Kepribadian Big Five LANDASAN TEORI

12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kepribadian Big Five

1. Sejarah Perkembangan Kepribadian Big Five Kepribadian telah dikonsepkan dari bermacam-macam perspektif teoritis yang masing-masing berbeda tingkat keluasannya McAdams dalam John Srivastava, 1999. Masing-masing tingkatan ini memiliki keunikan dalam memahami perbedaan individu dalam perilaku dan pengalamannya. Meskipun begitu, jumlah trait kepribadian dan skala kepribadian tetap dirancang tanpa henti- hentinya Goldberg dalam John Srivastava, 1999. Psikologi kepribadian memerlukan model deskriptif atau taksonomi mengenai kepribadian itu sendiri. Salah satu tujuan utama taksonomi dalam ilmu pengetahuan adalah untuk menyederhanakan defenisi yang saling tumpang-tindih. Oleh karena itu, dalam psikologi kepribadian, suatu taksonomi akan mempermudah para peneliti untuk meneliti sumber utama karakteristik kepribadian sehingga tidak hanya sekedar memeriksa ribuan atribut yang berbeda- beda yang membuat setiap individu berbeda dan unik John Srivastava, 1999. Satu dari peneliti paling berpengaruh dalam menerapkan prosedur empiris membangun suatu taksonomi kepribadian adalah Raymond B. Cattel, yang memulai dengan suatu bacaan deskripsi-kepribadian dalam bahasa Inggris. Variabel Cattel ketika dianalisis menggunakan metode rotasi ortogonal, hanya memunculkan lima faktor Digman Takemoto-Chock, Fiske, Norman, Tupes Universitas Sumatera Utara Christal dalam Goldberg, 1990. Struktur lima faktor yang mirip, namun berdasarkan variabel set yang lain juga telah dilaporkan oleh Borgatta pada tahun 1964, Digman dan Inoyue pada tahun 1986, serta McCrae dan Costa pada tahun 1985. Lima faktor ini selanjutnya disebut Big Five. Faktor Big Five tersebut dinamai dan dinomori sebagai berikut: I. Surgency atau Extraversion; II. Agreeableness; III. Conscientoiusness; IV. Emotional Stability kebalikan dari Neuroticsm; dan V. Culture. Faktor kelima, yaitu culture diinterpretasikan secara alternatif oleh Digman Takemoto-Chock pada 1981 serta Peabody Goldberg pada 1989 sebagai Intellect. Dan oleh McCrae Costa pada 1987 sebagai Openness Goldberg, 1990. Pada 1981, Goldberg mengulas beberapa riset dan menyarankan bahwa ada kemungkinan setiap model penstrukturan perbedaan individual akan mencakup - pada level yang sama - segala sesuatu seperti dimensi Big Five. Dengan demikian faktor big five menjadi faktor eksistensi. Kata Big maksudnya merujuk kepada temuan bahwa tiap faktor menggolongkan banyak sifat tertentu Pervin, 2005. Dimensi Big Five tidak mencerminkan perspektif teoritis tertentu, tetapi merupakan hasil dari analisis bahasa alami manusia dalam menjelaskan dirinya sendiri dan orang lain. Taksonomi Big Five bukan bertujuan untuk mengganti sistem yang terdahulu, melainkan sebagai penyatu karena dapat memberikan penjelasan sistem kepribadian secara umum John Srivastava, 1999. Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian Universitas Sumatera Utara yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari. Pendekatan ini disebut Goldberg sebagai Fundamental Lexical Language Hypothesis; perbedaan individu yang paling mendasar digambarkan hanya dengan satu istilah yang terdapat pada setiap bahasa Pervin, 2005. 