Dukungan Psikologi Dukungan Sosial Dukungan Informasi Landasan Teori

oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima Ninuk, 2007. Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberi dorongan kepada istri sebelum pihak lain turut memberi dorongan, dukungan dan perhatian seorang suami terhadap istri. Dagun, 2002. 2.3.2. Macam-macam Dukungan Suami Ada beberapa macam dukungan oleh suami, antara lain :

a. Dukungan Psikologi

Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang yang bersangkutan. Misalnya menemani istri saat pergi priksa kehamilan, dengan begini suami sudah mengikuti perkembangan kehamilan istri. Perhatian yang cukup dari suami akan membuat ibu hamil merasa tenang sehingga berpengaruh positif terhadap bayi yang dikandungnya Musbikin, 2008.

b. Dukungan Sosial

Adalah dukungan yang bersifat nyata dan dalam bentuk materi semisal kesiapan finansial, karenanya sejak mengetahui istrinya hamil, suami harus segera menyisihkan dana khusus untuk keperluan ini, sehingga saat melahirkan telah tersedia dana yang dibutuhkan Musbikin, 2008

c. Dukungan Informasi

Suami harus memberikan perhatian penuh kepada masalah kehamilan istrinya, misalnya berdiskusi mengenai perkembangan yang terjadi, yaitu mencari informasi mengenai kehamilan dari media cetak maupun dari tenaga kesehatan Universitas Sumatera Utara Musbikin, 2008. Disinilah suami akan mengambil peran besar dalam turut menjaga kesehatan kejiwaaan istrinya agar tetap stabil, tenang dan bahagia Arief, 2008.

d. Dukungan Lingkungan

Yaitu diberikan ketika kehamilan sudah tua, misalnya ketika ibu tidak bisa bekerja terlalu berat suami bisa membantu ibu mengurus rumah tangga, perlakuan ini dapat menyebabkan perasaan senang dalam diri istri, dan istri ahirnya menjadi lebih mudah menyesuaikan diri dalam menjalani kehamilanya Dagun, 2002.

2.3.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Dukungan Suami

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dukungan suami dalam perlindungan kesehatan reproduksi istri ibu, antara lain adalah: a. Budaya Diberbagai wilayah di Indonesia terutama di dalam masyarakat yang masih tradisioanal Patrilineal,menganggap istri adalah konco wingking, yang artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri. b. Pendapatan Pada masyarakat kebanyakan, 75-100 penghasilanya dipergunakan untuk membiayai keperluan hidupnya. Sehingga pada akhirnya ibu hamil tidak mempunyai Universitas Sumatera Utara kemampuan untuk membayar. Secara konkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan istrinya. c. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif 2.4. Praktik atau Tindakan

2.4.1. Pengertian Praktik atau Tindakan

Perilaku kesehatan, menurut Skinner diartikan sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit atau faktor- faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati observable atau yang tidak dapat diamati unobservable, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup pencegahan atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan Notoatmodjo, 2007. Universitas Sumatera Utara Tindakan merupakan bagian dari perilaku yang bersifat terbuka, dimana tindakan atau praktik adalah respon seseorang terhadap stimulus yang dengan mudah dapat dilihat, diamati oleh orang lain dan dapat diukur. Tindakan atau praktik nyata untuk kesehatan merupakan semua kegiatan atau aktivitas seseorang dalam rangka memelihara kesehatan. Indikator praktik kesehatan mencakup tindakan yang berhubungan dengan pencegahan dan pengobatan penyakit, tindakan pemeliharaan maupun peningkatan kesehatan dan tindakan kesehatan lingkungan.

