Sekolah Tinggi Musik Medan (Arsitektur Metafora )

(1)

SEKOLAH TINGGI MUSIK MEDAN

(ARSITEKTUR METAFORA )

LAPORAN PERANCANGAN

TGA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER A TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh :

MUHARREZA S. PANE 050406005

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A 2010


(2)

SEKOLAH TINGGI MUSIK MEDAN

(ARSITEKTUR METAFORA )

LAPORAN PERANCANGAN

TGA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER A TAHUN AJARAN 2010/2011

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

MUHARREZA S. PANE 05 0406 005

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A 2010


(3)

SEKOLAH TINGGI MUSIK MEDAN

(ARSITEKTUR METAFORA )

Oleh :

MUHARREZA S. PANE

06 0406 005

Medan, 21 Desember 2010

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP. 132 206 820

Firman Eddy, S.T., M.T.

NIP: 1969101820 000 31001 Devin Defriza, S.T., M.T.

NIP: 19750810 1998 21001 208

818


(4)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A)

Nama : MUHARREZA SEPTIALDI PANE

NIM : 06 0406 005

Judul Proyek Tugas Akhir : SEKOLAH TINGGI MUSIK MEDAN

Tema : ARSITEKTUR METAFORA

Rekapitulasi Nilai :

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan

Laporan

Paraf Pembimbing I

Paraf Pembimbing II

Koordinator TKA-490 1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi

3. Perbaikan Tanpa Sidang

4. Perbaikan Dengan Sidang

5. Tidak Lulus

Medan, Desember 2010

A B+ B C+ C D E

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP: 132 206 820

Koordinator TGA-490,

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP: 132 206 820


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sebesar-besarnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, atas izinnya Tugas akhir saya dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lepas dari suport kedua orang tua yang tidak ada henti-hentinya memberikan semangat juga nasehat.

Tugas akhir ini mengambil judul: SEKOLAH TINGGI MUSIK MEDAN, Tugas akhir ini merupakan syarat yang diwajibkan bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Dengan ini tidak lupa menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan sebesar besarnya kepada pembimbing tugas akhir saya bapak Devin Defriza ST. MT. dan Firman Eddy ST. MT. atas kesediaannya membimbing, memotifasi, kritik, saran dan waktu beliau kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Rasa hormat dan terima kasih di tujukan kepada :

1. Bapak Ir. Dwi Lindarto H., MT., Ketua Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Nawawi Lubis, Bapak Devin dan Bapak Firman selaku koordinator Tugas Akhir , Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Orang tua saya yang tercinta, Bapak Ir. Azwar Pane dan Ibu Drg. Roswita siregar, atas segala doa, support, kesabaran dan segala pengorbanannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Kepada abang dan kekasih, Muharriman Hafiz Pane dan Chaidara Puspita Bangun, yang memberikan motivasi , keritik dan kegembiraan, serta dukungan Iphone.

6. Kepada teman - teman stambuk 2006, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, terutama kepada Isfandiari Anantha, Annisa Toyyibah, Muhammad Taufik Lubis, Ian Dwiki. Efran Saumi, Denni Wahyudi, Elbi Sepriadi, Suria Wihadi, Hasbi Gunawan, Junardi, Azhar (2005), Andi


(6)

(2004), Muhammad Gahara (2003). Serta Stambuk 2009 Khususnya (Yudistira dan fikri).

7. Semua teman – teman Studio Tugas Akhir Semester A TA 2010 / 2011, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang melimpah kepada mereka, karna mereka tugas akhir penulis dapat terselesaikan.

Penulis sungguh menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Karena itu penulis membuka diri terhadap kritikan dan saran bagi penyempurnaan tugas akhir ini. Dan, akhirnya penulis berharap tulisan ini memberikan informasi juga bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Desember 2010 Hormat saya,

Muharreza Septialdi Pane NIM 06 0406 005


(7)

DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR ( SHP2A ) ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

Bab I. Pendahuluan I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Maksud dan Tujuan Proyek ... 2

I.3. Perumusan Masalah ... 2

I.4. Batasan Proyek ... 2

I.5. Lingkup dan Batasan Proyek ... 3

I.6. Kerangka Berpikir... 4

Bab II. Deskripsi Proyek II.1. Pengertian Judul ... 5

II.2. Tinjauan Umum ... 6

II.2.1. Tinjauan Umum di Indonesia ... 6

II.2.1.1 Jalur Pendidikan ... 6

II.2.1.2 Jenis Perguruan Tinggi ... 11

II.2.1.3 Gelar Akademi di Indonesia ... 13

II.2.1.4 Struktur Organisasi ... 14

II.2.2. Musik ... 15

II.2.2.1 Pengertian Musik ... 15

II.2.2.2 Sejarah Musik ... 18

II.2.2.3 Pendidikan Musik ... 23

II.2.2.4 Kurikulum Pendidikan Musik ... 24

II.3. Lokasi Proyek ... 26


(8)

II.3.2. Kriteria Pemilihan Tapak ... 28

II.3.2.1 Analisa Pemilihan Lokasi ... 29

II.3.2.2 Penilaian Alternatif Lokasi ... 33

II.3.3. Kondisi Eksisting Lokasi Proyek ... 34

II.4. Tinjauan Fungsi Bangunan... 35

II.4.1 Deskripsi Fungsi Bangunan ... 35

II.4.2 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 37

II.4.3 Deskripsi Pelaku ... 38

II.4.4 Deskripsi Kebutuhan Ruang ... 39

II.5. Studi Banding Arsitektur Dengan Fungsi Sejenis ... 42

Bab III. Elaborasi Tema III.1. Pengertian Arsitektur Metafora ... 43

III.1.1. Arsitektur ... 43

III.1.2. Metafora ... 43

III.1.3. Arsitektur Metafora ... 46

III.2. Interpretasi Tema ... 47

III.3. Keterkaitan Tema Dengan Judul ... 49

III.4. Studi Banding Tema Sejenis ... 50

Bab IV. Analisa IV.1. Analisa Eksisting ... 51

IV.1.1. Analisa Lokasi ... 51

IV.1.2. Kondisi Eksisting Lahan ... 52

IV.1.3. Tata Guna Lahan ... 53

IV.1.4. Batas Site ... 57

IV.1.5. Sarana dan Prasarana ... 58

IV.1.6. Skyline ... 59

IV.1.7. Eksisting Bangunan Sekitar Site ... 60

IV.2. Analisa Potensi dan Kondisi Site ... 61

IV.2.1. Analisa Sirkulasi ... 61

IV.2.2. Analisa Pencapaian ... 64

IV.2.3. Analisa View ... 68


(9)

IV.2.5. Analisa Kebisingan ... 71

IV.3. Analisa Bangunan ... 73

IV.3.1. Bentuk ... 73

IV.3.2. Orientasi dan View ... 74

IV.3.3. Sirkulasi dan Penzoningan ... 74

IV.3.4. Struktur ... 81

IV.4. Kebutuhan Ruang dan Besaran ... 92

IV.4.1. Perkiraan Kebutuhan Parkir ... 98

Bab V. Konsep Perancangan V.1. Penerapan Tema Pada Bangunan ... 100

V.2. Konsep Site... 101

V.3. Konsep Bangunan ... 102

Bab VI. Hasil Perancangan VI.1. Site Plan ... 110

VI.2. Ground Plan ... 111

VI.3. Denah Basement Lantai 1 dan 2 ... 112

VI.4. Denah lt 2, 3 dan 4 ... 113

VI.5. Potongan ... 114

VI.6. Tampak Utara dan Tampak Timur ... 115

VI.7. Tampak Selatan dan Tampak Barat ... 116

VI.8a. Rencana Pembalokan Lantai 3 dan 4 ... 117

VI.8b. Rencana Pembalokan Lantai 1 dan 2 ... 118

VI.9. Rencana Atap ... 119

VI.10. Rencana Pondasi ... 120

VI.11a. Rencana Kebakaran lantai 1 dan Basement ... 121

VI.11b. Rencana Kebakaran lantai 2, 3 dan 4 ... 122

VI.12a. Rencana Pengkondisian Udara lantai 1 dan 2 ... 123

VI.12b Rencana Pengkondisian Udara Lantai 3 dan 4 ... 124

VI.13a Rencana Sanitasi Lantai 1 dan 2 ... 125

VI.13b Rencana Sanitasi Lantai 3 dan 4 ... 126

VI.14a Rencana Titik Lampu Lantai 1 dan Basement ... 127


(10)

DAFTAR PUSTAKA ... x

DAFTAR GAMBAR HALAMAN Gambar II.1 Struktur Pembagian Jurusan ... 25

Gambar II.2 Alternatif 1 ... 30

Gambar II.3 Alternatif 2 ... 31

Gambar II.4 Alternatif 3 ... 32

Gambar II.5 Eksterior Walt Desney... 42

Gambar II.6 Interior Walt Desney ... 42

Gambar II.7 Denah Concer Hall Walt Desney ... 43

Gambar II.8 Denah School of Art ... 43

Gambar II.9 Eksterior Kenyang School of Art ... 44

Gambar II.10 Eksterior dan Interior Conservatorium Music Sedney ... 45

Gambar II.11 Interior Concer Hall ... 45

Gambar III.1 Nagoya City Art Museum ... 47

Gambar III.2 Santiago Calatrava ... 48

Gambar III.3 EX Plaza ... 47

Gambar III.4 Chapel Notre Dame... 53

Gambar III.5 Interior Chapel Notre Dame ... 54

Gambar III.6 The Armadillo... 55

Gambar III.7 Concer Hall The Armadillo ... 55

Gambar IV.1 Analisa Lokasi ... 56

Gambar IV.2 Kondisi Eksisting ... 57

Gambar IV.3 Tata Guna Lahan ... 59

Gambar IV.4 Kegiatan Sekitar Site ... 60

Gambar IV.5 Ketebalan Bangunan ... 61

Gambar IV.6 Batas Batas Site ... 62


(11)

