri, belum memiliki tanggung jawab yang baik dan menghargai orang lain. Saat permainan berlangsun temanya da bermain – asertif. Gamb Guru dalam bim jalannya mengadaka terlihat sisw harusnya b Siswa yang beberapa k teks naska bertugas m tidak memb karakter pe ng masih te an berperila main tapi bar 3. Pelak u BK sebaga mbingan ke psikodrama an diskusi d wa sangat bagaimana s g menangga kali membua ah yang me mengontrol j bawa naska eran yang d 88 erdapat sisw aku kasar p ini bisa m ksanaan Sik ai observer elompok, d a. Setelah dengan sisw aktif dan a sikap peran api ketika m at gaduh tet ereka pega jalannya di ah drama ke dimainkan, wa jahil, b pada teman menunjukan klus I menilai ha dengan me h mendapa wa yang tel antusias unt ini, perilak menjadi peno tapi mereka ang. Guru iskusi dan etika berma tidak berm berkata kura lain walaup n kurang m sil pelaksan engamati s atkan pen lah melakuk tuk mengelu ku peran itu onton juga w a juga meng BK sebaga mengingatk ain peran, le main HP ata ang sopan pun dalam memiliki per naan psikod secara lang nilaian, pe kan psikodr uarkan pen dan sebaga walaupun se gamati, mem ai pelaku k kan siswa u ebih mengh tau sesuatu pada batas rilaku drama gsung eneliti rama, ndapat ainya. edikit mbaca kedua untuk hayati yang 89 tidak diperlukan saat pelaksanaan psikodrama dan bagi penonton tidak diperkenankan membuat gaduh yang membuat konsentrasi pemain buyar. Guru BK juga mengobservasi perilaku siswa yang muncul dalam psikodrama. Perilaku yang muncul berupa ada beberapa siswa yang aktif dalam drama dan ada siswa yang masih pasif dalam mengikutinya. Perilaku aktif teramati beberapa siswa yang bersemangat, berkonsentrasi dan antusias dalam mengikuti psikodrama mulai dari tahap pelaksanaan, pelaksanaan, dan diskusi. Ada juga siswa yang pasif dalam mengikuti psikodrama, mereka tidak fokus dalam mengikuti jalannya psikodrama dan melakukan hal lain diluar psikodrama. Kemudian dalam tahap terakhir pelaksanaan adalah mengisi pasca tindakan I. Pasca tindakan I yang diberikan merupakan skala perilaku asertif sama dengan skala yang diberikan pada saat pra tindakan dilaksanakan, hal ini dilakukan agar peneliti maupun Guru BK dapat mengetahui apakah ada peningkatan perilaku asertif pada siswa sebelum dilakukan psikodrama dan setelah pelaksanaan psikodrama. Pasca tindakan I diberikan pada hari selasa di jam bimbingan konseling tanggal 18 Oktober 2016 dengan cara membagi kelas VII D yang 17 siswa berada di ruang konseling kelompok di ruang BK sedangkan yang lainnya tetap mengikuti bimbingan kelas di kelas VII D. Hasil dari pasca tindakan I yang dibagikan adalah adanya peningkatan rerata dari pra tindakan sebesar 13,4 point dari 124,1 menjadi 137,5.