2.4.2. Tingkatan Tindakan

Praktik atau tindakan terdiri dari 4 empat tingkatan, yaitu: a. Persepsi perception yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. b. Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai. c. Mekanisme mechanism yaitu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau menjadi suatu kebiasaan. d. Adaptasi adaptation yaitu suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik atau tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.4.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tindakan

Perilaku terbentuk melalui suatu proses tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungan. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam pembentukan tindakan nyata seseorang dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari Universitas Sumatera Utara dalam maupun dari luar dirinya. Faktor intern berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan sebagainya yang dapat mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Sedangkan faktor ekstern berupa obyek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Berdasarkan hasil survey terhadap wanita Afrika-Amerika diperoleh data bahwa masalah budaya memiliki keterkaitan wanita dalam Pemeriksaan dalam, ada yang mengatakan keengganan wanita untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemeriksaan IVA. Selain itu perempuan dari status sosial ekonomi rendah dan minoritas beresiko untuk tidak mengikuti pedoman skrining kanker. Keyakinan agama dapat mempengaruhi perilaku, dimana agama mengajarkan bahwa segala sesuatu adalah di tangan Tuhan. Tingkat pendidikan rendah yang memunculkan perasaan takut untuk mengikuti pemeriksaan IVA, takut hasil yang menunjukkan penyakit karena adanya anggapan kanker serviks merupakan penyakit yang fatal, serta pengalaman negatif sebelumnya dengan skrining kanker Morrison, R.S., 2010. Perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan nyata merupakan wujud dari pengetahuan dan sikap itu sendiri yang dimiliki seseorang. Setelah individu mengetahui suatu stimulus atau obyek dari informasi yang diterimanya, proses selanjutnya akan menilai dan bersikap terhadap obyek tersebut dan memberikan dampak terhadap tindakan nyata individu tersebut Notoatmodjo, 2007. Bila dikombinasikan dengan pemeriksaan pap smear, inspeksi visual 1 menit setelah cuci asam asetat meningkatkan deteksi hingga 30 persen. Studi di Afrika Selatan menemukan bahwa IVA akan mendeteksi lebih dari 65 persen lesi dan kanker Universitas Sumatera Utara invasaif sehingga direkomendasikan oleh peneliti sebagai alternatif skrining sitologi. Sebagai perbandingan di Zimbabwe Skrining IVA oleh bidan memiliki sensitivitas dan spesifisitas adalah 77 persen dan 64 persen, dibandingkan dengan 43 persen dan 91 persen untuk Papsmear. Di India skrining yang dilakukan oleh perawat terlatih memiliki sensitivitas 96 persen, sedangkan pap smear 62 persen, namun spesifisitas IVA adalah 68 persen. Data yang diperoleh dari Yayasan Kanker Indonesia tahun 2011 menyebutkan setiap tahunnya sekitar 500.000 perempuan didiagnosa menderita kanker serviks dan lebih dari 250.000 meninggal dunia. Total 2,2 juta perempuan di dunia menderita kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks setiap tahun dengan angka kematian sekitar 7.500 kasus per tahun Emilia, 2010.

2.5. Inspeksi Visual Asam Asetat IVA

2.5.1. Pengertian Inspeksi Visual Asam Asetat IVA

Kanker serviks bisa menyerang dengan pendarahan pada vagina, gejala kanker serviks tidak terlihat sampai kanker memasuki stadium yang lebih jauh, kanker bisa dilihat dengan cara melakukan pemeriksaan IVA. D, Adi, 2012 Yang menyebabkan kanker serviks adalah Human Papilloma Virus HPV, yang dapat menyebabkan kanker serviks ialah tiper 16 dan 18 sehingga terinfeksi dan terjadilah kanker serviks. Perjalan infeksi HPV hingga menjadi kanker serviks memakan waktu yang cukup lama dan proses infeksi tersebut sering kali tidak Universitas Sumatera Utara disadari oleh para ibuu yang kemudian menjadi prakanker dan sebagian berlangsung tanpa gejala. Penularan Virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual, terutama yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Penularan virus HPV dengan cara transmisi melalui organ genetalia ke organ genetalia dan juga bisa berpindah melalui sentuhan kulit D, Adi. 2012. IVA adalah cara yang mudah murah dan dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga medis puskesmas. Prinsip kerja pemeriksaan ini adalah dengan cara mengolesi mulut rahim dengan asam asetat. Kondisi kesamaan lendir dipermukaan mulut rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah warna menjadi putih melalui bantuan cahaya, petugas medis akan dapat melihat bercak putih pada mulut rahim Nurcahyo, 2010. Serviks secara visual menggunakan asam cuka IVA berarti melihat serviks dengan mata telanjang untuk mendeksi absomormalitas setelah pengolesam asam asetat atau cuka 3-5. Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih acetowhite, yang mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi prakanker. IVA adalah praktik yang dianjurjan untuk fasilitas dengan sumberdaya rendah dibandingkan dengan jenis penapisan lain Depkes, 2007.