Gambar IV.8 Sky Line ... 64

Gambar IV.9 Eksisting Sekitar Site ... 65

Gambar IV.10 Analisa Sirkulasi Kendaraan ... 67

Gambar IV.11 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ... 58

Gambar IV.12 Analisa Pencapaian ... 70

Gambar IV.13 Analisa View ... 74

Gambar IV.14 Analisa Vegetasi dan Matahari ... 76

Gambar IV.15 Analisa Kebisingan ... 77

Gambar IV.16 Akustik Luar Ruangan ... 95

Gambar IV.17 Akustik Dalam ... 96

Gambar IV.18 Penyebaran Suara ... 97

Gambar V.1 Penerapan Tema Pada Bangunan ... 106

Gambar V.2 Sirkulasi Kendaraan ... 107

Gambar V.3 Zoning dalam Site ... 107

Gambar V.4 Ombak ... 108

Gambar V.5 Kaca ... 108

Gambar V.6 Roof Garden ... 108

Gambar V.7 Peredam Suara ... 109

Gambar V.8 Bentuk Masa ... 109

Gambar VI.1 Site Plan ... 110

Gambar VI.2 Graound Plan ... 111

Gambar VI.3 Denah Basement Lantai 1 dan 2 ... 112

Gambar VI.4 Denah Lantai 2,3 dan 4 ... 113

Gambar VI.5 Potongan... 114

Gambar VI.6 Tampak Utara dan Selatan ... 115

Gambar VI.7 Tampak Selatan dan Tampak Barat ... 116

Gambar VI.8 Rencana Pembalokan lantai 2 dan lantai 3 ... 117

Gambar VI.9 Rencana Pembalokan Lantai 1 dan 2 ... 118

Gambar VI.10 Rencana Atap ... 119

Gambar VI.11 Rencana Pondasi ... 120

Gambar VI.12 Rencana Kebakaran Lantai 1 dan Basement ... 121

Gambar VI.13 Rencana Kebakaran Lantai 2,3 dan 4 ... 122

Gambar VI.14 Rencana Pengkondisian Udara Lantai 1 dan 2 ... 123


(12)

Gambar VI.16 Rencana Sanitasi Lantai 1 dan 2 ... 125

Gambar VI.17 Rencana Sanitai Lantai 3 dan 4 ... 126

Gambar VI.18 Rencana Titik Lampu Lantai 1 dan Basement ... 127

Gambar VI.19 Rencana Titik Lampu Lantai 2, 3 dan 4 ... 128

DAFTAR TABEL HALAMAN Tabel II.1 Jenis WPP ... 27

Tabel II.2 Penilaian Lokasi ... 33

Tabel II.3 Pengguna dan Kegiatan ... 37

Tabel II.4 Kebutuhan Ruang ... 27

Tabel IV.1 Kriteria Bentuk ... 80

Tabel IV.2 Sirkulasi ... 82

Tabel IV.3 Penzoningan ... 83

Tabel IV.4 Prinsip Struktur Atas ... 84

Tabel IV.5 Prinsip Struktur Bawah ... 85

Tabel IV.6 Bahan Struktur ... 86

Tabel IV.7 Bahan Bangunan ... 87

Tabel IV.8 Penangkal Petir ... 94

Tabel IV.9 Program Ruang ... 104

DAFTAR DIAGRAM HALAMAN Diagram I.1 Kerangka Berfikir ... 4

Diagram II.1 Struktur Organisasi ... 14

Diagram IV.1 Kebakaran ... 91


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Musik sudah sangat dikenal sejak berabad-abad tahun yang lalu. Musik adalah salah satu kebutuhan, karna musik dapat menenangkan, dapat memberikan semangat, dapat membuat sedih dan senang. Musik setiap hari kita dengar, diangkutan umum, dikendaraan pribadi, di mall-mall, bahkan musik bisa memproposikan barang dan jasa.

Perkembangan industri musik sangat cepat berkembang dan meningkat. Begitu pula di indonesia, industru musik menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Kita dapat menemukan lebel, band band baru, artis artis baru dan pagelaran musik yang sangat beragam. Hal ini cukup membuktikan bahwa indonesia cukup berkembang dalam bidang musik dan memiliki potensi musik yang luar biasa.

Perkembangan industri musik sangat cepat berkembang dan meningkat. Begitu pula di indonesia, industru musik menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Kita dapat menemukan lebel, band band baru, artis artis baru dan pagelaran musik yang sangat beragam. Hal ini cukup membuktikan bahwa indonesia cukup berkembang dalam bidang musik dan memiliki potensi musik yang luar biasa.

Di Medan, musik mendapat tanggapan atau respon yang baik dimasyarakat. Banyak sekolah sekolah musik yang berdiri di Medan, dengan fasilitas dan kelebihan masing – masing. Ada beberapa tempat sekolah musik ternama di Medan, diantaranya Medan musik, Era musika, Farabi, LMM ( Lembaga Musik Murni ), dan lain lain.

Perguruan tinggi yang menyediakan pendidikan formal dibidang musik masih sangat minim di Medan. Perguruan tinggi itu antara lain jurusan Etnomusikologi di USU, jurusan Seni dan Tari di Unimed, jurusan seni di Nomensen. Fasilitas yang disediakan juga sangat minim dan terbatas. Ini tergambar oleh kebutuhan ruang yang disediakan juga kurangnya kualitas akustik yang seharusnya menjadi ruangan wajib, serta tidak adanya gedung pertunjukan ( auditorium ) tersendiri.

Berdasarkan latar belakang diatas, dibutuhkan suatu alternatif bentuk fasilitas yang mampu memberikan atau mengatasi tantangan tersebut. Diantaranya didirikannya Sekolah Tinggi Musik Medan. Selain mendapatkan kurikulum perkuliahan yang menjadi


(14)

fasilitas utama, fasilitas pendukung diantaranya ruang konser, studio musik, ruang pertemuan, seminar, perpustakaan, food court dan pendukung lainnya.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dengan dibangunnya Sekolah Tinggi Musik Medan.

• Menjadikannya sekolah musik terlengkap dan terbaik di Medan, yang berskala internasional.

• Mewadahi bagi orang yang ingin melanjutkan pendidikan formal dibidang musik.

• Menyediakan fasilitas pertunjukan untuk menyalurkan bakat-bakat musisi kota medan dan menjadikannya sarana hiburan.

1.3 Perumusan Masalah

Secara umum perumusan masalah yang timbul adalah bagaimana mendesian bangunan Sekolah Tinggi Musik Medan, yang berfungsi untuk mewadahi kebutuhan dan aktivitas serta tema yang diterapkan.

• Bagaimana mendisain sebuah kurikulum berstandar nasional.

• Bagaimana cara mendisain bangunan dengan mengisolir polusi suara yang ditimbulkan dari dalam bangunan

• Bagaimana cara mendisain bangunan dengan mengorientasikan ruang dalam dan luar tanpa diganggu oleh kebisingan dari luar site.

• Bagaiman cara mendisain bangunan eduktif dan rekreatif

• Bagaiman mendisain bangunan sesuai dengan tema yang sudah ditentukan. 1.4 Batasan Proyek

Lingkup batasan proyek ini cenderung mengenai disain arsitektural dan disain interior juga ke butuhan ruang Sekolah Tinggi Musik Medan.

• Pemahaman terhadap kasus, yang mencakup kebutuhan, kelayakan lokasi, aktifitas dan bentuk.

• Pemahaman tema Arsitektur Metafora dan penerapan dalam bangunan

• Studi banding kasus dan tema

• Wawancara dengan masyarakat Musik (seniman, dosen, pencipta musik)


(15)

1.5 Lingkup dan Batasan Proyek

Lingkup batasan-batasan perancangan proyek ini adalah.

• Menyangkut masalah pemilihan lokasi site, dan peraturan pemerintah yang berlaku.

• Perancangan menyangkut dengan aspek fisik dan non fisik, juga pemakai, pengunjung, struktur bangunan, kebutuhan ruang, sirkulasi luar dalam, perancangan tapak, masa bangunan, serta potensi yang ada disekitar site.


(16)

1.6 Kerangka berfikir


(17)

BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 Pengertian Judul

Dibawah akan dibahas Tentang Pengertian Judul , Sekolah Tinggi Musik Medan.

Pengertian Sekolah Tinggi

adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademi atau avokasi dalam bentuk lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Jika memenuhi syarat dapat melanjutkan kejenjang pendidikan profesi.

Pengertian Musik

Musik secara etimologi, kata musik berasal dari bahasa yunani ‘maisike’ yang berarti sebagai segalasegala jenis seni ataupun pengetahuan yang diatur oleh muses. Musik dalam bahasa latin ‘musica’ pada abad ke-5 terbagi dala tiga major, yaitu musica universalis ( yang termasuk order dari dunia dimana Tuhan menciptakan dalam ; ukuran, angka, dan berat); musica human (mendisain dari pada proporsi tubuh manusia); dan musica instrumentalis (musik sebagai suara yang dihasilkan dalam keteraturan). (wikipedia.com)

Musik adalah suatu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang menggungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. (Jamalus – 1988,1)

Musik, dalam buku kamus besar indonesia, dapat diartikan sebagai nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan. Musik meruoakan sebuah seni dan pengetahuan terhadap suara yang terorganisasi. Hal ini memanifest didalam kebudayaan.

(wikipedia.com)

Sekolah Tinggi Musik Medan adalah Perguruan tinggi yang menyelenggarakan Pendidikan akademi atau Avokasi disiplin ilmu kesenian, khususnya seni musik yang berlokasi di Medan.


(18)

II.2 Tinjauan Umum

Tinjauan umum membahas tentang sistem pendidikan secara keseluruhan dan musik secara umum.

II.2.1 Tinjauan Umum di Indonesia

Sistem pendidikan di Indonesia diatur oleh Depatemen Pendidikan Indonesia. Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada pancasila dan UUD 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemanpuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi potensipeserta didik agar menjadi orang yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

II.2.1.1 Jalur pendidikan

Jalur Pendidikan yang terdapat di Indonesia. 1. Pendidikan Formal

2. Pemdidikan Non Formal 3. Pendidikan Informal

Pendidikan Formal adalah jalur Pendidikan yang terstruktur yang berjenjang terdiri atas Pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi.

Menurut departemen pendidikan nasional jejang pemdidikan forman di indonesia terdiri atas: a. Pendidikan Dasar

Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi pendidikan menengah. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar bagi setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

Pendidikan dasar berbentuk :

• Sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat.


(19)

• Sekolah menengah pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

b. Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakn lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas :

• Pendidikan menengah umum

• Pendidikan menengah kejuruan Pendidikan menengah berbentuk:

• Sekolah senengah Atas (SMA)

• Madrasah Aliyah (MA)

• Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan

• Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. c. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, megister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademi, profesi dan vokasi.

Perguruan tinggi dapat berbentuk :

• Akademi

• Politeknik

• Sekolah Tinggi

• Institut

• Universitas 2. Pendidikan Non Formal

Pendidikan Non Formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan Formal yang dapat melaksanakan secara struktur dan berjenjang. Hasil Pendidikan nonformal dapat dihargai


(20)

setara hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyerataan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasionla pendidikan. Pendidikan nonformal meluputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan didik.

Menurut Depatemen Pendidikan Nasional, pendidikan nonformal meliputi: a. Pendidikan kecakapan hidup

b. Pendidikan anak usia dini c. Pendidikan kepermudaan

d. Pendidikan pemberdayaan perempuan e. Pendidikan keaksaraan

f. Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja g. Pendidikan kesetaraan

h. Pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas :

a. Lembaga kursus b. Lembaga pelatihan c. Kelompok belajar

d. Pusat kegiatan belajar masyarakat

e. Majelis hakim serta satuan pendidikan yang sejenis.

Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan, hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, pengembangan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

3. Pendidikan Informal

Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui dengan pendidikan


(21)

formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Di samping jalur pendidikan tersebut terdapat berbagai jenis pendidikan lainnya menurut Departemen Nasional, antara lain.

