47
makanan. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Sjahmien Moehji 1992:13 bahwa waktu pembagian makanan yang tepat dengan jam makan pasien
serta jarak waktu yang sesuai antara makan pagi, siang dan malam hari dapat mempengaruhi habis tidaknya makanan yang disajikan. Bila jadual pemberian
makan tidak sesuai maka makanan yang sudah siap akan mengalami waktu penungguan sehingga pada saat makanan akan disajikan ke pasien, makanan
menjadi tidak menarik karena mengalami perubahan dalam suhu makanan. Sedangkan menurut Tiurma Heryawanti, dkk., 2004:93 bahwa waktu penyajian
makanan merupakan faktor eksternal yang dapat menyebabkan terjadinya sisa makanan. Waktu penyajian yang tidak tepat dapat menyebabkan berkurangnya
selera untuk menghabiskan makanan yang disajikan.
5.3 Hubungan antara Persepsi Pasien Mengenai Suasana Lingkungan
Tempat Perawatan RS dengan Terjadinya Sisa Makanan
Berdasarkan hasil analisis univariat dapat diketahui bahwa persentase persepsi responden terhadap keadaan lingkungan tempat perawatan di RS yang
menyatakan persepsi baik sebanyak 23 orang atau 51,1, sedangkan responden yang menyatakan persepsi kurang baik terhadap keadaan lingkungan tempat
perawatan di RS sebanyak 22 orang atau 48,9. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara persepsi pasien mengenai keadaan lingkungan tempat perawatan di RS dengan terjadinya sisa makanan di RSUD Kota Semarang. Hal tersebut
dibuktikan dalam hasil analisis bivariat diperoleh nilai p value sebesar 0,161 p0,05.
48
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Toto Raharjo 1997:61 bahwa tidak ada hubungan antara suasana lingkungan rumah sakit
dengan terjadinya sisa makanan. Hal ini dapat disebabkan karena pada saat penelitian suasana lingkungan di RSUD Kota Semarang dalam keadaan yang
tenang, dan kebersihan sekitar tempat perawatan dapat dikatakan sangat bersih karena setiap ruangan dibersihkan setiap waktu sehingga dapat mendukung
pasien menghabiskan makanannya.
5.4 Hubungan antara Persepsi Pasien Mengenai Makanan Luar RS dengan
Terjadinya Sisa Makanan
Berdasarkan hasil analisis univariat dapat diketahui bahwa dapat diketahui bahwa persentase persepsi responden terhadap makanan luar RS yang menyatakan
persepsi ada atau mengkonsumsi makanan luar RS sebanyak 24 orang atau 53,3, sedangkan responden yang menyatakan persepsi tidak ada atau tidak
mengkonsumsi makanan luar RS sebanyak 21 orang atau 46,7. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
antara persepsi pasien mengenai makanan luar RS dengan terjadinya sisa makanan di RSUD Kota Semarang. Hal tersebut dibuktikan dalam hasil analisis bivariat
diperoleh nilai p value sebesar 0,002 p0,05. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Toto Raharjo
1997:61 bahwa ada hubungan antara makanan dari luar rumah sakit dengan terjadinya sisa makanan. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
Sjahmien Moehji 1992:90 bahwa makanan yang dimakan oleh pasien yang
49
berasal dari luar RS akan berpengaruh terhadap terjadinya sisa makanan. Rasa lapar yang tidak segera diatasi pada pasien yang sedang dalam perawatan,
timbulnya rasa bosan karena mengkonsumsi makanan yang kurang bervariasi menyebabkan pasien mencari makanan tambahan dari luar RS atau jajan, sehingga
kemungkinan besar makanan yang disajikan kepada pasien tidak dihabiskan. Bila hal tersebut selalu terjadi maka makanan yang diselenggarakan oleh pihak RS
tidak dimakan sehingga terjadi sisa makanan.
5.5 Hubungan antara Persepsi Pasien Mengenai Mutu Makanan RS dengan