1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan umum pembangunan kesehatan seperti yang tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan Negara GBHN adalah mengusahakan kesempatan
yang lebih luas, merata dan dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh masyarakat Depkes RI., 1991:1.
Salah satu faktor pendukung agar masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal adalah dengan meningkatkan upaya pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Rumah sakit merupakan tempat rujukan tertinggi dalam upaya pelayanan kesehatan dan sangat berperan di dalam upaya penyembuhan serta
pemulihan pasien Depkes RI., 1991:3. Pelayanan Gizi Rumah Sakit PGRS merupakan salah satu komponen
dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit, maka antara komponen satu dengan komponen yang
lainnya harus saling berkaitan Depkes RI., 1991:10. Menurut Kusindrati Sudibyo 1993:4, Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah pelayanan yang diberikan
di rumah sakit bagi pasien rawat jalan dan rawat inap agar dapat memilih dan memperoleh makanan yang sesuai guna mencapai status gizi yang optimal.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, pelayanan gizi di rumah sakit mencakup empat kegiatan pokok. Kegiatan pokok tersebut meliputi pengadaan
dan penyediaan makanan bagi orang sakit atau petugas, pelayanan gizi di ruang
2
rawat inap, penyuluhan atau konsultasi dan rujukan gizi, serta penelitian dan pengembangan gizi terapan Depkes RI., 1991:14.
Kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap, merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari upaya perencanaan penyusunan diet pasien hingga
pelaksanaan evaluasi di ruang perawatan. Tujuan kegiatan pelayanan gizi tersebut adalah untuk memberi terapi diet yang sesuai dengan perubahan sikap pasien, dan
untuk mencegah kambuhnya penyakit pasien Depkes RI., 1991:24. Pelayanan gizi rumah sakit atau lebih dikenal dengan kegiatan usaha
pemberian makanan atau pengobatan dengan diet atau terapi bagi pasien di rumah sakit dihadapkan pada beberapa masalah yang tidak ditemui pada
penyelenggaraan makanan institusi lain. Masalah penyajian makanan kepada orang sakit lebih komplek dari pada penyajian makanan untuk orang sehat. Hal ini
disebabkan terutama oleh nafsu makan, kondisi mental pasien yang berubah akibat penyakit yang dideritanya, aktivitas fisik yang menurun, selain itu sebagian
dari pasien harus menjalani terapi diet Sunita Almatsier, 1992:31. Peningkatan mutu makanan dan mutu pelayanan rumah sakit belum
terlaksana dengan maksimal, sehingga berpengaruh kurang baik terhadap mutu makanan yang disajikan, akibatnya pasien meninggalkan banyak sisa makanannya
Sunita Almatsier, 1992:35. Apabila makanan yang disajikan sesuai kebutuhan tetapi tidak dihabiskan akan menyebabkan pasien mengalami defisiensi gizi yang
berarti pelayanan gizi tidak tercapai secara optimal Dewi Komalawati, dkk., 2005:37.
Berdasarkan penelitian di beberapa RS, antara lain: RS Hasan Sadikin Bandung RS tipe A, RS Kardinah Tegal RS tipe B Non Pendidikan, RSD
3
Sunan Kalijaga Demak RS tipe C ditemukan adanya sisa makanan dari pasien rawat inap meliputi makanan pokok nasi atau bubur, lauk hewani, lauk nabati,
dan sayuran Nurjawati Akmal, 1995:13. Sisa makanan dapat terjadi di rumah sakit milik pemerintah maupun
rumah sakit swasta. Besarnya sisa makanan yang terjadi dipengaruhi oleh pelayanan gizi atau penyelenggaraan makanan di rumah sakit yang sangat
tergantung kepada kemampuan dan keadaan rumah sakit. RSUD Kota Semarang merupakan salah satu rumah sakit pemerintah di
Semarang yang memiliki pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Alasan peneliti memilih RSUD Kota Semarang menjadi tempat penelitian karena selama ini
RSUD Kota Semarang menjadi salah satu tempat rujukan bagi masyarakat kota Semarang untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Selain itu penelitian mengenai
sisa makanan belum pernah dilakukan di RSUD Kota Semarang. Dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 17 Juli 2008, jumlah keseluruhan
pasien rawat inap di RSUD Kota Semarang sebanyak 107 pasien dimana tempat perawatan dibagi menjadi tiga kelas yaitu kelas I, kelas II, dan kelas III.
Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya sisa makanan di RSUD Kota Semarang dilakukan dengan cara pengamatan secara kasar di bagian ruang rawat
inap RSUD Kota Semarang. Pada saat survei ditemukan adanya sisa makanan berupa makanan pokok nasi atau bubur, lauk hewani, lauk nabati dan sayuran
yang cukup banyak baik makan pagi, makan siang maupun makan sore, dengan rata-rata persentase sebesar 48,29 yang terdiri dari kelas I ditemukan adanya
4
sisa makanan sebesar 4,67, kelas II sebesar 15,59, dan kelas III sebesar 28,03.
Berdasarkan alasan tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul “FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SISA
MAKANAN PADA PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI RSUD KOTA SEMARANG”.
1.2 Rumusan Masalah