• Pendidikan anak usia dini

Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jenjang pendidikan formal, nonformal dan informal.

Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk : Taman kanak kanak (TK)

Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk: Kelompok Bermain (KB)

Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk yang sederajat

Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

• Pendidikan Kedinasan

Pendidikan Kedinasan merupakan oendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lemabaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan sebagai pegawai dan calon pegawai negeri suatu Departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.

• Pendidikan Keagamaan

Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan pengaturan perundang-undangan. Pendidikan keagamaan dalang diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.


(22)

Pendidikan keagamaan berbentuk: 1. Pendidikan Diniyah

2. Pesantren 3. Pasraman

4. Pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.

• Pendidikan jarak jauh

Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.

• Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didikan yang memiliki tingkatan kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, itelektual, sosial, dan memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang masyarakat adat yang terpencil, atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak dari segi ekonomi.

II.2.1.2 Jenis Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Di Indonesia, perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan akademi, profesi, dan vokasi dengan program pendidikan diploma (D1, D2, D3, D4), sarjana (S1), magister (S2), doktor (S3), dan spesialis.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional, perguruan tinggi dapat berbentuk: 1. Akademi


(23)

3. Sekolah Tinggi 4. Institut

5. Universitas

1. Akademi

Pendidikan akademik adalah pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu, yang mencakup program pendidikan sarjana, magister, dan doktor. Akademi adalah seluruh lembaga pendidikan formal baik pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan kejuruan maupun perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu.

2. Politeknik

Politeknik adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.

3. Sekolah Tinggi

Sekolah tinggi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

4. Institut

Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

5. Universitas

Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. Kata universitas berasal dari bahasa Latin yang artinya adalah umum dan menyeluruh.


(24)

Berbagai jenis lembaga pendidikan lainnya yang tergolong dalam perguruan tinggi yang terdapat di Indonesia antara lain:

- Pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang diarahkan pada penguasaan keahlian terapan tertentu, yang mencakup program pendidikan diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4, maksimal setara dengan program pendidikan sarjana. Lulusan pendidikan vokasi akan mendapatkan gelas vokasi. Di Indonesia, gelar vokasi diatur oleh senat perguruan tinggi dan ditulis di belakang nama yang berhak dengan mencantumkan singkatannya. Gelar vokasi yang ada di Indonesia antara lain adalah Ahli Pratama (AP.), Ahli Muda (AMa.), Ahli Madya (AMd.), Sarjana Sains Terapan (SST).

- Pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program pendidikan sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Lulusan pendidikan profesi akan mendapatkan gelas profesi.

II.2.1.3 Gelar Akademik di Indonesia

Gelar akademik atau gelar akademis adalah gelar yang diberikan kepada lulusan pendidikan akademik bidang studi tertentu dari suatu perguruan tinggi. Gelar akademik kadangkala disebut dengan istilahnya dalam bahasa Belanda yaitu titel. Gelar akademik terdiri dari sarjana (bachelor), magister (master), dan doktor (doctor).

1. Sarjana (S1)

Kata sarjana berasal dari bahasa Sansekerta, dan dalam Bahasa Inggris disebut sebagai Bachelor. Sarjana adalah gelar akademik yang diberikan kepada lulusan program pendidikan sarjana (S1) atau undergraduate. Untuk mendapatkan gelas sarjana, biasanya dibutuhkan waktu selama 4 (empat) sampai 6 (enam) tahun dan harus menyelesaikan SKS (satuan kredit semester) sebanyak 144 SKS.

Sebelum tahun 1993, gelar sarjana yang ada di Indonesia antara lain Doktorandus (Drs.), Doktoranda (Dra.), dan Insinyur (Ir.), setelah tahun 1993, penggunaan baku gelar sarjana yang ada di indonesia antara lain Sarjana ekonomi (S.E), Sarjana hukum (S.H), Sarjana teknik (S.T), Sarjana Teknologi Pertanian (S.TP), Sarjana Agama (S.Ag) dan sarjana Pendidikan (S.Pd). Gelar sarjana ditulis dibelakang nama yang berhak dengan mencantumkan huruf S dikuti inisial bidang studi. Straa pendidikan Sarjana ini disebut sebagai Strata 1 atau biasa disingkat S1.


(25)

2. Magister (S2)

Gelar magister yang ada di indonesia antara lain Magister Manajemen (M.M), Magister Sains (M.Si), dan Magister Teknik (M.T), gelar magister ditulis di belakang nama yang berhak dengan mencantum huruf M diikuti insial bidang studi, strata pendidikan Magister Ini disebut sebagai Strata @ atau biasa disingkat S2.

3. Doktor (S3)

Gelar doktor dari bidang studi apapun bergelar Doktor dan ditulis di depan nama yang berhak dengan mencantum singkat Dr. Strata pendidikan Doktor ini disebut sebagai Strata bisa disingkat S3.

Selain gelar akademi, di indonesia juga terdapat yang disebut Gelar Profesi. Gelar profesi adalah gelar yang diberikan kepada lulusan pendidikan profesi bidang studi tertentu perguruan tinggi. Di Indonesia, gelar diatur oleh senat perguruan tinggi dan organisasi profesi berdasarkan standar profesi yang terkait sebagai dan ditulis di belakang nama yang berhak, gelar profesi yang ada di Indonesia antara lain, Doktor (dr), Dokter Gigi (drg), Dokter Spesialis (Sp), Akuntan (Ak), Apoteker (Apt).

2.2.1.4 Struktur Organisasi

Dari hasil studi banding literatur dan survey yang didapat, struktur organisasi dari Sekolah Tinggi Musik Medan yang akan dibangun nantinya adalah sebagai brikut :


(26)

II.2.2 Musik

II.2.2.1 Pengertian Musik

Walaupun banyak dari para ahli musik telah mencoba memberikan definisi tentang musik, namun hingga kini belum ada satupun yang diyakini merupakan satu-satunya pengertian yang paling lengkap. Berikut berbagai pengertian tentang musik:

- Musik secara etimologi, kata music berasal dari bahasa Yunani “mousike” yang berarti sebagai segala jenis seni ataupun pengetahuan yang diatur oleh muses. Musik dalam bahasa latin “musica” pada abad V terbagi dalam tiga major, yaitu musica universalis (yang termasuk order dari dunia dimana Tuhan menciptakannya dalam “ukuran, angka, dan berat”), musica humana (mendesain daripada proporsi tubuh manusia), dan musica instrumentalis (music sebagai suara yang dihasilkan dalam keteraturan). (www.wikipedia.com)

- Musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, dan harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. (Jamalus – 1988,1)

- Musik adalah pengalaman estesis yang tidak mudah dibandingkan pada setiap orang, sebagaimana seseorang dapat mengatakan sesuatu dengan berbagai cara. (Ewen 1963,VII-VIII)

- “Music is the science and art of the rhythmic combination of tones, vocal or instrumental, embracing melody and harmony for the expression of anything possible by this means, but chiefly emotional”. Terjemahannya, “Musik adalah ilmu dan seni dari kombinasi ritmis nada-nada, vokal maupun instrumental, yang melibatkan melodi dan harmoni untuk mengekspresikan apa saja yang memungkinkan, namun khususnya bersifat emosional”. (Ewen 1963, VII)


(27)

- Aristoteles berpendapat bahwa musik merupakan curahan kekuatan tenaga penggambaran yang berasal dari gerakan rasa dalam suatu rentetan suara (melodi) yang berirama.

- Tchaikovsky berkata bahwa music adalah ilham yang menurunkan kepada kita keindahan yang tiada taranya. Musik adalah logika bunyi yang tidak seperti sebuah buku teks atau sebuah pendapat. Ia merupakan suatu susunan vitalitas, suatu mimpi yang kaya akan bunyi, yang terorganisasi dan terkristalisasi.

- Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang.

- Musik, dalam buku kamus besar bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan. Musik merupakan sebuah seni dan pengetahuan terhadap suara yagn terorganisasi. Hal ini memanifest di dalam setiap kebudayaan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa music merupakan salah satu cabang seni pertunjukan seperti tari, drama, puisi, dan sebagainya. Sebagai sebuah karya seni, music adalah ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan lewat komposisi jalinan nada atau melodi, baik dalam bentuk karya vokal maupun instrumental. Di samping itu music adalah suatu karya seni yang tersusun atas kesatuan unsur-unsur seperti irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur, dan ekspresi.

Alat musik adalah suatu instrument yang dibuat atau dimodifikasi untuk tujuan menghasilkan musik. Pada prinsipnya, segala sesuatu yang memproduksi suara, dan dengan cara tertentu bisa diatur oleh musisi, dapat disebut sebagai alat musik. Walaupun demikian, istilah ini umumnya diperuntukkan bagi alat yang khusus ditujukan untuk musisi.

Jenis-jenis alat musik berdasarkan sumber bunyinya:

- Idiofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari bahan dasarnya. Contoh: kolintang, drum, bongo, kabasa, angklung.

- Aerofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari hembusan udara pada rongga. Contoh: suling, terompet, harmonica, trombone.

- Chordofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari dawai. Contoh: bass, gitar, biola, gitar, sitar, piano, kecapi.


(28)

- Membranofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya dari selaput atau membran. Contoh: tifa, drum, kendang, tam-tam, rebana.

- Elektrofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya dibangkitkan oleh tenaga listrik. Contoh: kibor, gitar listrik, bass elektrik.

Musik memiliki berbagai elemen ataupun unsur yang menjadi bagian dari tubuh musik-musik itu sendiri. Berbagai elemen tersebut adalah sebagai berikut:

- Suara. Teori menjelaskan bagaimana suara dinotasikan atau dituliskan dan bagaimana suara tersebut ditangkap dalam benak pendengarnya. Dalam musik, gelombang suara biasanya dibahas tidak dalam panjang gelombangnya maupun periodenya, melainkan dalam frekuensinya. Aspek-aspek dasar suara dalam musik biasanya dijelaskan dalam tala (Inggris: pitch, yaitu tinggi nada), durasi (berapa lama suara ada), intensitas, dan timbre (warna bunyi).

- Nada. Suara dapat dibagi-bagi ke dalam nada yang memiliki tinggi nada atau tala tertentu menurut frekuensinya ataupun menurut jarak relative tinggi nada tersebut terhadap tinggi nada patokan. Perbedaan tala antara dua nada disebut sebagai interval. Nada dapat diatur dalam tangga nada yang berbeda-beda. Tangga nada yang paling lazim adalah tangga nada mayor, tangga nada minor, dan tangga nada pentatonik. Nada dasar suatu karya musik menentukan frekuensi tiap nada dalam karya tersebut.

- Ritme. Ritme adalah pengaturan bunyi dalam waktu. Birama merupakan pembagian kelompok ketukan dalam waktu. Tanda birama menunjukkan jumlah ketukan dalam birama dan not mana yang dihitung dan dianggap sebagai satu ketukan. Nada-nada tertentu dapat diaksentuasi dengan pemberian tekanan (dan pembedaan durasi).

