Analisis Bivariat HASIL PENELITIAN

Berdasarkan tabel 5.5. di atas dapat diketahui bahwa proporsi lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan tahun 2011 berdasarkan aktivitas fisik, lebih banyak ditemukan pada lansia yang aktivitas fisiknya cukup yaitu 63 orang 60,00, sedangkan pada yang tidak cukup yaitu 42 orang 40,00. 5.2.6. Kebiasaan Merokok Penelitian yang dilakukan terhadap 105 lansia di Posyandu Lansia, diperoleh distribusi proporsi lansia berdasarkan kebiasaan merokok. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.6. Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2011 Kebiasaan Merokok f Ada Tidak Ada 34 71 32,40 67,60 Jumlah 105 100 Berdasarkan tabel 5.6. di atas dapat diketahui bahwa proporsi lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan tahun 2011 berdasarkan kebiasaan merokok, lebih banyak ditemukan pada lansia yang tidak mempunyai kebiasaan merokok yaitu 71 orang 67,60, sedangkan pada lansia yang mempunyai kebiasaan merokok yaitu 34 orang 32,40.

5.3. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga, status gizi, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok dengan variabel dependen hipertensi, dan Universitas Sumatera Utara mengetahui ratio prevalence umur, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat keluarga, status gizi, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok dengan hipertensi di posyandu lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan tahun 2011. 5.3.1. Umur dengan Hipertensi Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara umur dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel 5.7. Tabel 5.7. Hubungan Umur ≥60 Tahun dan 60 Tahun dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2011 Umur tahun Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah χ 2 RP CI =95 p f f f ≥60 26 31,70 56 68,30 82 100,00 0,268 0,605 1,215 0,570- 2,593 60 6 26,10 17 73,90 23 100,00 Dari tabel 5.7. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada kelompok umur ≥60 tahun adalah 31,70 dan pada kelompok umur 60 tahun adalah 26,10. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,605 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok umur ≥60 tahun dan 60 tahun adalah 1,215 95 CI=0,570-2,593. 5.3.2. Jenis Kelamin dengan Hipertensi Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel 5.8. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2011 Jenis Kelamin Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah χ 2 RP CI =95 p f f f Laki-laki 14 29,20 34 70,80 48 100,00 0,072 0,789 0,924 0,515- 1,655 Perempuan 18 31,60 39 68,40 57 100,00 Dari tabel 5.8. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada kelompok laki-laki adalah 29,20 dan pada kelompok perempuan adalah 31,60. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,789 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok laki-laki dan perempuan adalah 0,924 95 CI=0,515-1,655. 5.3.3. Pendidikan dengan Hipertensi Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel 5.9. Tabel 5.9. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2011 Pendidikan Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah χ 2 p f f f Tidak tamat SD tidak sekolah 1 9,10 10 90,90 11 100,00 12,248 0,016 SD 12 54,50 10 45,50 22 100,00 SLTP 8 34,80 15 65,20 23 100,00 SLTA 10 28,60 25 71,40 35 100,00 Akademi PT 1 7,10 13 92,90 14 100,00 Dari tabel 5.9. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada kelompok tidak tamat SD tidak sekolah adalah 9,10, pada SD adalah 54,50, pada SLTP adalah 34,80, pada SLTA adalah 28,60, dan pada Akademi PT adalah 7,10. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,016 Universitas Sumatera Utara artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian hipertensi. 5.3.4. Pekerjaan dengan Hipertensi Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel 5.10. Tabel 5.10. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2011 Pekerjaan Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah χ 2 RP CI =95 p f f f Pensiunan Tidak Bekerja 24 33,30 48 66,70 72 100,00 0,883 0,347 1,375 0,692- 2,730 Bekerja 8 24,20 25 75,80 33 100,00 Dari tabel 5.10. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang pensiunan tidak bekerja adalah 33,30 dan pada kelompok yang bekerja adalah 24,20. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,347 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok pensiunan tidak bekerja dan bekerja adalah 1,375 95 CI=0,692-2,730. 5.3.5. Riwayat Keluarga dengan Hipertensi Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel 5.11. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.11. Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2011 Riwayat Keluarga Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah χ 2 RP CI =95 p f f f Ada 12 70,60 5 29,40 17 100,00 15,403 0,000 3,106 1,898- 5,083 Tidak Ada 20 22,70 68 77,30 88 100,00 Dari tabel 5.11. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki riwayat keluarga adalah 70,60 dan pada kelompok yang tidak memiliki riwayat keluarga adalah 22,70. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,000 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok ada riwayat keluarga dan tidak ada riwayat keluarga adalah 3,106 95 CI=1,898-5,083. 5.3.6. Status Gizi dengan Hipertensi Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara status gizi dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel 5.12. Tabel 5.12. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2011 Status Gizi Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah χ 2 RP CI =95 p f f f Obesitas 21 34,40 40 65,60 61 100,00 1,072 0,301 1,377 0,742- 2,555 Tidak Obesitas 11 25,00 33 75,00 44 100,00 Dari tabel 5.12. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang obesitas adalah 34,40 dan pada kelompok yang tidak obesitas adalah 25,00. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,301 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian Universitas Sumatera Utara hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang obesitas dan tidak obesitas adalah 1,377 95 CI=0,742-2,555. 5.3.7. Aktivitas Fisik dengan Hipertensi Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel 5.13. Tabel 5.13. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2011 Aktivitas Fisik Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah χ 2 RP CI =95 p f f f Tidak Cukup 20 47,60 22 52,40 42 100,00 9,709 0,002 2,500 1,372- 4,554 Cukup 12 19,00 51 81,00 63 100,00 Dari tabel 5.13. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup adalah 47,60 dan pada kelompok yang aktivitas fisiknya cukup adalah 19,00. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi- square, diperoleh nilai p=0,002 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup dan cukup adalah 2,500 95 CI=1,372-4,554. 5.3.8. Kebiasaan Merokok dengan Hipertensi Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel 5.14. Tabel 5.14. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2011 Kebiasaan Merokok Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah χ 2 RP CI =95 p f f f Ada 11 32,40 23 67,60 34 100,00 0,084 0,772 1,094 0,598- 2,001 Tidak Ada 21 29,60 50 70,40 71 100,00 Universitas Sumatera Utara Dari tabel 5.14. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok adalah 32,40 dan pada kelompok yang tidak memiliki kebiasaan merokok adalah 29,60. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,772 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok dan tidak memiliki kebiasaan merokok adalah 1,094 95 CI=0,598-2,001. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 PEMBAHASAN