Perilaku Asertif 1. KAJIAN PUSTAKA

21

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Perilaku Asertif 1.

Pengertian Perilaku Asertif Asertif merupakan terjemahan dari istilah assertiveness atau assertion, yang artinya titik tengah antara perilaku non asertif dan perilaku agresif . Orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif, yaitu : a. Memiliki kepercayaan diri yang baik. b. Dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut. c. Berkomunikasi dengan orang lain secara lancar. Dalam berperilaku asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhannya secara proporsional, tanpa ada maksud memanipulasi, memanfaatkan atau pun merugikan pihak lainnya atau mengancam integritas pihak lain. Sebaliknya orang yang kurang asertif adalah mereka yang memiliki ciri - ciri antara lain seperti: terlalu mudah mengalah atau lemah, mudah tersinggung, cemas, kurang yakin pada diri sendiri, sukar untuk berkomunikasi dengan orang lain. Menurut Lazarus dalam Iriani Niken, 2009 perilaku asertif mengandung suatu tingkah laku yang penuh ketegasan yang timbul karena adanya kebebasan emosi dan keadaan efektif yang mendukung yang antara lain meliputi : 22 a. menyatakan hak-hak pribadi. b. berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak tersebut c. melakukan hal tersebut sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi. Menurut Suterlinah Sukaji dalam Zainal Abidin, 2011:130 perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur, relatif terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain yang mencakup aspek perbaikan dan penerimaan diri, ekspresif, percaya diri dan berpendirian. Perilaku asertif merupakan perilaku seseorang dalam mempertahankan hak pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung dan jujur dengan cara yang tepat. Dengan kata lain bahwa perilaku asertif sebagai perilaku antar pribadi yang bersifat jujur dan terus terang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan mempertimbangkan pikiran dan kesejahteraan orang lain. Orang yang memiliki tingkah laku asertif adalah mereka yang menilai bahwa orang boleh berpendapat dengan orientasi dari dalam diri mereka sendiri dengan tetap sungguh-sungguh memperhatikan hak-hak orang lain dan pada umumnya mereka mempunyai kepercayaan diri yang kuat. Perilaku asertif menurut Rimm dan Masters dalam Rakos, 1991: 8 merupakan tingkah laku dalam hubungan interpersonal yang bersifat jujur dan mengekspresikan pikiran – pikiran dan perasaan dengan memperhitungkan kondisi sosial yang ada. Mereka tidak menghina, 23 mengancam ataupun meremehkan orang lain. Orang asertif mampu menyatakan perasaan dan pikirannya dengan tepat dan jujur tanpa memaksakannya kepada orang lain Iriani Niken, 2009. Menurut Lange dan Jakubowski dalam Rakos, 1991: 8 menjelaskan bahwa perilaku asertif meliputi pertahanan terhadap hak individu untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan yang diungkapkan secara langsung, jujur, tepat dan tidak melanggar hak asasi orang lain. Palmer Froehner dalam Anindyajati dan Karima, 2004: 51-52 mengemukakan bahwa individu yang dapat mengembangkan asertivitasnya berarti ia dapat mengendalikan hidupnya, dengan cara mengemukakan pendapat dan pemikiran secara tegas dan jujur, melakukan permintaan atas sesuatu yang diinginkan dan melakukan penolakan terhadap sesuatu yang tidak diinginkan . Ditambahkan pula bahwa asertivitas adalah kemampuan individu dalam menampilkan tingkah laku tegas, yang dilakukan dengan sopan tanpa bersikap agresif maupun defensif. Individu yang asertif tidak menyerang ataupun menghakimi orang lain, tetapi juga tidak terlalu menahan diri. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Rathus Nevid dalam Anindyajati dan Karima, 2004:52 yaitu terdapat alternatif dari tingkah laku asertif yang mencakup tingkah laku non asertif dan tingkah laku agresif, yang menerangkan bahwa tingkah laku asertif bukan merupakan tingkah laku yang menahan 24 diri non asertif dan juga bukan tingkah laku yang mengekspresikan perasaan secara berlebihan agresif. Atkinson dalam Wahyuni Eka Pratiwi, 2015: 348-357 menambahkan bahwa menjadi asertif mensyaratkan apa yang menjadi hak- hak pribadi atau apa yang diinginkan dari suatu situasi dan mempertahankannya sekaligus tidak melanggar hak orang lain. Yang menjelaskan bahwa sikap asertif juga berarti kemampuan untuk tidak sependapat dengan orang lain tanpa menggunakan manipulasi dan alasan yang emosional, dan mampu bertahan di jalur yang benar, yaitu mempertahankan pendapat dengan tetap menghormati pendapat orang lain Stein dan Howard dalam Wahyuni Eka Pratiwi, 2015: 348-357. Dari definifi tentang beberapa pengertian perilaku asertif diatas dapat disimpulkan perilaku asertif merupakan sikap atau kemampuan berperilaku yang menyangkut ekspresi keinginan, kebutuhan ataupun perasaan yang relatif terbuka, bebas, jujur dan secara cepat spontan tanpa merugikan diri sendiri dan melanggar hak – hak orang lain. Selain itu juga merupakan suatu pengembangan pribadi atau individu yang positif, karena tercapainya pembentukan pribadi yang asertif akan mengantarkan pada eksistensi diri yang mantap dan seimbang secara mental. 25

2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif

Faktor–faktor yang mempengaruhi perilaku asertif menurut Rathus dan Nevid dalam Fensterheim dan Baer 1995: 65 terdapat 6 faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku asertif yaitu sebagai berikut : a. Jenis Kelamin Sejak kanak – kanak peran pendidikan laki – laki dan perempuan telah dibedakan oleh masyarakat. Sejak kecil telah dibiasakan bahwa laki – laki harus tegas dan kompetitif, oleh sebab itu tampak terlihat bahwa perempuan lebih bersikap pasif terutama terhadap hal – hal yang kurang berkenan dihatinya. Beberapa ahli berpendapat jika anak laki – laki lebih tegas dan dominan dari anak perempuan dalam perilaku verbal maupun non verbal dalam berinteraksi sehari-hari. Perempuan akan asertif jika mereka ada dalam suatu pertemuan dengan sesama jenis. b. Self Esteem Keyakinan seseorang turut mempengaruhi kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan. Orang yang memiliki keyakinan diri yang tinggi memiliki kekhawatiran sosial yang rendah sehingga mampu mengungkapkan pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.