- Notasi. Notasi musik merupakan penggambaran tertulis atas musik. Dalam notasi balok, tinggi nada digambarkan secara vertical sedangkan waktu (ritme) digambarkan secara horizontal. Kedua unsur tersebut membentuk paranada, di samping petunjuk-petunjuk nada dasar, tempo, dinamika, dan sebagainya.

- Melodi. Melodi adalah serangkaian nada dalam waktu. Rangkaian tersebut dapat dibunyikan sendirian, yaitu tanpa iringan, atau dapat merupakan bagian dari rangkaian akord dalam waktu (biasanya merupakan rangkaian nada tertinggi dalam akord-akord tersebut).


(29)

- Harmoni. Harmoni secara umum dapat dikatakan sebagai kejadian dua atau lebih nada dengan tinggi berbeda dibunyikan bersamaan, walaupun harmoni juga dapat terjadi bila nada-nada tersebut dibunyikan berurutan (seperti dalam arpeggio). Harmoni yang terdiri dari tiga atau lebih nada yang dibunyikan bersamaan biasanya disebut akord.

II.2.2.2 Sejarah Musik

Perkembangan musik klasik dapat dikelompokkan dengan berbagai sistem. Sebagai contoh ialah yang mengacu pada perkembangan tektstur musikal, seperti periodesasi yang di buat oleh Ewen (1963:7-13). Sementara itu Stein (1963) merdasarkan periodesasi historis musik klasik atas prosedur komposisi dan bentuk musik. Menurut sistem tersebut taksonomi historis musik klasik adalah sebagai berikut: Era Abad Pertengahan (300-1000), Romanesque (1000-1150), Ars Antiqua (1150-1300), Ars Nova (1300-1400), Renaissance Awal (1400-1500), Renaissance Tinggi (1500-1600), Baroque (1600-1750), Rococo (1725-1778), Klasikisme (1750-1827), Romantikisme (1800-1900), Impresionisme (1880-1918), dan Abad XX (1900-sekarang). Berikut ini akan dipaparkan sejarah musik di dunia menurut pembagian jamannya. - Era Kuno / Antiquity (sebelum tahun 500 M)

Musik Barat Awal terbentuk oleh tiga komponen budaya meliputi tradisi-tradisi yang tidak sepenuhnya Eropa: Pertama, Timur Tengah dan Mesir Kuno (daerah Mesopotamia di sekitar sungai Tigris dan Euphrate yang didiami suku-suku bangsa Sumeria, Babylonia, dan Assyria) meninggalkan artefak gambar-gambar instrumen musik yang sudah lengkap (idiofon, aerofon, kordofon, dan membranofon) untuk memainkan himne yang diukir pada batu tahun 800 SM. Lima ratus tahun kemudian Bangsa Mesir melakukan hal yang sama, sedangkan bangsa Yahudi tercatat sejak tahun 2000 SM dan didokumentasikan dalam Kitab Perjanjian Lama yang lebih berkembang karena kemudian diadopsi dan diadaptasikan dalam liturgi agama Kristen kemudian. Tradisi peribadatan Yahudi di synagoge (kuil) berupa gaya menyanyi silabis dan melismatis hingga kini tetap digunakan di seluruh dunia.

Kedua, Yunani Kuno, merupakan budaya yang paling berpengaruh pada perkembangan musik di Barat melalui bangsa Romawi yang menaklukan mereka tetapi sekaligus banyak mengadopsi budayanya. Sejarah Yunani baru mulai sekitar tahun 1000 SM tetapi segera mempengaruhi bangsa-bangsa sekitarnya. Dua dewa yang paling dipuja bangsa Yunani Kuno adalah Apollo dan Dionysus – kelak menjadi prototipe dua kutub aliran estetika yang saling berlawanan yakni klasik dan romantik. Pemuja Apollo, memainkan instrument musik berdawai kithara sejenis lyre adalah kaum yang berwatak objektif terhadap ekspresi, sederhana, dan jernih. Sebaliknya pengikut Dionysus suka memainkan instrumen tiup aulos,


(30)

bersifat subjektif, emosional, dan berhawa nafsu besar. Doktrin etos seperti yang dijelaskan filsuf Plato dan Aristoteles meyakini bahwa musik memberikan efek langsung pada perilaku seseorang yang mendengarkannya. Akibatnya, sistem social dan politik menjadi belit-membelit dengan musik, pendidikan berfokus pada musik dan olahraga senam (musica dan gymnastica), bahkan untuk membentuk tatanan fundamental masyarakat dilakukan rasionalisasi musik seperti: penalaan nada, memilih instrumen musik, mencipta modus dan ritme-ritme. Ahli matematik Pythagoras menjadi orang pertama yang meneliti perbandingan-perbandingan getaran dawai dan menetapkan urutan nada-nada yang hingga kini menjadi dasar sistem musik diatonik.

Ketiga, Romawi Kuno, bilamana budaya musikal wilayah Mediterania timur dicangkokkan ke dalam wilayah Mediterania Barat oleh kembalinya serdadu-serdadu Romawi, maka modifikasi dengan berbagai selera dan tradisi-tradisi lokal yang ada tak bisa dihindarkan. Modifikasi nyatanya bahkan hanya lebih menyederhanakan saja dari model-model yang diadopsi. Tangga nada diatonik (tujuh nada) dijadikan standar menggantikan struktur-struktur kromatik dan enharmonik dari sistem musik Yunani. Romawi tidak memiliki kekayaan warisan musikal berupa: teori akustik, konsep modus, pengelompokan ritme, organology instrumen musik, sistem notasi yang meliputi pitch dan durasi, dan banyak repertoar 29 berupa melodi-melodi yang digunakan untuk contoh-contoh pada komposisi selanjutnya.

- Era Abad Pertengahan (Medieval Era) 600-1450

Meliputi suatu periode masa yang paling panjang terkait dengan semua kehidupan dan seni untuk pelayanan gereja. Musik untuk keperluan ibadat, sebagai alat utama untuk memahami karya-karya Tuhan Allah. Mewarisi modus-modus Yunani, bangsa Romawi yang kristen mengembangkan modus-modus gereja sebagai sistem tangga nada yang hingga kini masih digunakan dalam berbagai peribadatan kristen. Standarisasi dalam berbagai lapangan pengetahuan juga terjadi dalam musik, biarawan, dan teoritikus musik Guido d'Arezzo merancang sistem menyanyi yang dinamakan 'solmisasi'. Pemimpin gereja Paus Gregorius I mengatur penggunaan lagu-lagu pujian untuk peribadatan gereja yang dikenal dengan Gregorian Chant.

Gaya polifoni sebagai teknologi komposisi yang menggabungkan dua alur melodi atau lebih memperkaya rasa keindahan musikal dibandingkan gaya monofon sebelumnya dan cikal bakal harmoni. Pusat musik abad XIV adalah Italia dengan komposer-komposer penting seperti Fransisco Landini, Giovanni da Cascia, dan Jacopo da Bologna. Untuk pertama kali di Paris para pencipta musik Leonin dan Perotin yang notabene adalah biarawan Katedral Notre-Dame


(31)

disebut sebagai komposer-komposer "Aliran Notre-Dame" (The Notre-Dame School). Sebuah risalah penting berjudul Ars Nova (Seni Baru) oleh Philippe de Vitry muncul lebih awal pada abad XIV dan sekaligus menunjukkan bahwa seni yang berkembang sebelumnya menjadi kuno.

- Era Renaissance (1450-1600)

Berwatak klasik, pengekangan, menahan diri, dan kalem. Selain tertarik pada kebudayaan Yunani Kuno, juga berkembang humanisme khususnya di Italia dan fundamentalisme di Eropa Utara, tetapi sarat dengan penemuan ilmiah. Kebudayaan termasuk musik berkembang baik di dalam maupun di luar gereja. Manusia seperti telah menemukan kembali jati dirinya terutama tampak pada idealisme kaum Protestan yang meyakini bahwa manusia bisa berhubungan langsung dengan Tuhan-nya. Melodi dan tekstur musik masih menggunakan modus-modus sebelumnya, tetapi akord-akord mulai disusun dengan cara menghubungkan melodi-melodi yang menghasilkan konsonan atau disonan. Selain musik vokal, era ini ditandai mulainya komposisi solo dengan iringan ansambel instrumental. Selama abad XVI musik instrumental merangkak naik cepat terkait dengan perkembangan teknik-teknik permainan instrumen yang idiomatis seperti ritme-ritme beraksen kuat, nada-nada yang diulang-ulang, wilayah nada semakin luas dan panjang, nada-nada yang ditahan dan frase-frase, dan banyak ornamentasi melodi.

Renaissance dapat diartikan sebagai periode dalam Sejarah Eropa Barat dimana manusia mulai melakukan eksplorasi terhadap dunia, baik melalui perjalanan atau penjajahan ke Timur maupun ke Selatan belahan bumi, tetapi mereka juga gemar mengembangkan ilmu pengetahuan dan kesenian. Oleh karena pikiran manusia menjadi semakin bebas, maka musik sekuler mulai muncul dan berkembang pula musik-musik instrumental yang semula kurang mendapatkan tempat di lingkungan tradisi gereja. Tetapi musik gereja tetap sangat penting dan gaya polifonik vokal sangat berkembang pada periode ini.

- Era Baroque (1600-1750)

Periode waktu musik Baroque yang juga dikenal sebagai awal suatu masa paling dramatik dalam sejarah musik, dikatakan sebagai mulanya era tonal, tetapi totalitas musik yang menggunakan tangga nada diatonik sebenarnya berlangsung hingga pada awal abad XX, selebihnya musik modern mulai banyak yang meninggalkan sistem diatonik itu. Sekalipun kata Perancis Baroque, Inggris/Jerman Barock, Italia Barocco – semua menunjuk pada kata sifat "bizaree" (aneh, ajaib, dan ganjil) – pada mulanya berkonotasi buruk, digunakan untuk tujuan menghina, merendahkan, dan abnormal, tetapi definisinya semakin menjadi positif,


(32)

agung, dramatik, dan bahkan mengandung spirit kuat dalam seni. Spirit itu diperlukan untuk mengembangkan kekayaan musikal dan menumbuhkan dengan cepat teknik-teknik yang diperlukan. Dua gaya musik yang terpenting adalah gaya antik (prima prattica, stile antico) dan (sconda prattica, stile moderno) yang lebih teatrikal daripada yang pertama.

Dua gaya musikal yang sangat berbeda dari Renaissance adalah gaya musik concertato dan basso continuo. Gaya pertama menerapkan teknik kontras, kombinasi, dan alternasi antara solo dan iringan, sedangkan yang kedua teknik menggarap iringan musik berbasis nada-nada bas (nada paling bawah). Dua gaya itu banyak digunakan dalam komposisi instrumental yang menjadikan era ini merupakan masa gemilang musik instrumental seperti jenis musik "sonata" dan "concerto". Musik hiburan (entertainment music) secara bertahap mulai berkembang baik secara kualitas maupun kuantitasnya dan memperkaya musik gereja yang sudah ada. Mulai tahun 1700 beberapa bentuk musik berbeda muncul seperti solo sonata, trio sonata, suita tarian, dan concerto grosso.