c. Tabel 8. P

Data Pra tindak Pasca tind Gambar 4. tindakan I k Tahap Obs Tahap psikodrama psikodrama kelas VII terhadap k dari perenc lingkungan 1 Kegiat pelaks 1 1 1 1 1 1 eningkatan H kan 1 dakan I 1 . Perolehan kemudian d servasi observas a pada sa a. Observer yaitu Ibu kegiatan sik canaan hing n sekolah se tan Pelaksan Observer m anaan hingg 115 120 125 130 135 140 pra 90 n hasil pra Hasil 24,1 37,5 n data penin disajikan da i dilakuka aat psikod r yang dilib Oryza Titi klus I yang gga diskusi etelah dilaku naan melakukan ga diskusi. tindakan tindakan d Ka Se Se ngkatan ha lam bentuk an bersam drama berl batkan yaitu is Nastiti, dilaksanak i berlangsun ukan treatm observasi d Berdasarka pasca tind dan pasca ti ategori edang edang sil pra tind grafik seba maan denga langsung m u Guru BK y S.Pd. Obse an oleh ke ng serta pad ment psikodr dari mulai d an observasi akan I tindakan I dakan dan agai berikut an pelaksa maupun se yang meng ervasi dilak 17 siswa m ada saat sisw rama. dari perenca i yang dilak pasca : anaan etelah ampu kukan mulai wa di anaan, kukan 91 observer, pelaksana sudah melakukan langkah – langkah dengan terstruktur dari perencanaan, pelaksanaan dan diskusi. Mulai dari pembuatan satuan pelaksanaan layanan, menyiapkan materi dan membuat naskah drama. Observer menilai langkah yang dilakukan peneliti sudah tepat dengan membuat satuan layanan terlebih dahulu dan kemudian membuat naskah drama dengan melibatkan siswa yang akan mengikuti psikodrama dalam menentukan tema. Pada saat pertemuan pertama pada siklus I yaitu penyampaian materi peningkatan perilaku asertif, pembagian naskah, penentuan waktu dan aturan pada saat pelaksanaan psikodrama. Guru BK menilai peneliti sudah cukup baik dalam penguasaan kelas terbukti siswa fokus dalam mendengarkan penjelasan dan dapat memahami maksud materi yang diberikan didukung dengan power point yang menarik, adanya permainan dalam menjelaskan materi. Perilaku siswa antusias dalam pemberian materi, akan tetapi terdapat beberapa siswa yang seperti biasa berbicara sendiri mengingat siswa kelas VII D di SMP Negeri 2 Moyudan terbilang sangat aktif. Observer menilai materi yang diberikan sebaiknya lebih mudah dipahami siswa dalam pemilihan kata agar walaupun hanya dibaca siswa, siswa langsung dapat memahami dan bagaimana perilaku asertif dapat diimplementasikan dikehidupan nyata. 92 Observer juga memberikan masukan kepada peneliti bahwa bukan hanya materi perilaku asertif saja yang diberikan, akan tetapi perlunya pengetahuan siswa mengenai psikodrama. Agar siswa memiliki cara pandang yang benar tentang apa yang harus dilakukan pada saat bermain psikodrama, serta dijelaskan secara jelas dan menyeluruh tentang bagaimana proses psikodrama berlangsung. Selanjutnya, observer mengamati dalam pelaksanaan psikodrama. Menurut observer, peneliti mempersiapkan pelaksanaan psikodrama dengan baik karena sudah baik dalam melakukan pendekatan kepada siswa sehingga siswa sangat antusias dalam mengikuti psikodrama, tempat yang disediakan untuk psikodrama juga tertata degan baik walaupun di dalam kelas dapat disetting menjadi ruang Guru BK. Akan tetapi terdapat berbagai kekurangan seperti seharusnya peneliti lebih tegas dalam menjalankan peraturan yang sudah dibuat saat pelaksanaan psikodrama. Kegiatan pasca tindakan I dinilai tepat oleh Guru BK karena dilaksanakan di ruang yang berbeda dengan siswa lainnya. 2 Kegiatan Siswa Guru BK sebagai observer mengamati kegiatan siswa dimulai dari respon siswa dalam menentukan tema untuk pembuatan naskah drama, pembagian peran dan kelompok, pemberian materi hingga pelaksanaan psikodrama. Pada saat 93 kegiatan pertama observer menilai terlihat masih banyak siswa yang kebingungan tentang kegiatan yang akan dilakukan sehingga cenderung membuat gaduh. Akan tetapi setelah pembagian peran dan kelompok siswa terlihat lebih antusias. Selanjutnya pada saat pemberian materi siswa sangat aktif bertanya, fokus mendengarkan dan memahami materi yang telah disampaikan karena menggunakan permainan. Muncul perasaan dan perilaku keingintahuan para siswa tentang bagaimana permainan drama dalam psikodrama, juga terdapat beberapa siswa yang senang dengan adanya permainan drama. Akan tetapi, ada beberapa siswa yang kurang antusias untuk mengikutinya dengan mereka mengobrol sendiri, pergi keluar kelas secara bergantian pada hal hanya duduk –duduk didepan kelas dan bertemu dengan teman kelas lain. Pada tahap pelaksanaan observer menilai siswa mengikuti permainan dengan sangat semangat dan siswa terlihat mampu menyampaikan pendapatnya, ketidak setujuannya, mampu menerima kritikan dari teman lain, lebih percaya diri dalam berkomunikasi hal ini membuktikan terdapat peningkatan perilaku asertif pada diri siswa. Terdapat siswa yang mampu mengingatkan siswa lain yang membuat gaduh dan tidak serius dalam bermain peran. Beberapa siswa pun terlihat fokus dalam jalannya psikodrama, dengan mereka menghayati perannya. Hal ini 94 menunjukan bahwa siswa mampu mengekspresikan perasaannya secara spontan, walaupun masih membaca teks. Selain itu setelah dilaksanakan psikodrama siswa mulai berani menolak secara baik ajakan temannya yang tidak tepat. Saat teman kelas lain mengajaknya untuk pulang sebelum psikodrama berakhir, siswa tersebut dapat menolaknya tanpa menyakiti temannya. Jadi kesimpulannya adalah psikodrama dapat meningkatkan perilaku asertif pada siswa dalam beberapa aspek seperti tumbuhnya rasa percaya diri dan adanya penerimaan diri. Ini teramati siswa mampu mengeluarkan pendapatnya, mengekspresikan pikiran, dan berani memegang apa yang diyakininya. Ketika siswa sudah memiliki kepercayaan diri maka siswa akan mampu menerima dirinya dengan mampu menerima kritikan dan saran dari teman lain tentang bagaimana perannya bermain dalam psikodrama.

d. Refleksi

Setelah berdiskusi dengan Observer, didapatkan beberapa kekurangan mulai dari persiapan hingga pengambilan pasca tindakan I siklus I. Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain : 1 Ada beberapa siswa yang membuat gaduh sehingga siswa lainnya terganggu dalam memperhatikan siswa lain yang sedang melaksanakan psikodrama 2 Ada beberapa siswa yang kurang menghayati perannya karena tidak sesuai dengan karakter yang ada pada dirinya maka 95 mereka kesulitan dalam berperan, sehingga tidak dapat berperilaku spontan dalam mengeluarkan masalah - masalah 3 Beberapa siswa masih membawa naskah drama, membacanya terus menerus untuk menghafalnya, sehingga tidak ada improvisasinya pada saat memerankan tokoh dalam psikodrama karena siswa menghafal bukan memahami isi drama tersebut. 4 Peningkatan perilaku asertif hanya dalam beberapa aspek karena seperti belajar melalui proses modelling. 5 Pelaksanaan psikodrama masih kurang berjalan dengan baik, karena kurang munculnya perubahan siswa dalam kehidupan sehari – hari 6 Psikodrama yang dilaksanakan belum memunculkan proses pengungkapan masalah siswa dan pemecahannya. Hasil refleksi yang diperoleh dari pelaksanaan psikodrama oleh ke 17 siswa yang terkategori rendah dan sedang diperlukan pelaksanaan siklus II untuk meningkatkan aspek lain pada perilaku asertif.

2. Siklus II a. Tahap Perencanaan