Tindakan merupakan bagian dari perilaku yang bersifat terbuka, dimana tindakan atau praktik adalah respon seseorang terhadap stimulus yang dengan mudah
dapat dilihat, diamati oleh orang lain dan dapat diukur. Tindakan atau praktik nyata untuk kesehatan merupakan semua kegiatan atau aktivitas seseorang dalam rangka
memelihara kesehatan. Indikator praktik kesehatan mencakup tindakan yang berhubungan dengan pencegahan dan pengobatan penyakit, tindakan pemeliharaan
maupun peningkatan kesehatan dan tindakan kesehatan lingkungan.
2.4.2. Tingkatan Tindakan
Praktik atau tindakan terdiri dari 4 empat tingkatan, yaitu: a. Persepsi perception yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil. b. Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang
benar dan sesuai. c. Mekanisme mechanism yaitu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
atau menjadi suatu kebiasaan. d. Adaptasi adaptation yaitu suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik atau tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
2.4.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tindakan
Perilaku terbentuk melalui suatu proses tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungan. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam
pembentukan tindakan nyata seseorang dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari
Universitas Sumatera Utara
dalam maupun dari luar dirinya. Faktor intern berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan sebagainya yang dapat mengolah pengaruh-pengaruh dari luar.
Sedangkan faktor ekstern berupa obyek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.
Berdasarkan hasil survey terhadap wanita Afrika-Amerika diperoleh data bahwa masalah budaya memiliki keterkaitan wanita dalam Pemeriksaan dalam, ada
yang mengatakan keengganan wanita untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemeriksaan IVA. Selain itu perempuan dari status sosial ekonomi rendah dan
minoritas beresiko untuk tidak mengikuti pedoman skrining kanker. Keyakinan agama dapat mempengaruhi perilaku, dimana agama mengajarkan bahwa segala
sesuatu adalah di tangan Tuhan. Tingkat pendidikan rendah yang memunculkan perasaan takut untuk mengikuti pemeriksaan IVA, takut hasil yang menunjukkan
penyakit karena adanya anggapan kanker serviks merupakan penyakit yang fatal, serta pengalaman negatif sebelumnya dengan skrining kanker Morrison, R.S., 2010.
Perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan nyata merupakan wujud dari pengetahuan dan sikap itu sendiri yang dimiliki seseorang. Setelah individu
mengetahui suatu stimulus atau obyek dari informasi yang diterimanya, proses selanjutnya akan menilai dan bersikap terhadap obyek tersebut dan memberikan
dampak terhadap tindakan nyata individu tersebut Notoatmodjo, 2007. Bila dikombinasikan dengan pemeriksaan pap smear, inspeksi visual 1 menit
setelah cuci asam asetat meningkatkan deteksi hingga 30 persen. Studi di Afrika Selatan menemukan bahwa IVA akan mendeteksi lebih dari 65 persen lesi dan kanker
Universitas Sumatera Utara
invasaif sehingga direkomendasikan oleh peneliti sebagai alternatif skrining sitologi. Sebagai perbandingan di Zimbabwe Skrining IVA oleh bidan memiliki sensitivitas
dan spesifisitas adalah 77 persen dan 64 persen, dibandingkan dengan 43 persen dan 91 persen untuk Papsmear. Di India skrining yang dilakukan oleh perawat terlatih
memiliki sensitivitas 96 persen, sedangkan pap smear 62 persen, namun spesifisitas IVA adalah 68 persen.
Data yang diperoleh dari Yayasan Kanker Indonesia tahun 2011 menyebutkan setiap tahunnya sekitar 500.000 perempuan didiagnosa menderita
kanker serviks dan lebih dari 250.000 meninggal dunia. Total 2,2 juta perempuan di dunia menderita kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan 15.000 kasus baru kanker
serviks setiap tahun dengan angka kematian sekitar 7.500 kasus per tahun Emilia, 2010.
2.5. Inspeksi Visual Asam Asetat IVA