- Era Klasik (1750-1820)

Seperti yang terjadi pada era Renaissance, sebenarnya cukup sulit mendefinisikan era ini sekalipun menggunakan tinjauan periode waktu, perbedaan gaya-gaya musikal, perilaku estetik, idealisme, bahkan norma-norma yang ditetapkan. Era ini mewarisi dan mengembangkan klasikisme secara total melalui pikiran positif, sikap tenang, seimbang (harmonious tranquility), maka teori penting tentang Apollo dikembangkan Nietzsche yang mengatakan bahwa Apollo adalah dewa kebijaksanaan, pikiran analitis, pembentuk kepribadian, refleksi diri, dan pemahaman, yang dilawan oleh Dionysus sebagai dewa yang melahirkan prototipe romantikisme.

Kata "klasik" bermakna sesuatu yang ber-'kelas' tinggi, bukan sesuatu yang berkualitas sembarangan. Musik klasik (semua musik serius) termasuk dalam kategori ini, tetapi era klasik tidak mendadak menemukan jati dirinya melainkan dimulai oleh gaya rococo yang riang (galant style) khususnya di Perancis dan gaya sentimental (empfindsamer stil) yang dikembangkan pada tahun 1750 hingga 1760-an di Jerman.

Perubahan fundamental gaya musik klasik dari Baroque diinspirasikan oleh Rococo yang memurnikan kembali kembali idealisem klasik Yunani Kuno oleh para komposer hebat seperti Joseph Haydn, Wolfgang Amadeus Mozart, Christoph Willibald Gluck, dan Ludwig van Beethoven. Untuk pertama kali dalam sejarah musik kamar seperti kuartet, kuintet, dan trio piano dijadikan standar dan menggantikan dominasi ansambel-ansambel Baroque. Polifoni digantikan gaya homofoni yang membedakan fungsi melodi dan progresi akord-akord sebagai


(33)

iringan. Bentuk musik (musical form) terpenting adalah bentuk sonata (sonata form) yang digunakan pada simfoni, sonata, dan konserto.

- Era Romantik (1820-1900)

Komposer-komposer Jerman seperti Beethoven merespon gerakan Sturm und Drang dan menjadikan pergantian gaya musikal dan sikap estetik yang lebih personal, nasionalistik, bebas, dan menjadikan ciri khas Romantik. Batasan romantik berasal dari sastra Jerman pada akhir abad XVIII, seorang penulis Franco-Swiss bernama Mme de Stael mengaitkan gagasan-gagasan baru dengan gerakan yang terjadi pada tahun 1813 sebagai sesuatu yang asli, modern, populer, natural, religius, dan pemberlakuan institusi-institusi sosial. Maka musik Romantik berbeda dari gaya sebelumnya dan acap kali dikatakan berlawanan dengan Klasik karena wataknya yang emosional, subjektif, nasionalis, individualis, eksotis, melarikan diri, nafsu bebas, dan bahkan tidak rasional.

Sifat-sifat gaya romantik sangat ditentukan oleh upaya para komposer yang memperkaya sumber-sumber inspirasi dan sumber-sumber material bagi komposisi mereka. Orkestra, musik piano, solo vokal dengan iringan piano, dan opera dijadikan sebagai jenis-jenis musik utama, tetapi musik kamar dan musik vokal pujian agak dipinggirkan. Metrik genap dan metrik gasal dijadikan basis metrik musik, tetapi terkadang dilakukan juga eksperimen-eksperimen menggabungkan keduanya secara tidak biasa. Ritme diakui sebagai suatu inti yang penting dari masalah ekspresi dalam musik. Di sisi lain kemungkinan-kemungkinan baru secara idiomatis pada perwatakan instrumen digali dan dikembangkan. Elemen-elemen harmoni dan tonal terus-menerus dikembangkan selama abad itu, dengan kromatikisme, sonoritas diperkaya misalnya dengan akord tujuh dan akord sembilan, dan bunyi-bunyi yang non-harmonis banyak digunakan secara lebih bebas. Modulasi-modulasi semakin menjauh dari tonalnya, tetapi musik masih berpusat pada melodi dan harmoni.

- Era Kontemporer (1900-sekarang)

Periode ini dalam sejarah musik sering disebut juga sebagai periode Modern sejak tahun 1900 sebagai titik awalnya. Era kontemporer musik dipicu oleh peran komposer-komposer Romantik yang mengembangkan gaya nasionalistik terutama yang berkembang di negara-negara Eropa Timur. Romantik di Eropa Timur banyak menghadirkan musik yang bernuansa budaya nasional, idiom-idiom lokal, dan tertarik dengan keindahan pemandangan alam setempat. Claude Debussy dan Maurice Ravel mereka adalah komposer-komposer Prancis yang mengawali periode kontemporer dengan gaya impresionisme. Musik era ini menggunakan pola-pola ritme yang tak berbentuk, tangga nada whole-tone, konsep tentang


(34)

hubungan bebas pada harmoni-harmoni berdekatan, dan tekstur-tekstur kalaedokopik dan impresionisme musikal.

Pasca Perang Dunia II ditandai oleh dua sikap artistik utama yang cenderung menggabungkan unsur-unsur yang ada, Anton von Webern membawa komposisi serial secara lebih ekstrim secara ketrampilan dan intelektual yang berorientasi kepada Klasikisme daripada Ekspresionisme. Stravinsky, anggota tertua dari kelompok Neoklasik, mulai melakukan eksperimen dengan Serialisme. Musik Avant-Garde mulai dikembangkan dengan teknik-teknik yang memungkinkan menggunakan unsur elektronika.

II.2.2.3 Pendidikan Musik

Pendidikan musik adalah suatu cabang pendidikan yang berkonsentrasi di pengajaran dan pembelajaran musik. Selain mengajarkan teori-teori musik, pendidikan musik diharapkan untuk dapat mengembangkan seseorang secara keseluruhan. Hal itu mencakup pada mengapresiasi musik dan kepekaan terhadap musik. Pendidikan musik mengembangkan kemampuan saraf motorik bagi siswa yang memainkan alat musik, dan pendidikan ini mengembangkan kemampuan seseorang melalui pengenalan dan interpretasi pada simbol dan notasi musik. Pada pendidikan dasar, musik juga termasuk dari salah satu bagian kurikulumnya. (www.wikipedia.com)

Di Amerika, sejarah pendidikan musik formal dimulai pada abad XVIII yaitu diterbitkannya berbagai musik yang bersifat pengajaran dan edukatif. Pada abad XIX, dibentuknya Boston Academy of Music oleh Lowell Mason yang menjadi sekolah musik formal pertama di dunia dan selanjutnya menjadi panutan dan standar untuk pembangunan sekolah musik lainnya. Pada abad XX, sudah dibentuk suatu organisasi yang bergerak di bidang musik dan mulai diadakannya gelar Bachelor of Music pada pendidikan formal musik. Hingga pada saat ini, di Amerika sudah terdapat banyak sekolah musik formal, baik pada tingkat pendidikan dasar, menengah, hingga pada jenjang pendidikan tinggi.

Sekolah tinggi di bidang musik juga biasa disebut dengan Conservatory. Conservatory berasal dari bahasa Perancis yakni Conservetoire adalah lembaga perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan musik formal di bidang performance, teori musik, sejarah musik, memainkan alat musik dan penulisan lagu. Berbagai macam gelar pendidikan musik yang umum di luar negeri adalah Bachelor of Art in Music, Bachelor of Art in Music Education, Master of Art in Music, Doctor of Music.

Pendidikan musik di Indonesia dapat digolongkan menjadi pendidikan musik formal yang berupa perguruan tinggi musik, akademi musik, institusi musik, dan lembaga pendidikan


(35)

formal lainnya. Sedangkan untuk pendidikan musik non formal berupa lembaga pendidikan kursus musik yang banyak terdapat di berbagai kota di Indonesia.

II.2.2.4 Kurikulum Pendidikan Musik

Dari hasil studi banding yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kurikulm musik dapat dibagi menjadi dua pembagian utama menurut sifatnya, yaitu teori musik dan praktek musik. Teori musik merupakan cabang ilmu yang menjelaskan unsur unsur musik, Cabang ilmu ini mencakup pengembangan dan penerapan metode untuk menganalisis mau pun mengubah musik, dan keterkaitan antara notasi dan pembawaan musik.

Dalam teori teori musik hal hal yang diperlajari adalah suara, nada, notasi, ritme, melodi, kontrapon musik, harmoni, bentuk musik, teori menciptakan lagu, dan sebagainya.

Dari studi banding, mata kuliah yang termasuk dalam teori musik antara lain : 1. Music History (2 SKS) (Sejarah Musik)

2. English for Musican (2 SKS) ( Bahasa inggris untuk

Musisi)

3. Basic Aranging (2 SKS) ( Dasar Aransemen)

4. Song Writing (2 SKS) ( Penulisan Lagu )

5. Music Theory and Harmony (2 x 2 = 4 SKS) ( Teori musik dan Harmonisasi)

6. Ear Training (4 x 2 = 8 SKS) ( Pelatihan Pendengaran) 7. Expression and Interpretation (2 SKS) ( Ekpresi dan Interpretasi) 8. Musik Research Paper (4 SKS) ( Penelitian Musik )

9. Final Project (8 SKS) ( Tugas Akhir )

10. Live Band Workshop (8 SKS) ( Pagelaran Musik ) 11. Rhytm Learning (4 x 3 = 12 SKS) ( Pelajaran Tempo )

12. Sightreading (4 x 3 = 12 SKS) ( Membaca Not musik ) 13. Midi Sequencing (2 x 3 = 6 SKS) ( Pembentukan Midi )

Praktek Musik berupa pembelajaran Musik secara Praktikal dan melatih kepercayaan diri tampil bermusik didepan penonton. Yang termasuk dalam peraket musik adalah sebagai berikut :

14. Major (Instrument / Voice) (4 x 3 SKS = 12 SKS) ( Olah vokal dan Instrumen ) 15. Ensemble (4 x 3 SKS = 12 SKS) ( Latihan Gabungan)


(36)

Total Jumlah SKS Untuk mata kuliah wajib = 105 SKS

Untuk mata kuliah pilihan terdapat 24 matakuliah pilihan yang termasuk kedalam katagori teori musik masing-masing sebanyak 2 SKS, berarti total Jumlah mata kuliah pilihan 48 SKS. Setiap mahasiswa diwajibkan mengambil seluruh mata kuliah wajib dan 20 matakuliah pilihan. Untuk memperoleh gelar (S1) mahasiswa diwajibkan menyelesaikan 144 SKS.