2.5.2. Teknik Pemeriksaan IVA dan Interpretasi

Prinsip metode IVA adalah melihat perubahan warna menjadi putih acetowhite pada lesi prakanker jaringan ektoserviks rahim yang diolesi larutan asam Universitas Sumatera Utara asetoasetat asam cuka. Bila ditemukan lesi makroskopis yang dicurigai kanker, pengolesan asam asetat tidak dilakukan namun segera dirujuk ke sarana yang lebih lengkap. Perempuan yang sudah menopause tidak direkomendasikan menjalani skrining dengan metode IVA karena zona transisional leher rahim pada kelompok ini biasanya berada pada zona 26. Endoserviks rahim dalam kanalis servikalis sehingga tidak bisa dilihat dengan inspeksi spekulum. Perempuan yang akan diskrining berada dalam posisi litotomi, kemudian dengan spekulum dan penerangan yang cukup, dilakukan inspeksi terhadap kondisi leher rahimnya. Setiap abnormalitas yang ditemukan, bila ada, dicatat. Kemudian leher rahim dioles dengan larutan asam asetat 3-5 dan didiamkan selama kurang lebih 1-2 menit. Setelah itu dilihat hasilnya. Leher rahim yang normal akan tetap berwarna merah muda, sementara hasil positif bila ditemukan area, plak atau ulkus yang berwarna putih.48,60 Lesi prakanker ringanjinak NIS 1 menunjukkan lesi putih pucat yang bisa berbatasan dengan sambungan skuamokolumnar. Lesi yang lebih parah NIS 2-3 seterusnya menunjukkan lesi putih tebal dengan batas yang tegas,dimana salah satu tepinya selalu berbatasan dengan sambungan skuamokolumnar SSK. Beberapa kategori temuan IVA tampak seperti tabel berikut Kategori temuan IVA a. Normal : Licin, merah muda, bentuk porsio normal b. Infeksi : Servisitis inflamasi, hiperemesis banyak flour ektropion polip Universitas Sumatera Utara c. Positif IVA : Plak putih Epitel Acetowhite bercak putih d. Kanker leher rahim : Pertumbuhan seperti bunga kol pertumbuhan mudah berdarah. Kategori Temuan IVA Inspeksi Visual Asam Asetat a. Negatif Tidak ada lesi bercak putih acetowhite lession, bercak putih pada polip endoservikal atau kista nabothi, garis putih mirip leso acetowhite pada sambungan skuamokolumnar. b. Positif 1 + Samar, transparan, tidak jelas, terdapat lesi bercak putih yang ireguler pada serviks - lesi bercak putih yang tegas, membentuk sudut angular, geographic acetowhite lessions yang terletak jauh dari sambungan skuamokolumnar. c. Positif 2 ++ Lesi acetowhite yang buram, padat dan berbatas jelas sampai ke sambungan skuamokolumnar - lesi acetowhite yang luas, circumorificial, berbatas tegas, tebal dan padat -pertumbuhan pada leher rahim menjadi acetowhite. 2.5.3. Akurasi Pemeriksaan IVA Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa metode IVA berpotensi menjadi alternatif metode skrining kanker leher rahim di daerah-daerah yang memiliki sumber daya terbatas. Namun demikian, akurasi metode ini dalam penerapan klinis masih terus dikaji di berbagai negara berkembang. Penelitian lainnya mengambil sampel 1997 perempuan di daerah pedesaan di Cina, dilakukan oleh Universitas Sumatera Utara Belinson JL dan kawan-kawan untuk menilai sensitivitas metode IVA pada lesi prakanker tahap NIS 2 atau yang lebih tinggi, dikonfirmasi dengan kolposkopi dan biopsi leher rahim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka sensitivitas IVA untuk NIS 2 atau yang lebih