52
BAB III TEMA
3.1 Elaborasi Tema
Ekspresionis merupakan lukisan ungkapan perasaan paling dalam, emosi, sedih, marah, gembira, dan sebagainya. Ekspresionisme memandang sesuatu kepada dunia yang
mengungkapkan emosi dan pertanyaan-pertanyaan secara psikologis daripada memandang dunia sebagai refleksi dari warna.
Jika melihat ke subuah bangunan yang terlihat adalah bentuknya dan fasadnya dari luar. Hal ini penting karena bangunan pendidikan juga harus memiliki bentuk dan estetika
bangunan dalam memberikan kesan serta daya tarik, dengan tetap mempertimbangkan fungsi ruang didalamnya dan sistem struktur yang digunakan pada bangunan. Jadi, tema
yang digunakan adalah
ekspresionisme
. Pengambilan tema ekspresionisme pada Sekolah Tinggi Musik Indonesia ini adalah
untuk menampilkan bentuk bangunan yang mengkomunikasikan perasaan dan emosi yang tercipta pada fungsi tersebut sehingga bentukan bangunan dapat lebih bervariasi dan
memiliki daya tarik yang kuat.
3.2 Tinjauan Umum
3.2.1 Pengertian Ekspresionisme
Ekspresionisme berasal dari kata ekspresi. Beberapa pengertian ekspresi : Pernyataan atau pengungkapan perasaan
Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu-Zain
. Reaksi terhadap interpretasi terhadap suatu objek
Ekspresionisme, Tonggak Seni Lukis Modern, Amran Ekoprawo
. Beberapa pengertian ekspresionisme :
Melukiskan dasar-dasar emosi paling dalam dari diri seorang seniman baik itu sedih, marah, takut, dsb.
Aliran yang dominan di Eropa Utara sekitar tahun 1905-1925. Dalam arsitektur, merupakan kelanjutan dari Art Nouveau dan berlanjut setelah perang dunia
kedua sebagai brutalisme. Bangunan tidak harus fungsional tetapi menciptakan sensasi dari bentuk-bentuk abstrak
Penguin Dictionary of Architecture and Landscape Architecture, John Fleming
.
53
Aliran dalam seni pada awal abad 20 yang menekankan pada ekspresi subjektif dari pembuatnya
American Heritage, Dictionary of English Language
. Ekspresionisme dalam desain arsitektur adalah :
Aliran yang menekankan sisi spiritual dan emosi daripada aspek fungsional bangunan. Bangunan dipandang sebagai wadah pengungkapan pikiran arsitek.
Menempatkan emosi sebagai pertimbangan yang dominan dalam merancang suatu arsitektur.
Ciri-ciri ekspresionisme berdasarkan buku “Ruang dalam Arsitektur” oleh
Cornelius van De yen adalah sebagai berikut :
Irasional, merupakan pembelokan dari filsafat objektif dan konsep-konsep
statis mengenai ruangan yang lebih mengarah ke subjektif.
Emosional, dimana emosi lebih diutamakan daripada nalar. Antropometrik, merupakan proyeksi simbol-simbol organisme ke dalam masa
arsitektural. Bangunan dianggap sebagai makhluk yang hidup yang menghasilkan bentuk-bentuk organik dengan garis melengkung dan kurva-
kurva.
Kristalin, merupakan perwujudan artistik kristal yang angular. Wujud-wujud
angular tersebut merupakan pembagian secara sadar atas geometri sederhana dari kubus, kerucut, piramida, dan sebagainya.
Utopian, diakibatkan oleh tendensi yang pada saat itu merupakan keputus
asaan akibat perang. Banyak bangunan yang tidak dapat diwujudkan sehingga para arsitek membangun dalam alam khayalnya.
Monumental, menempatkan bagian utama dari komposisi arsitektural yang
terdiri dari sebuah massa yang sentral, dominan, dan menjulang.
54
3.3 Interpretasi Tema