Jenis pembagian jurusan instrument / voice pada Sekolah Tinggi Musik Medan adalah sebagai berikut :

II.3 Lokasi Proyek

Untuk pemilihan lokasi diperlukan tempat yang strategis untuk menunjang fungsi dari bangunan itu sendiri. Langkah ini ditempuh agar kemudian dievaluasi sehingga mendapatkan lokasi yang benar benar cocok.

II.3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi

Rencana Umum Tata Ruang Kota ( RUTRK ) Medan.

Berdasarkan RUTRK, wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan ditetapkan menjadi 5 wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), yaitu :

Wilayah Pembangunan

Cakupan Wilayah adm. Kecamatan

Pusat

Pengembangan Kegiatan Utama

WPP A Kec. Medan Belawan

Kec. Medan Marelan Belawan

- Pelabuhan - Industri Gambar II.1 Pembagian jurusan


(37)

Kec. Medan Labuhan - Pergudangan - Pelabuhan - Perumahan - Konservasi

WPP B Kec. Medan Deli Tanjung Mulia

- Perumahan - Perdangangan - Perkebunan

WPP C

Kec. Medan Timur Kec. Medan

Perjuangan Kec. Medan Area Kec. Medan Denai Kec. Medan Amplas

Aksara

- Perumahan - Industri - Terminal

barang/Pergudang an

- Orientasi Konsumen

WPP D

Kec. Medan Baru Kec. Medan Maimoon

Kec. Medan Polonia Kec. Medan Kota Kec. Medan Johor

Inti Kota

- PusatBisnis (CBD) - Pusat

Pemerintahan - Perumahan - Hutan Kota - Pusat Pendidikan

WPP E

Kec. Medan Barat Kec. Medan Petisah Kec. Medan Sunggal Kec. Medan Helvetia

Kec. Medan Tuntungan Kec. Medan Selayang

Sei Sikambing

- Perumahan - Perkantoran - Lapangan Golf - Hutan Kota


(38)

Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam RUTRK di atas, maka lokasi yang tepat untuk mendirikan pusat pendidikan yang edukatif dan rekreatif juga bersifat komersil adalah di daerah pusat kota yang diorientasikan menjadi pusat CBD.

1. Lingkungan

Berada pada lokasi yang strategis, representatif dan cocok untuk fungsi pendukung skala kota. Lingkungan yang kondusif, seperti : keamanan dan kenyamanan, sangat mendukung kegiatan yang akan dirancang.

2. Jarak ke pusat kota

Fungsi bangunan adalah tempat pendidikan, dimana bangunan baiknya berada tidak jauh dari pusat kegiatan kota. Agar mudah dicapai serta banyaknya kendaraan umum yang melewati lokasi perndidikan tersebut.

3. Place Of Identity

Pada kriteria penentuan lokasi, faktor Place of Identity dianggap sangat penting untuk menentukan langkah proses desain berikutnya apakah telah sesuai dengan latar belakang tempat tersebut karena fungsi bangunan Sekolah Tinggi Musik Medan sebagai Pusat Pendidikan di bidang musik yang dianggap sangat berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan publik secara luas terutama publik di sekitar lokasi perencanaan.

II.3.2 Kriteria Pemilihan Tapak

Kriteria pemilihan tapak untuk Pusat Perbelanjaan meliputi faktor-faktor sebagai berikut :

1. Ukuran Lahan

Ukuran lahan harus mencukupi untuk program fungsional dan ruang pengembangan masa mendatang, biasanya dilakukan untuk mengantisipasi perluasan gedung parkiran. ( > 1 ha).

2. Fungsi lain di sekitar tapak

Jenis fungsi lain yang berada di sekitar tapak dapat mempengaruhi kegiatan operasionalnya. .

3. Pencapaian

Bangunan ini berdiri dikawsan yang tidak jauh dari pusat kegiatan kota, agar pencapaian yang gampang.


(39)

4. Kemacetan

Daerah yang memiliki tingkat kemacetan yang tinggi akan mempengaruhi aksesibilitas ke bangunan.

5. Pengenalan entrance

Entrance menuju dan keluar tapak harus semudah mungkin bagi pengunjung, dengan adanya focal point untuk memudahkan pengunjung berorientasi

II.3.2 Kriteria Pemilihan Tapak

Kriteria pemilihan tapak untuk Pusat Perbelanjaan meliputi faktor-faktor sebagai berikut :

6. Ukuran Lahan

Ukuran lahan harus mencukupi untuk program fungsional dan ruang pengembangan masa mendatang, biasanya dilakukan untuk mengantisipasi perluasan gedung parkiran. ( > 1 ha).

7. Fungsi lain di sekitar tapak

Jenis fungsi lain yang berada di sekitar tapak dapat mempengaruhi kegiatan operasionalnya. .

8. Pencapaian

Bangunan ini berdiri dikawsan yang tidak jauh dari pusat kegiatan kota, agar pencapaian yang gampang.

9. Kemacetan

Daerah yang memiliki tingkat kemacetan yang tinggi akan mempengaruhi aksesibilitas ke bangunan.

10. Pengenalan entrance

Entrance menuju dan keluar tapak harus semudah mungkin bagi pengunjung, dengan adanya focal point untuk memudahkan pengunjung berorientasi


(40)

Brikut ini akan diuraikan analisis pemilihan lokasi yang tepat untuk bangunan Skolah Tinggi Musik Medan :

Alternatif 1

Jalan. Adapun batas batasnya :

o Batas Utara : JL.Perintis Kemerdekaan (Perkantoran dan Hotel)

o Batas Timur : JL. Timor (Perkuliahan)

o Batas Barat : JL.Gaharu (Rumah Warga dan Retail) Luasan dan Potensi

o Luas lahan : + 1.9 Ha (19000 m2)

o Berada dipusat Kota dan dikawasan Pendidikan (Sekolah Menengah Atas)

o Transfortasi yang banyak dan lancar ( jalur angkutan umum )

o Memiliki Sirkulasi yang baik untuk pencapaian

o Memiliki View yang baik

o Jalanan Lancar

o Berada didua jalan Utama (Arteri)

Alternatif 2

Jalan Printis Kemerdekaan. Adapun batas batasnya : Gambar II.2 Alternatif 1


(41)

o Batas Utara : JL. Sudirman

o Batas Timur : JL. Kantor pemerintahan

o Batas Selatan : JL. Melati

o Batas Barat : JL. Mutatuli Luasan dan Potensi

o Luas lahan : + 1.5 Ha (1500 m2)

o Berada dipusat Kota dan dikawasan Pendidikan (Sekolah Menengah Atas)

o Kawasan Perkantoran Pemerintahan

o Transfortasi yang banyak dan lancat ( jalur angkutan umum )

o Memiliki Sirkulasi yang baik untuk pencapaian

o Jalanan Lancar

o Berada dijalan Utama (Arteri)

Alternatif 3

Jalan Printis Kemerdekaan. Adapun batas batasnya :

o Batas Utara : JL. Lahan Kosong dan Dinas Pariwisata Kota Medan

o Batas Timur : JL. Timor dan rumah toko

o Batas Selatan : JL. Veteran dan sekolah

o Batas Barat : JL. Jawa dan Kantor polisi juga Gudang PJKA Medan Luasan dan Potensi


(42)

o Luas lahan : + 2 Ha (2000 m2)

o Berada dipusat Kota dan dikawasan Pendidikan dan Usaha

o Transfortasi yang sering renggang dan jarang dilalui angkutan umum.


(43)

II.3.2.2 Penilaian Alternatif Lokasi

No Kriteria

Lokasi

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

1 Luas Lahan 1.9 Ha

(3)

1.5 Ha (3)

2 Ha (2)

2 Tingkatan Jalan Arteri

(3)

Arteri (3)

Skunder (2) Gambar II.4 Alternatif 3


(44)

3 Pencapaiaan Sangat Mudah Sangat Mudah Mudah dengan


(45)

(3)

(3)


(46)

(47)

(3) (3)

(3)

5 Fungsi bangunan sekitar Kantor, Sekolah, Kantor, Sekolah, Sekolah, Tempat


(48)

Pertokoan (3)

(3)

6 RUTRK Sesuai

(3)

Sesuai (3)

Sesuai (3) 7 Fungsi Eksisting Rumah warga

(3)

Rumah Warga

(3)

Tanah Kosong


(49)

8 Kontur Relatif Datar (3) Relatif Datar (3) Relatif Datar (3)

9 Entrance Sangat baik

(3)

Baik (2)

Cukup (1)

JUMLAH 27 26 21

(TERPILIH)

Dengan pertimbangan pertimbangan tabel diatas dapat disimpulkan pemilihan lokasi yang terbaik untuk bangunan Sekolah Tinggi Musik Medan, berada dijalan Perintis kemerdekaan Potensi lainnya berada dekat dengan Sekolah Menengah kejuruan musik dan juga berbagai macam fasilitas yang sudah ada disana.

II.3.3 Kondisi Eksisting Lokasi Proyek

Lokasi Proyek : Jl Perintis Kemerdekaan Kecamatan Medan Timur

• Batas Batas :

o Batas Utara : JL. Perintis Kemerdekaan (Perkantoran dan Hotel)

o Batas Timur : JL. Timor (Perkuliahan)

o Batas Barat : JL. Gaharu (Rumah warga Ritail)

• Luas Lahan : + 1.9 Ha (19000 m2)

• Kontur : Relatif Datar

• KDB : 60 %

• KLB : 2-5 Lantai

• GSB :

o Jl Perintis Kemerdekaan : 10 Meter

o Jl Gaharu : 10 Meter

o Jl Timor : 5 Meter

• Bangunan Eksisting : Lahan Kosong

• Potensi lahan :

o Terletak Dipusat Kota

o Berada dikawasan Pendidikan Tabel II.2 Penilaian Lokasi


(50)

o Lajur kendaraan yang lancar dan mudah dicapai

o Luas site sudah memenuhi ( > 1 Ha )

o Memiliki Jalur Utilitas yang baik

o Berada didua jalan protokal dan arteri II.4 Tinjauan Fungsi Bangunan

II.4.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Berdasarkan survei dan studi literatur beberapa pengguna sekolah tinggi musik antara lain :

1. Murid / Mahasiswa

Mahasiswa merupakan orang yang melanjutkan jenjang pendidikan setelah menyelesaikan pendidikan di SMA. Syarat orang yang masuk ke sekolah tinggi musik medan berdasarkan keterampilan khusus atau pengalaman yang sudah didapat tentang pengalaman bermain musik, dan juga harus memiliki ijazah SMA, juga dapat dari rekomendasi oleh instansi yang bisa dipercaya.

2. Dosen / Staff Pengajar

Dosen adalah Pendidik yang Profesional dan ilmuwan yang bertugas mentransformasikan, mengembangkan, menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Secara garis besar dosen yang mengajar pada sekolah tinggi musik medan terbagi atas tiga, yaitu :

 Dosen Vokal  Dosen Teori Musik

 Dosen Alat Musik (Praktik)

3. Pengunjung

Sekolah Tinggi Musik Medan terbuka untuk umum, Masyarakat dapat masuk melakukan aktivitas dan keperluan tertentu. Tetapi ada batasan batasan yang bisa diakses untuk orang umum, seperti perpustakaan, auditorium, ruang seminar, taman-taman tempat pertunjukan dan ruang administrasi untuk keperluan tertentu. 4. Pengelola gedung.


