Puisi Macam-macam karya sastra:

penonton harus menjiwai kesedihan. Namun, dibalik hal-hal negatif, ada pula muatan aspek positif drama, yakni sebagai berikut. 1 Drama agaknya merupakan sarana yang paling efektif dan langsung untuk melukiskan dan menggarap konflik-konflik sosial, dilema moral, dan problema personal tanpa menanggung konsekuensi- konsekuensi khusus dari aksi-aksi kita. 2 Aktor-aktor drama memaksa kita untuk memusatkan perhatian kita pada protagonist lakon, untuk merasakan emosi-emosinya, dan untuk menghayati konflik-konfliknya, justru untuk ikut sama-sama merasakan penderitaan yang mengurangi pembinaan dan ketidakadilan yang dialami pelaku-pelaku atau tokoh-tokoh drama. 3 Melalui tragedi, misalnya, dengan sedikit terluka di hati, dapat belajar bagaimana hidup dengan penuh derita, dan mengajarkan dan memberikan wawasan suatu ketabahan dan dengan kemuliaan dapat menandinginya. 4 Melalui komedi, kita dapat menikmati peluapan gelaktawa sebagai suatu pembukaan tabir rahasia mengenai untuk apa manusia menentangmelawan dan untuk apa pula manusia mempertahankan atau membela sesuatu. 5 Melodrama yang ditulis dengan baik, fantasi, atau farce, dapat mengusir keengganan, memperluas imajinasi kita, dan untuk sebentar membawa diri keluar dari diri kita sendiri, sehingga tak mengherankan jika drama telah pula dikenal berfungsi terapis. 32 Unsur-unsur Drama a. Alur Seperti juga bentuk-bentuk sastra lainnya, maka suatu lakon haruslah bergerak maju dari suatu permulaan beginning melalui suatu pertengahan middle menuju suatu akhir ending, dalam 32 Suwardi Endraswara, MetodePembelajaran Drama, Yogyakarta: CAPS, 2011 h. 13-14 drama, bagian-bagian ini dikenal dengan istilah-istilah eksposisi, komplikasi, dan resolusi. Eksposisi suatu lakon mendasari serta mengatur gerak atau action dalam masalah-masalah waktu dan tempat. Eksposisi memperkenalkan para pelaku kepada kita, yang akan dikembangkan dalam bagian utama lakon itu, dan memberikan suatu indikasi mengenai resolusi. Komplikasi bertugas mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku utama menemui gangguan, penghalang- penghalang dalam pencapaian tujuannya; dia membuat kekeliruan-kekeliruan dan sebagainya. Resolusi haruslah berlangsung secara logis dan mempunyai hubungan yang wajar dengan apa-apa yang mendahuluinya, yang terdapat dalam komplikasi. Butir yang memisahkan komplikasi dari resolusi itu biasanya disebut klimaks. 33 b. Penokohan Menurut Tarigan, penokohan dalam drama terbagi atas empat jenis pelaku atau aktor yang biasa dipergunakan dalam teater, diantaranya adalah: 1 The foil, tokoh kontra dengan tokoh lainnya. Tokoh yang membantu menjelaskan tokoh ainnya. 2 The type character, tokoh yang berperan dengan tepat dan tangkas. 3 The static character, tokoh statis yang tetap saja keadaanya, baik pada awal maupun pada akhir suatu lakon. Dengan kata lain tokoh ini tiada mengalami perubahan. 4 The character who develpos in the course of the play, tokoh yang mengalami perkembangan selama pertunjukan. 34 33 Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, Bandung: ANGKASA, 1993 h. 75 34 Ibid, h.76 c. Dialog Dalam setiap lakon, dialog itu harus memenuhi dua hal, yaitu: 1 Dialog harus dapat mempertinggi nilai gerak. Seorang darmawan haruslah dapat berbuat lebih banyak selain dari pada membuat dialognya menarik hati, dia harus pula membuatnya baik dan wajar selalu. 2 Dialog harus baik dan bernilai tinggi. Yang dimaksud dengan baik dan bernilai tinggi di sini ialah bahwa dialog itu haruslah lebih terarah dan teratur dari pada percakapan sehari-hari. 35

d. Novel

Istilah novel dalam bahasa Indonesia berasal dari istilah novel dalam bahasa Inggris. Sebelumnya istilah novel dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Itali, yaitu novella yang dalam bahasa Jerman novelle. Novelle diartikan sebuah barang baru yang kecil, kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. H.B. Jassin berpengertian bahwa novel adalah cerita mengenai salah satu episode dalam kehidupan manusia, suatu kejadian yang luar biasa dalam kehidupan itu, sebuah krisis yang memungkinkan terjadinya perubahan nasib pada manusia 1965, dalam Faruk, 1997:265. 36 Menurut Tarigan, kata novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang b erarti “baru”. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka jenis novel ini muncul kemudian. 37 35 Ibid, h.77 36 AntilanPurba, Sastra Indonesia Kontomporer, Yogyakarta: GrahaIlmu, 2011 h.62-63 37 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit,. h.164