tinggi adalah 71, sementara angka spesifisitas 74. Beberapa penelitian menunjukkan sensitivitas IVA lebih baik daripada sitologi. Claey melaporkan penelitiannya di Nikaragua, bahwa metode IVA dapat mendeteksi kasus LDT Lesi Derajat Tinggi dan kanker invasif 2 kali lebih banyak daripada Tes Pap. Demikian juga laporan dari Basu Berikut adalah tabel tampilan beberapa kajian tentang IVA yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Tabel 2.1. Kajian oleh Beberapa Peneliti Penulis Tahun Negara Jumlah Responden Sensi- tivitas Spesi- fitas Tingkat Petugas Derajat Lesi Bellinson et al. 2001 Cina 1997 71 74 Ginekologi Onkologi NIS 2 atau lebih berat Ghaemaghami 2004 Iran 1200 74.3 94 Residen Obgin NIS 1 atau lebih berat Doh et al. 2005 Kamerun 4813 70.4 77.6 - - Lesi Arbyn et al 2008 India dan Afrika 58.000 79.2 84.7 Perawat, bidan, sitoteknisi NIS 1 atau lebih berat Beberapa penelitian terbaru tentang IVA menambah data tentang kemungkinan penggunaan IVA sebagai alternatif metode skrining secara luas di negara-negara berkembang. Ghaemmaghami 2004 melaporkan angka sensitivitas Universitas Sumatera Utara IVA dibandingkan dengan Tes Pap berturut-turut adalah 74.3 dan 72, sementara angka spesifisitas adalah 94 dan 90.2. Penelitian dilakukan terhadap 1200 perempuan yang menjalani skrining dengan metode IVA dan Tes Pap dan dikonfirmasi dengan kolposkopi dan biopsi. Hasil positif dari kedua pemeriksaan tersebut berjumlah 308 orang, 191 orang diantaranya terdeteksi positif melalui metode IVA. Hasil konfirmasi histologi menunjukkan 175 sampel dinyatakan positif dengan kriteria NIS I atau yang lebih berat, dari 175 sampel tersebut, 130 diantaranya terdeteksi melalui metode IVA. Doh2005 melaporkan hasil penelitian di Kamerun terhadap 4813 perempuan yang menjalani skrining dengan metode IVA dan Tes Pap. Hasil penelitian menunjukkan sensitivitas IVA dibanding Tes Pap 70.4 dan 47.7, sedangkan spesifitas IVA dan Tes Pap berturut-turut 77.6 dan 94.2, nilai prediksi negatif NPV Negative Predictive Value untuk IVA dan Tes Pap berturut-turut adalah 91.3 dan 87.8. Suatu penelitian meta-analisis atas 11 penelitian potong lintang cross- sectional studiesyang dilakukan di India dan beberapa negara di Afrika 2008 yang dilakukan Arbyn membandingkan penggunaan metode IVA, VILI, IVA dengan pembesaran VIAMVisual Inspection with Acetoacetat with a Magnifying device, tes Pap dan HC2 Hybrid Capture-2 assay Penelitian ini melibatkan lebih dari 58.679 perempuan usia 25-64 tahun. Hasil penelitian meta-analisis ini untuk angka sensitivitas IVA,Vili, tes Pap dan HC2 berturut-turut adalah sebagai berikut : Tabel 2.2. Sensitifitas, Spesifisitas berbagai Metode Skrining terhadap CIN 2 Universitas Sumatera Utara Metode Sensitivitas Spesifisitas IVA 79.2 84.7 VILI 91.2 84.5 Tes Pap 57 93 HC2 62 94 2.5.4. Syarat Melakukan Pemeriksaan IVA Syarat tersebut antara lain : perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan sexsual, perempuan yang sudah mempunyai anak, tidak sedang haid, tidak sedang hamil, tidak melakukan hubungan seksual 1 hari sebelum melakukan pemeriksaan IVA. Pada umur 35-40 tahun minimal 1 kali sudah pernah melakukan pemeriksaan IVA, pemeriksaan IVA dilakukan setiap 3 tahun dan dapat diulang setiap 5 tahun.