(51)

Pengelola gedung di sini merupakan pihak orang yang berkepentingan atas berjalannya kegiatan perkuliahan dan pembelajaran didalam Sekolah Tinggi Musik Medan ini. Yang termasuk dalam katagori pengelola gedung diantaranya.

 Direktur Utama

 Direktur pendidikan dan direktur kemahasiswaan

 Wakil direktur administrasi dan wakil direktur akademisi dan kemahasiswaan.

 Pegawai – pegawai berupa pegawai Tata usaha, Adm, Keuangan, Perpustakaan, kebersihan dan mekanikal / teknisi, pegawai keamanan, pegawai arsip dan yang lainnya.

Berbagai Jenis kegiatan yang digunakan Didalam gedung diantaranya : 1. Kegiatan Latihan

Kegiatan latihan / belajar mengajar merupakan kegiatan penyaluran ilmu dari dosen ke murid. Bentuk Pengajarannya terbagi atas tiga yaitu.

a. Seni suara / vokal, yang terbagi menjadi vokal pop kontemporer dan vokal klasik.

b. Teori musik, berupa pengajaran tentang teori dasar juga sejarah musik, penulisan tangga nada juga membaca tangga nada, hingga komposer.

c. Alat musik, yang terbagi menjadi alat musik klasik hingga pop kontemporer, jenis alat musik kelasik seperti piano biola cello dan sebagainya, sedangkan alat musik pop kontemporer seperti gitar bass drum dan sebagainya.

2. Kegiatan Latihan Gabungan

Meruakan kegiatan latihan musik yang dilakukang lebih dari satu orang, seperti latihan paduan suara atau gabungan beberapa alat musik ( ansemble ).

3. Kegiatan Hiburan / Pertunjukan

Kegiatan hiburan / pertunjukan berupa pertunjukan dari apa yang didapat dari kelas teori untuk ditunjukkan dan diperdengarkan ke pada pengunjung dan merupakan daya tarik kepada masyarakat luar untuk mau datang dan menyaksikan pertunjukan di Sekolah Tinggi Musik Medan.


(52)

Menyediakan berbagai jenis buku musik,dan berbagai fasilitas audio visual yang mengandung proses pembelajaran musik serta meningkatkan wawasan dan ilmu musik bagi masyarakat luas

II.4.2 Dskripsi pengguna dan kegiatan

Kelompok Kegiatan Uraian Kegiatan

Latihan - Pembelajaran Teori Musik

- Latihan Vokal - Latihan Piano

- Latihan Alat – alat musik Latihan Gabungan - Latihan gabungan alat musik

- Latihan Paduan suara

Hiburan / Pertunjukan - Pertunjukan musik dari kalangan sekolah - Pertunjukan musik dari kalangan umum

Perpustakaan - Membaca Buku

- Mendengar Musik - Browsing

- Menonton Film / Audio Visual Pengelola - Administrasi, keuangan dan lainnya

- Kemahasiswaaan dan Kependidikan - Teknisi Mekanisme dan Pemeliharaan

II.4.3 Deskripsi Pelaku a. Siswa


(53)

b. Guru / Staff Pengajar dan Pengelola Gedung

c. Pengunjung

II.4.4 Deskripsi Kebutuhan Ruang Belajar

Datang

(mobil, motor, jalan kaki)

Meeting Point (menunggu, nongkrong) Pulang Parkiran Taman Auditorium Kantin Perpustakaan Mengajar Datang

(mobil, motor, jalan kaki)

Meeting Point (menunggu, nongkrong) Pulang Parkiran Auditorium Kantin Perpustakaan Kantor Nonton ( Auditorium) Datang

(mobil, motor, jalan kaki)

Meeting Point (menunggu, nongkrong) Pulang Kantin Perpustakaan Parkiran Plaza Taman


(54)

Berikut adalah Tabel yang membagi pembagian ruang dan hubngannya dengan pengguna kegiatan didalamnya, nama tuang dan klasifikasi zona ruang menurut sifatnya.

Klasifikasi Pengguna Kegiatan Nama Ruang Zona Ruang

Mahasiswa Mahasiswa - Belajar Teori

Musik

Kelas Pribadi Semi Publik

- Belajar Vokal Kelas Pribadi Semi Publik - Belajar Alat Musik Kelas Pribadi Semi Publik

- Latihan Gabungan Ruang Kelas

Studio

Semi Publik

- Mengadakan Konser / Pertunjukan

Auditorium Publik

- Membaca Buku,

Mendengar musik dan Browsing

Perpustakaan Taman

Semi Publik

- Beristirahat Toilet kantin

Service Publik

- Sholat Mushollah Semi Publik

Staf Pengajar Dosen - Mengajar Teori Musik

Kelas Pribadi Semi Publik


(55)

- Mengajar Alat Musik

Kelas Bersama Studio

Semi Publik

- Mengajar Siswa

Gabungan

Auditorium Publik

- Membaca, Browsing mendengar Musik Perpustakaan Ruang Guru Semi Publik - Beristirahat Ruang Guru Kantin Toilet Semi Publik Publik Service

- Sholat Mushollah Semi Publik

Pengunjung Pengunjung - Berkumpul dan Menunggu

Ruang Penerima Publik

- Menonton Pertunjukan

Auditorium Publik

- Nongkrong Kantin Publik

- Beristirahat Toilet Taman

Service Publik

Pengelola Direktur - Memimpin Skolah Tinggi Musik Medan

Ruang Kantor Privat

- Rapat dengan

Wakil Direktur dan Para Dosen

Ruang Rapat Privat

- Beristirahat Ruang makan Toilet

Semi Publik Service

- Sholat Mushollah Semi Publik


(56)

Direktur Utama

- Berkordinasi

Dengan Kepala Bagian

Ruang Rapat Privat

- Beristirahat Ruang Makan Toilet

Semi Publik Service

- Shollat Mushollah Semi Privat

Direktur - Menjalankan

Bidang masing masing


(57)

- Berkordinasi dengan staff

Ruang Rapat

- Beristirahat Ruang Makan Toilet

Semi Publik Service

- Shollat Mushollah Semi Prtivat

Pegawai

Mengelola administrasi

Ruang Tata Semi Publik

Arsip dan Menyimpan Mengelola R.Arsip dan Privat


(58)

Pegawai

Mengelola Keuangan R. keuangan Privat

Teknisi dan Menjaga dan Ruang Teknisi Ruang

Semi Private Semi Privat


(59)

(60)

(61)

II.5 Studi Banding Arsitektur dengan Fungsi Sejenis Walt Disney Concert Hall

Walt Disney Cincert Hall yang berada dalam kompleks los angeles institut, menggunakan teknologi akustik kelas dunia. Didesin oleh Frank Gehry dan menghabiskan dana $50 jt untuk menyelesaikannya. Bangunan ini memiliki tempat parkir berlantai enam. Pembangunan tempat parkirnya sendiri berawal pada tahun 1992 dan selesai tahun 1996. Bangunan concert hall ini dibangun tahun 1996 dan selesai tahun 1999.

Table II.4 Kebutuhan Ruang


(62)

School of art, Design and Media


(63)

School of art, Design and media ini merupakan salah satu bangunan institut musik terbaik disingapura dan di klaim sebagai bangunan yang berhasil disana. Berbagai penerapan design dalam bidang pencahayaan, akustik, dan disain tapaknya yang baik.

Gambar II.8 Denah School Of Art


(64)

Sydney Conservatorium of musik

Sydney Conservatorium of musik merupakan salah satu konservatorium musik di sydney australia yang berlokasi dekat dengan sydney Opera House. Memiliki fasilitas kelas dunia dengan concert hall yang berkapasitas 500 tempat duduk, dua recital hall, ruang seminar musik dengan kapasitas 220 tempat duduk, lebih dari 100 ruang kantor, 53 ruang belajar musik, 63 kelas praktik musik yang juga digunakan tempat latihan paduan suara. Fasilitas lainnya perpustakaan yang memiliki koleksi buku hingga 300.000 buah, serta terdapat 140 piano pada gedung tersebut.

BAB III ELABORASI TEMA Gambar II.10 Eksterior interior Conservatorium music

Sydney


(65)

III.1 Pengertian Arsitektur Metafora

Arsitektur Metafora berasal dari kata "Arsitektur", dan "Metafore", yang memiliki pengertian sebagai berikut:

III.1.1 Arsitektur

Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab. (Encyclopedia Brittanica, www.tripod.com)

Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni. (mengutip Vitruvius, De Architectura)

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. (www.wikipedia.com)

III.I.2 Metafora Dalam Arsitektur

Metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda dimana hubungan tersebut lebih bersifat abstrak daripada nyata serta mengidentifikasikan pola hubungan sejajar. Dengan metafora seorang perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur.

Metafora dapat mendorong arsitek untuk memeriksa sekumpulan pertanyaan yang muncul dari tema rancangan dan seiring dengan timbulnya interpretasi baru. Karya –karya arsitektur dari arsitek terkenal yang menggunakan metoda rancang metafora,hasil karyanya cenderung mempunyai langgam Postmodern.

Pengertian metafora secara umum berdasarkan Oxford Learner’s Dictionary :

• Kalimat yang biasanya 1 jenis dari setiap obkej atau ide pada tempat dimana untuk mensugestikan dalam kemiripan mereka


(66)

• Kalimat yang artinya adalah pemindahan dari objek yang telah didisan ke onjek yang akan didisain dengan cara membandingkan atau analogi.

• Kalimat yang mana nama dan kualitasnya terdapat sesuatu yang biasanya secara lisan tidak dapat di aplikasikan

• Penggunaan kata yang mengindikasikan sesuatu yang berbeda dari arti yang literal

Menurut Anthony C. Antoniades, 1990 dalam ”Poethic of Architecture”

Suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain menerangkan suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain.

Ada tiga kategori dari metafora:

a. Metafora abstrak (intangible metaphor)

Rancangan arsitektur yang mengacu kepada hal-hal yang bersifat abstrak dan tidak dapat dibendakan, misalnya: sosial, budaya, kondisi manusia. Rancangan arsitektur yang

menggunakan metafora ini adalah Nagoya City Art Museum karya Kisho Kurokawa yang membawa unsur sejarah dan budaya didalamnya.

b. Metafora konkrit (tangible metaphor)

Rancangan arsitektur yang mengacu kepada benda-benda nyata dan dapat dirasakan secara visual. Rancangan yang menggunakan metafora ini adalah Stasiun TGV karya Calatrava yang


(67)

menerjemahkan bentuk burung terbang kedalam bangunan.

c. Metafora kombinasi (combined metaphor)

Rancangan arsitektur yang memiliki metafora abstrak dan konkrit didalamnya. Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah EX Plaza Indonesia karya Budiman Hendropurnomo yang menjadikan gaya kinetik pada sebuah mobil sebagai konsepnya, yang diterjemahkan menjadi gubahan masa lima kotak yang miring sebagai ekspresi gaya kinetik mobil, kolom-kolom penyangganya sebagai ban mobil.


