Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah penyajian watak dan penciptaan citra tokoh yang ditampilkan dalam
sebuah cerita.
2.2.2.3. Unsur Latar dalam Karya Sastra
Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro, 2000:26, latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat,
hubungan watu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Stanton dalam Nurgiyantoro, 2000: 216, mengemukakan
mengelompokkan latar, bersama dengan plot dan tokoh ke dalam fakta cerita sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi dan dapat diimajinasikan
oleh pembaca faktual jika membaca cerita fiksi. Nurgiyantoro 2000:227 mengemukakan, unsur latar dapat
dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang
berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
a. Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat dipergunakan
mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Latar tempat tanpa nama
yang jelas biasanya hanya berupa penyebutan jenis dan sifat umum
tempat-tempat tertentu, misalnya desa, sungai, jalan, hutan, kota kecamatan, dan sebagainya.
b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan mas alah ”kapan” terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan” biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada
kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. c.
Latar Sosial Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup
berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara
berpikir, bersikap, dan lain-lain yang tergolong ke dalam latar spiritual. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang
bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan atas.
Dedi Suhendi 2006:40 memaparkan bahwa setting atau latar memberikan pijakan yang konkret terhadap cerita. Hal itu cukup beralasan
karena setting menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan social tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Setting adalah tempat dan kumpulan objek-objek, tempat aksi dan passion hasrat karakter muncul secara tepat. Secara nyata, setting dapat
mempengaruhi bagian peristiwa-peristiwa dalam cerita yang secara langsung mempengaruhi karakter-karakter.
2.2.2.4. Unsur Tema dalam Karya Sastra