2.5.5. Alur Pemeriksaan IVA dan Tindak Lanjut

Jika tim skrining sudah cukup kompeten, terapi dengan krioterapi dapat langsung dilakukan pada hasil IVA positif. Namun jika masih ada keraguan, pada hasil skrining IVA positif dapat dimasukkan ke alur triase.

2.5.6. Keunggulan IVA

Adapun keunggulan yang dimiliki IVA dibanding dengan pemeriksaan lain adalah : a Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan b Kinerja tes tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakan untuk penampisan kanker rahim Universitas Sumatera Utara c Dapat depelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan disemua jenjang sistem kesehatan.

2.5.7. Deteksi dengan IVA Inspeksi Visual dengan Asam Asetat

Selain papsmear,metode yang sederhana ini mulai sering dikampanyekan untuk mendeteksikanker serviks. Metode IVA dilakukan dengan cara melihat langsung serviks yang telah diolesi larutan asam asetat 3-5. Perubahan warna pada serviks dapat menunjukkan serviks normalmerah homogen atau lesi pra- kankerbercak putih. Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat pra-kanker dengan sensitivitas sekitar 66-96 dan spesifitas 64-98. Sementara itu, nilai prediksi positif positive predective value dan nilai prediksi negatif negative predective value masing – masing antara 10-20 dan 92-97.

2.6. Landasan Teori

Sebagai penentu variabel penelitian serta menyusunnya dalam suatu kerangka konseptual maka teori-teori yang telah dipaparkan dirangkum dalam suatu landasan teori berikut.Sikap apabila diorientasikan pada respon individu, yaitu sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak favourable maupun perasaan tidak mendukung Unfavourable pada suatu objek. Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan afeksi, pemikiran kognisi dan predisposisi tindakan konasi seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya Azwar,2007. Perilaku merupakan suatu bentuk respon yang Universitas Sumatera Utara salah satunya berupa tindakan yang dapat dilihat dari luar dan dapat diukur Notoatmodjo, 2007.Determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yang diungkapkan dalam teori LawrenceGreen 1980. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yaitu: a. Faktor-faktor Pendorong Predisposing Factors, yang terwujud dalam pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, keyakinan, tradisi, nilai, norma sosial, persepsi dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu. b. Faktor-faktor Pendukung Enabling Factors, terwujud dalam lingkungan fisik yakni tersedianya sarana pelayanan kesehatan, fasilitas-fasilitas dan kemudahan untuk mencapainya, kemudaian termasuk juga prioritas dan komitmen masyarakat pemerintah terhadap kesehatan serta ketrampilan yang berkaitan dengan kesehatan. c. Faktor-faktor yang Memperkuat Reinforcing Factors, yakni mencakup sikap dan perilaku dari keluarga, teman sebaya, petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok intervensi dari perilaku masyarakat. IVA Inspeksi Visual Asam Asetat merupakan suatu metode pemeriksaan yang mudah dan murah dan dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga medis yang sudah mengikuti pelatihan. Prinsip kerja pemeriksaan tersebut dengan cara mengolesi mulut rahim dengan asam asetat. Kondisi keasaman lendir dipermukaan mulut rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah warna menjadi putih melalui bantuan cahaya. Mulut rahim secara visual menggunakan asam asetat berarti melihat serviks Universitas Sumatera Utara dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka 3-5. Jika pada pemeriksaan terdapat infeksi pada mulut rahim maka pasangan usia subur tersebut dianjurkan untuk memeriksakan diri dengan metode IVA. Pemerintah mengadakan program IVA di puskesmas untuk membantu masyarakat karena tingginya tingkat penyakit kanker serviks dan pemerintah berharap dengan adanya pemeriksaan metode IVA tersebut maka angka kejadian kanker serviks akan berkurang. Nurcahyo, 2010 Permasalahan pada wanita saat ini adalah masih rendahnya cakupan pemeriksaan IVAkarena kurangnya pengetahuan ibu pasangan usia subur dan tidakadanya dukungan suami terhadap ibu dan cara pencegahan penyakit kanker serviks sehingga kasus kanker serviks meningkat secara terus menerus. Penyakit ini merupakan pembunuh nomor satu perempuan, dapat menyerang semua lapisan masyarakat, tidak mengenal usia, tingkat pendidikan, pekerjaan maupun status sosial. Pada penelitian Luluk, 2010 Adanya hubungan tingkat pengetahuan dan motivasi wanita usia subur untuk melakukan pemeriksaan IVA menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi wanita usia subur untuk melakukan IVA. Pengaruh persepsi wanita pasangan usia subur terhadap pemanfaatan pelayanan IVA Lestari, 2010, menunjukkan bahwa variable yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan IVA. Gambaran pengetahuan wanita usia subur Universitas Sumatera Utara tentang manfaat IVANuraini, 2010 dapat disimpulkan bahwa seluruh responden mempunyai pengetahuan sedang dalam melakukan pemeriksaan IVA. Faktor-faktor yang berpengaruh dan menentukan perilaku kesehatan oleh Lawrence Green 1980 digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1. Model Teori Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Kesehatan Sumber : Green, 1980 Faktor Predisposisi Pendorong : • Pengetahuan • Kepercayaan • Sikap • Norma Faktor ReinforcingMemperkua t : • Dukungan Suami Perilaku Faktor Enabling Pendukung : • Fasilitas-fasilitas Kesehatan • Pelayanan Kesehatan Universitas Sumatera Utara 2.7. Kerangka Konsep Menurut Notoadmodjo tahun 2005, Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamatidiukur melalui penelitian yang dilakukan. Kerangka konsep pada penelitian ini diambil dari Lawrence Green 1990. Variabel Independent Variabel Dependen Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian IVA Inspeksi Visual Asam Asetat Pengetahuan Sikap Dukungan Suami Universitas Sumatera Utara 41