2. Trait Kepribadian Big Five Ada dua model faktor Big Five yang dikenal secara luas, yaitu oleh Goldberg dan McCrae. Kedua model ini sebanding, perbedaan minornya ialah pada penamaan faktor Emotional Stability dan Intellect dalam model Goldberg disebut Neuroticism dan Openeness to experience dalam model McCrae dan Costa serta dasar teoritis dari kedua model tersebut Guenelo Chernyshenko, 2005. Ilustrasi makna dari berbagai faktor Big Five ialah sebagai berikut, Neuroticism bertolak belakang dengan Emotional Stability dalam hal luasnya cakupan perasaan negatif, termasuk kecemasan, rasa sedih, rasa rapuh, dan ketegangan saraf. Keterbukaan terhadap pengalaman Openess mendeskripsikan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas mental individual dan kehidupan eksperiensial. Extraversion dan Agreeableness merangkum sifat yang interpersonal, maksudnya, sifat-sifat tersebut menggambarkan apa yang dilakukan orang kepada orang lain dan dengan orang lain. Dan Conscientiousness pada dasarnya mendeskripsikan perilaku berorientasi tugas dan tujuan dan kontrol impuls yang dipersyaratkan secara sosial Pervin, 2005. Faktor-faktor Big Five oleh Goldberg adalah Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Emotional Stability dan Intellect. Kelima faktor tersebut Universitas Sumatera Utara merupakan faktor bipolar yang memiliki sisi berlawanan tiap faktornya. Goldberg mendefinisikan berbagai faktor Big Five dalam inventory of bipolar trait, yaitu Pervin, 2005: 1. Extraversion vs Introversion. Individu dengan nilai tinggi Extraversion dikarakteristikan dengan senang berbicara, tegas, suka tantangan, energik, berani. Sedangkan individu dengan nilai rendah Introversion dikarakteristikkan sebaliknya. 2. Agreeableness vs Antagonism. Individu dengan nilai tinggi Agreeableness dikarakteristikkan dengan baik hati, kooperatif, tidak egois, dapat dipercaya, dermawan. Sedangkan individu dengan nilai rendah Antagonism dikarakteristikkan sebaliknya. 3. Conscientiousness vs Lack of Direction. Individu dengan nilai tinggi Conscientiousness dikarakteristikkan dengan terorganisir, bertanggung jawab, praktis, peduli, pekerja keras. Sedangkan individu dengan nilai rendah Lack of direction dikarakteristikkan sebaliknya. 4. Emotional Stability vs Neuroticsm. Individu dengan nilai tinggi Emotional stability dikarakteristikkan dengan rileks, santai, stabil, puas, tidak emosional. Sedangkan individu dengan nilai rendah Neuroticism dikarakteristikkan sebaliknya. 5. Openness to new experience vs closedness. Individu dengn nilai tinggi Openness to new experience dikarakteristikkan dengan imajinatif, kreatif, ingin tahu, reflektif, rumit. Sedangkan individu dengan nilai rendah Closedness dikarakteristikkan sebaliknya. Universitas Sumatera Utara Selain inventory bipolar Goldberg, kuesioner lain yang juga digunakan secara luas untuk mengukur Big Five ialah NEO-PI-R oleh Costa dan McCrae. Bukti menunjukkan bahwa skala NEO-PI-R juga sesuai dengan instrumen Big Five oleh Goldberg John Srivastava, Benet-Martinez John, dalam Pervin, 2005. Walaupun demikian, penting diperhatikan adanya beberapa perbedaan berkaitan dengan segi mana yang ditekankan pada tiap instrumen. Sebagai contoh, Costa dan McCrae menempatkan segi kehangatan pada Extraversion sedangkan para periset Big Five lain menemukan kehangatan yang lebih berkaitan dengan Agreeableness John Srivastava dalam Pervin, 2005. Silang pendapat terjadi khususnya dalam konseptualisasi faktor kelima, Openness. Goldberg menekankan pengenalan intelektual dan kreatif dalam pengukuran faktornya, dan karena itu menamakannya Intellect Kecerdasan atau Imagination Imajinasi; McCrae mengkritik pandangan tersebut terlalu menyempitkan definisi faktor Openness. Pervin, 2005

B. Big Five Factor Marker