c. Dialog
Dalam setiap lakon, dialog itu harus memenuhi dua hal, yaitu:
1 Dialog harus dapat mempertinggi nilai gerak.
Seorang darmawan haruslah dapat berbuat lebih banyak selain dari pada membuat dialognya menarik hati, dia harus
pula membuatnya baik dan wajar selalu. 2
Dialog harus baik dan bernilai tinggi. Yang dimaksud dengan baik dan bernilai tinggi di sini ialah
bahwa dialog itu haruslah lebih terarah dan teratur dari pada percakapan sehari-hari.
35
d. Novel
Istilah novel dalam bahasa Indonesia berasal dari istilah novel dalam bahasa Inggris. Sebelumnya istilah novel dalam bahasa Inggris
berasal dari bahasa Itali, yaitu novella yang dalam bahasa Jerman novelle. Novelle diartikan sebuah barang baru yang kecil, kemudian
diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. H.B. Jassin berpengertian bahwa novel adalah cerita mengenai
salah satu episode dalam kehidupan manusia, suatu kejadian yang luar biasa dalam kehidupan itu, sebuah krisis yang memungkinkan
terjadinya perubahan nasib pada manusia 1965, dalam Faruk, 1997:265.
36
Menurut Tarigan, kata novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang b
erarti “baru”. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya
seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka jenis novel ini muncul kemudian.
37
35
Ibid, h.77
36
AntilanPurba, Sastra Indonesia Kontomporer, Yogyakarta: GrahaIlmu, 2011 h.62-63
37
Henry Guntur Tarigan, Op. Cit,. h.164
Unsur-unsur Novel 1
Tema Menurut Furqonul dan Abdul, tema adalah gagasan sentral dalam
suatu karya sastra. Dalam novel, tema merupakan gagasan utama yang dikembangkan dalam plot. Hampir semua gagasan yang ada
dalam hidup ini bisa dijadikan tema, sekalipun dalam praktiknya tema-tema yang paling sering diambil adalah beberapa aspek atau
karkater dalam kehidupan ini, seperti ambisi, kesetiaan, kecemburuan,
frustasi, kemunafikan,
ketabahan, dan
sebagainya.
38
2 Manusia Tokoh
Manusia yang dimaksud ialah pelaku atau tokoh dalam cerita rekaan. Pelaku atau tokoh diganti dengan istilah manusia karena
pada umumnya pelaku atau tokoh adalah manusia dan jarang dengan pelaku binatang atau yang lain. Apabila terdapat pelaku
bukan manusia, biasanya pelaku itu merupakan tokoh simbolik.
39
3 Plot Alur
Plot atau alur adalah penceritaan rentetan peristiwa yang penekanannya ditumpukan pada sebab-akibat.
40
Alur dibagi menjadi tiga yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran
maju dan mundur. 4
Latar atau Setting Furqonul dan Aziez mengungkapkan bahwa istilah ini berkaitan
dengan elemen-elemen yang memberikan kesan abstrak tentang lingkungan, baik tempat maupun waktu, di mana para tokoh
menjalanan perannya.
41
38
Furqonul Aziez dan Abdul Hasim,Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010 h. 75
39
Wijaya Heru Santosa, Pengantar Apresiasi Sastra, Surakarta: Yuma Pustaka, 2010 h.53- 55
40
Ibid, h.56
41
Furqonul, Op. Cit., h.74
e. Pantun
Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Pantun merupakan salah satu jenis
puisi lama. Lazimnya pantun terdiri atau empat larik atau empat baris bila dituliskan, bersajak a-b-a-b ataupun a-a-a-a. Pantun pada mulanya
merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian, yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama dan biasanya tak punya
hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun
tersebut.
42
Ciri-ciri formal pantun: a.
Satu bait terdiri dari empat baris larik. b.
Tiap larik terdiri dua bagian yang sama. Bagian yang sama pembentuk larik itu disebut periodus. Jadi, tiap lirik terdiri dari
dua periodus. Tiap periodus terdiri dari dua kata. c.
Pola sajak rima akhir pantun berupa sajak berselang: a-b-a-b. d.
Pantun terbagi menjadi dua bagian, yaitu baris kesatu dan baris kedua disebut sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat
disebut isi. Baris kesatu dan kedua menyediakan irama bagi baris ketiga dan keempat. Dalam pantun yang baik sampiran itu
merupakan kiasan kepada isinya. e.
Dalam pantun, satu bait sudah lengkap. Dapat diartikan satu bait sudah utuh dan tidak perlu ditambah lagi meskipun ada juga
pantun yang lebih dari satu bait. f.
Pantun bersifat liris, berupa persaan atau pikiran.
43
42
Damayanti, Sastra Indonesia, Yogyakarta: Araska, 2013 h. 114
43
Rachmat Djoko Pradopo, Puisi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007 h. 2.5
D. Penelitian yang Relevan
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Nurhilaliyah, mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan dengan judul skripsi “Minat Siswa dalam Membaca Puisi dengan Menggunakan Buku Teks Kelas VII SMP Islam Al-
Khasyi’un”. Dari hasil penelitian Nurhilaliyah diperoleh angka 87,5 dengan jumlah siswa 35
menyatakan minat terhadap materi membaca puisi, sedangkan 75 dengan jumlah siswa 30 menyatakan senang membaca buku teks bahasa Indonesia.
Maka dapat disimpulkan bahwa minat siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan buku teks kelas VII berkategori baik.
Perbedaan yang peneliti Nurhilaliyah lakukan dengan yang saya teliti adalah objeknya. Nurhilaliyah menggunakan objek puisi dan buku teks
sedangkan saya menggunakan objek karya sastra. Penelitian kedua dilakukan oleh Halima Tusadiah, mahasiswi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan judul skripsi “Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa
Indonesia Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah MTs Islamiyah Ciputat”.
Dari hasil penelitian Halima Tusadiah dapat disimpulkan bahwa minat siswa dalam membaca buku pelajaran bahasa Indoensia di MTs Islamiyah masih
sangat kurang. Perbedaan yang peneliti Halima Tusadiah lakukan dengan yang saya teliti
sama dengan penelitian Nurhilaliyah yaitu objeknya. Halima Tusadiah menggunakan objek Buku Pelajaran Bahasa Indonesia sedangkan saya
menggunakan objek karya sastra. Penelitian ketiga dilakukan oleh Titi Widyawati, mahasiswi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi dengan judul skripsi “Dukungan Orang Tua dan Sikap Terhadap Membaca Kaitannya
dengan Minat Membaca pada S iswa MTs Pembangunan UIN Jakarta”.
Dari hasil penelitian Titi Widyawati dapat disimpulkan bahwa empat dari delapan aspek dari dukungan orang tua, sikap terhadap membaca, dan jenis