(68)

Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam “Introduction of Architecture”

Metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari hubungan-hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang melihat secara literal

Menurut Charles Jenks, dalam ”The Language of Post Modern Architecture”

Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena adanya kemiripan.

Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in Architecture”

Transforming : figure of speech in which a name of description term is transferred to some object different from. Dan juga menurutnya pada metafora pada arsitektur adalah merupakan salah satu metod kreatifitas yang ada dalam desain spektrum perancang.

III.I.3 Arsitektur Metafora

Metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk menjelaskan

sesuatu melalui persamaan dan perbandingan.

Metafora berasal dari bahasa latin yaitu “Methapherein” yang terdiri dari 2 buah kata yaitu

“metha” yang berarti : setelah, melewati dan “pherein” yang berarti :membawa. Secara etimologis diartikan sebagai pemakaian kata-kata bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan. Pada awal tahun 1970-an muncul ide untuk mengkaitkan arsitektur dengan bahasa, menurut

Charles Jenks dalam bukunya “The Language of Post Modern” dimana Arsitektur dikaitkan

dengan gaya bahasa, antara lain dengan cara metafora. Pengertian Metafora dalam Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai karyanya.


(69)

Arsitektur yang berdasarkan prinsip-prinsip Metafora, pada umumnya dipakai jika :

1. mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke subjek lain. 2. mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal yang lain. 3. mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara baru).

Kegunaan penerapan Metafora dalam Arsitektur sebagai salah satu cara atau metode

sebagai perwujudan kreativitas Arsitektural, yakni sebagai berikut : 1. Memungkinkan untuk melihat suatu karya Arsitektural dari sudut pandang yang lain. 2.Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interprestasi pengamat. 3. Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya 4. Dapat menghasilkan Arsitektur yang lebih ekspresif.

III.2 Interpretasi Tema

Metafora atau kiasan pada dasarnya mirip dengan konsep analogi dalam arsitektur, yaitu menghubungkan di antara benda-benda. Tetapi hubungan ini lebih bersifat abstrak ketimbang nyata yang biasanya terdapat dalam metode analogi bentuk. Perumpamaan adalah metafora yang menggunakan kata-kata senada dengan “bagaikan” atau “seperti” untuk mengungkapkan suatu hubungan. Metafora dan perumpamaan mengidentifikasi pola hubungan sejajar. Charles Moore, dalam suatu pembahasan tentang hal menarik hatinya, mengemukakan bahwa ia ingin agar bangunan-bangunan menyerupai batu alam. Metafora itu dikembangkannya dalam suatu skenario singkat:

Di Pulau St. Simon, Georgia, Kondominium-kondominium dekat pantai melakukan sesuatu untuk menanggapi citra (bagai batu alam ) ini. Dalam hal ini terjadi dialog antara konteks lingkungan dengan bangunan yang dibangun. Rupanya ini adalah sebuah perkebunan Georgia tua, tapi sangat besar, di bagian dalam maupun luarnya terdiri dari sekumpulan tembok yang berwarna cerah dan meriah yang sangat dekoratif dalam sebuah ruang interior. Batu alam adalah metafora konseptual yang mengemukakan bagaimana bangunan dapat mempunyai dua citra sekaligus. Bila dipandang dari luar, bangunan tersebut memiliki citra yang mungkin senada dengan alam sekitar. Ia dapat mempunyai citra yang berlainan di dalam bangunan. Bagaikan suatu lingkungan yang menghibur, teatrikal, dan dramatis yang cocok untuk daerah peristirahatan.


(70)

Contoh-contoh lain tentang metafora meliputi daftar provokatif definisi-definisi dan penjelasan-penjelasan tentang berbagai aspek arsitektur. Definisinya tentang arsitektur sendiri adalah suatu perumpamaan. Arsitektur bagaikan Kristal. Metafora-metafora lain yang dibahas di bukunya, In Praise of Architecture meliputi, “Obelisk adalah sebuah teka-teki”, “sumber adalah suatu suara”, “Kamar adalah suatu dunia”, “Pintu adalah suatu undangan”, “Deretan kolom adalah sebuah paduan suara”, “Rumah adalah suatu mimpi.”

Hal ini dibuktikan oleh beberapa arsitek dalam merancang karyanya. Sebut saja Mario Botta, Daniel Libeskind, dan Jean Nouvel. Kalau dalam negeri kita mengenal M. Ridwan Kamil dan Adi Purnomo yang pernah menggunakan metafora dalam perancangan karya arsitekturnya. Mario Botta dalam karyanya The Botta Berg Oase, Arosa-Switzerland menunjukkan metafora tentang tubuh dan semesta. Bangunan ini adalah sebuah spa center yang terletak di sebuah kawasan pegunungan di Switzerland. Di sekelilingnya adalah hutan pinus dan cemara. Ia membuat sedemikian rupa bangunannya sehingga terlihat seakan-akan menyatu dengan hutan pinus dan cemara di sekitarnya. Permainan material kaca dan baja, lalu diramu seperti “daun” menjadi bahasa metaforis untuk menjawab dari satu sisi manusia “costumer service”. Di tempat itu manusia seakan-akan diberi kesempatan untuk mengenali tubuhnya sendiri, menikmati teknologi dan menikmati alam pegunungan yang indah.

Pada kasus lainnya dapat kita lihat pada Jewish Museum di Berlin yang dirancang oleh Daniel Libeskind. Dalam perancangannya sang arsitek menekankan filosofi “Yang terpenting dari segala hal adalah bagaimana kau mendapatkan pengalaman dari ruang itu sendiri. Ini membuat orang untuk memunculkan segala macam intepretasi.” Libeskind menginginkan pengunjung mendapatkan pengalaman baru saat memasuki museum layaknya sebuah petualangan. Perjalanan di dalam museum dikiaskan menjadi sebuah petualangan yang mengesankan. Semua itu ditransformasikan ke dalam konfigurasi ruangan yang berbentuk zig-zag. Ini dimaksudkan agar pengunjung tersesat dan mengalami sensai petualangan yang sama ketika bangsa Yahudi diusir dan kehilangan arah tujuan saat terjadinya peristiwa Holocaust oleh Nazi Jerman. Inovasi si Arsitek yang mendesain sirkulasi denah yang extra-ordinary mengakibatkan museum ini kehilangan tipologinya dari segi sirkulasi. Pengunjung yang datang tidak akan dapat merasakan suasana layaknya museum saat berada di dalam ruangan, akan tetapi pengunjung akan mendapatkan nuansa pengalaman baru dengan keunikan museum tersebut.

Contoh lain pada perancangan Metafora dalam arsitektur adalah New Louvre Museum di Abu Dabhi yang dirancang oleh Jean Nouvel. Ia melakukan pendekatan metafora yang


(71)

mengibaratkan museum seperti ruang di dalam hutan. Secara eksterior museum ini tidak terlihat seperti hutan, akan tetapi bila masuk ke dalamnya ruang yang tercipta di dalamnya sangat puitis. Skylight yang dirancang memasukkan sinar matahari alami menembus ruangan dan memberikan kesan seperti di dalam hutan. Ini memberikan terobosan baru dalam perancangan museum. Dimana bila sebelumnya, penekanan museum lebih ditekankan pada aspek sirkulasi ataupun penataan barang yang akan di-display, Jean Nouvel membuat sebuah terobosan baru dengan menciptakan ruang yang metaforis dan puitis agar tercipta suasana yang “khusyuk” dalam menikmati kunjungan di dalam museum. Di Indonesia sendiri, penggunaan metode metafora pernah digunakan M.Ridwan Kamil dalam merancang Museum Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam. Konsep besarnya adalah “Rumoh Aceh as a ascape hill”. Ia mengibaratkan museum sebagai rumah panggung yang dapat menyelamatkan diri para penduduk Aceh bila sewaktu-waktu terjadi Tsunami. Di dalamnya juga menceritakan dan mengajak kita untuk merasakan suasana saat Tsunami terjadi. Di awali dengan pintu masuk yang “menekan” perasaan pengunjung dengan luasan yang sempit dan di dindingnya terdapat air yang mengalir (water wall) seolah-olah pengunjung dibawa masuk ke dalam dasar laut yang amat dalam. Lalu masuk ke dalam galeri pertama yang memuat data-data tentang Tsunami. Ruangan ini terletak di bawah reflecting pool dari public park yang dimiliki oleh museum Tsunami ini. Ruangan ini memberikan kesan suram dimana pengunjung seakan-akan berada benar-benar di dasar laut. Dengan penggunaan langit-langit kaca membuat cahaya temaram dari atas yaitu reflecting tadi menambah kesan dramatis pada ruang ini. Pada perjalanan terakhir dihadapkan pada ruangan yang menampilkan nama-nama korban Tsunami yang ditulis pada dinding yang berebntuk silinder yang menjulang ke atas. Pada puncaknya terdapat kaligrafi Allah yang berpendar dan ini ditujukan untuk menambah kesan sakral. Ini bermakna bahwa akhir perjalanan manusia berada pada tangan Tuhan dan tidak ada yang dapat menghindar dari kematian.

III.3 Keterkaitan Tema Dengan Judul

Sekolah Tinggi Musik Medan merupakan tempat dimana kita bisa mempelajari musik dan juga sebagai tempat dimana kita mengapresiasikan makna-makna yang terkandung dalam setiap unsur-unsur yang terdapat di dalam musik tersebut. Tema Metafora ini dinilai mampu mengapresiasikan setiap unsur dalam musik yang dituangkan dalam bentuk massa bangunan, dan hingga pada detail-detail bangunan.


(1)

VI.12B RENCANA PENGKONDISIAN UDARA


(2)

VI.13A RENCANA SANITASI


(3)

VI.13B RENCANA SANITASI


(4)

VI.14A RENCANA TITIK LAMPU


(5)

V1.14B RENCANA TITIK LAMPU


(6)

DAFTAR PUSTAKA.

• De Chiara.Joseph,and John Calender.1981.Time Saver Standart for Building Types.Mcgraw Hill Book Company.New York.

• Cooper , Paul , 1981 , Perspectives In Music Theory : An Historical-Analytical Approach , Second Edition , New York :Harper & Row.

• Sutarga, Moh. Amir. 1973. Museum dan Permuseuman. Ditjen Kebudayaan Depdikbud. Jakarta.

• Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril, (1995), Data Arsitek, Jilid 2 Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

• Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi, (1997), Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33, Penerbit Erlangga, Jakarta.

• Snyder, James C.& Catanese, Anthony J. (1989) Pengantar Arsitektur, Jakarta: Erlangga,

• WJS Poerwadarminta, (1976) Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

• Badan Pusat Statistik Medan (2006) Medan Dalam Angka