Unsur Alur Plot dalam Karya Sastra

2.2.2. Unsur-Unsur Pembentuk Karya Sastra

2.2.2.1. Unsur Alur Plot dalam Karya Sastra

Dalam karya fiksi, plot disebut juga dengan alur. Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain. Tinjauan struktural karya fiksi pun sering lebih ditekankan pada pembicaraan plot, walau mungkin mempergunakan istilah lain Nurgiyantoro, 2000:110. Stanton dalam Nurgiyantoro, 2000: 113 mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Keny dalam Nurgiyantoro, 2000: 113 mengemukakan bahwa plot adalah peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang bersifat sederhana karena pengarang menyusun peristiwa- peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Plot merupakan cerminan, atau bahkan berupa perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir, berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai maalah kehidupan. Kejadian, perbuatan, atau tingkah laku kehidupan manusia bersifat plot jika bersifat khas, mengndung unsur konflik, saling berkaitan, dan yang terpenting adalah menarik untuk diceritakan, dan karenanya bersifat dramatik Nurgiyantoro, 2000:114. Menurut Tasrif dalam Nurgiyantoro, 2000: 149 plot dibagi menjadi lima bagian sebagai berikut.

1. Tahap penyituasian tahap situation

Tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan yang lain-lain yang terutama berfungsi untuk melandas tumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

2. Tahap pemunculan konflik tahap generating circumstances

Masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi, tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.

3. Tahap peningkatan konflik tahap rising action

Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Konflik-konflik yang terjadi, internal, eksternal, ataupun keduanya, pertentangan-pertentangan, benturan-benturan antar kepentingan, masalah dan tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tidak dapat dihindari.

4. Tahap klimaks tahap climax

Konflik atau pertentangan yang terjadi, yang dilakui dan ditimpakan kepada para tokoh cerita yang mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.

5. Tahap penyelesaian tahap end

Konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan, dikendorkan, konflik-konflik yang lain, sub-subkonflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada diberi jalan keluar, cerita diakhiri. Berdasarkan beberapa uraian itu dapat disimpulkan bahwa alur merupakan runtutan peristiwa yang membentuk suatu cerita dari awal hingga akhir sehingga pembaca bisa menangkap pesan-pesan yang ada dalam cerita tersebut.

2.2.2.2. Unsur Tokoh dan Penokohan dalam Karya Sastra