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Survei Analitik. Survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi Notoatmojo, 2010. Rancangan pengukuran yang dilakukan secara Cross- Sectional. yaitu penelitian dengan tujuan untuk melihat hubungan antara pengetahuan, sikap ibu dan dukungan suami terhadap pemeriksaan IVA Inspeksi Visual Asam Asetat. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan menggunakan kuisioner tanpa memberikan perlakuan dan pengukuran terhadap subjek yang dilakukan dengan sekali pengukuran.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan diwilayah Puskesmas Helvetia Medan, Kecamatan Helvetia, yang terdiri dari 7 kelurahan, yaitu Kelurahan Helvetia, Helvetia Timur, Helvetia tengah, Dwikora, SSC II, Tanjung Gusta, Cinta Damai. Pemeriksaan IVA dilakukan pertama kali pada tahun 2012 dan masih berlanjut sampai sekarang. Dilakukan setiap bulan pada minggu ke 3. Adapun Peneliti memilih lokasi tempat penelitian di Puskesmas Helvetia karena terdapat program pemeriksaan IVA Inspeksi Visual Asam Asetat dan sedikit masyarakat yang mau memeriksakan diri untuk mencegah kanker mulut rahim. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Pasangan Usia Subur Tentang Kanker Serviks dengan Pemeriksaan IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2014”,

14 158 133

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

10 80 82

Faktor- faktor yang berhubungan dengan hasil inspeksi visual asam asetat positif di puskesmas Rengasdengklok kabupaten Karawang tahun 2009

1 14 60

ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN TES IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT) DI PUSKESMAS GUNUNGPATI TAHUN 2014

0 0 64

View of HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) PADA IBU PASANGAN USIA SUBUR DI PUSKESMAS TALISE

0 1 15

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

0 2 28

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan - Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

0 1 15

PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN

0 0 11

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) MELAKUKAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL

0 0 16

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEIKUTSERTAAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) PADA PUS DI PUSKESMAS KOTAGEDE 2 KOTA YOGYAKARTA

0 0 11