Dari definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa puisi merupakan karya sastra yang meliputi emosi, imajinasi, pemikiran,
ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
Hakekat Puisi 1
Tema atau Makna Jelas
bahwa dengan
puisinya sang
penyair ingin
mengemukakan sesuatu bagi para penikmatnya. Sang penyair melihat-melihat atau mengalami beberapa kejadian dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Dia ingin mengememukakan, mempersoalkan, mempermasalahkan hal-hal itu dengan cara
sendirinya. Disamping itu setiap puisi juga harus mengandung makna, sekalipun mungkin dalam beberapa puisi makna tersebut
rada saru samar, terlebih pun kalau sang penyair begitu mahir mempergunakan “figurative language” dalam karyanya.
2 Rasa
Menurut Henry Guntur Tarigan, yang dimaksud dengan rasa atau feeling
adalah “the poet’s attitude toward his subject matter”, yaitu sikap dan penyair terhadap pokok permasalahan yang
terkandung dalam puisinya. 3
Nada Nada dalam dunia perpuisian adalah sikap sang penyair
terhadap pembacanya, atau dengan perkataan lain: sikap sang penyair terhadap para penikmat karyanya. Nada yang
dikemukakan oleh seorang penyair dalam sesuatu sajak, akan ada sangkut-pautnya atau hubungannya yang erat dengan tema dan
rasa yang terkandung pada sajak tersebut.
4 Tujuan atau Amanat
Tujuan dapat mendorong orang melakukan sesuatu. Hanya terkadang tujuan tersebut tidak disadari; namun dia tetap ada:
secara eksplisit atau secara implisit. Demikian pula halnya dengan seorang penyair. Sadar atau tidak sadar dia mempunyai tujuan
dengan sajak-sajak ciptaannya itu. Apakah tujuan ini pertama sekali untuk memenuhi kebutuhan pribadi sendiri atau yang
lainnya, bergantung kepada pandangan hidup sang penyair. Ayip Rosidi mengatakan bahwa pertama kali adalah untuk memuaskan
diri sendiri, sesudah itu baru pada yang lain-lainnya.
30
c. Drama
Menurut Melani Budianta drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya
dialog atau cakapan di antara tokoh-tokoh yang ada. Selain didominasi oleh cakapan yang langsung itu, lazimnya sebuah karya
drama juga
memperlihatkan adanya
semacam petunjuk
pemanggungan yang akan memberikan gambaran tentang suasana, lokasi, atau apa yang dilakukan oleh tokoh.
31
Suwardi Endraswara mengemukakan dalam bukunya bahwa drama adalah karya yang memiliki daya rangsang cipta, rasa, dan
karsa yang amat tinggi. Sesungguhnya, dalam drama juga terkandung aspek negatif, diantaranya drama yang memuat kekerasan dan adegan
seksual, kadang memicu penonton untuk meniru. Drama yang menawarkan erotica tersembunyi pun sering memengaruhi romantika
hidup berkeluarga. Bahkan romantika dalam drama seringkali juga memperdaya antar-pelaku untuk saling berkasih-kasihan di luar
panggung. Begitu pula drama yang sedih, sering memengaruhi
30
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, Bandung: ANGKASA, 1993 h. 10-20
31
Melani Budianta, Membaca Sastra, Magelang: INDONESIATERA, 2006 h. 95
penonton harus menjiwai kesedihan. Namun, dibalik hal-hal negatif, ada pula muatan aspek positif drama, yakni sebagai berikut.
1 Drama agaknya merupakan sarana yang paling efektif dan langsung
untuk melukiskan dan menggarap konflik-konflik sosial, dilema moral, dan problema personal tanpa menanggung konsekuensi-
konsekuensi khusus dari aksi-aksi kita. 2
Aktor-aktor drama memaksa kita untuk memusatkan perhatian kita pada protagonist lakon, untuk merasakan emosi-emosinya, dan
untuk menghayati konflik-konfliknya, justru untuk ikut sama-sama merasakan penderitaan yang mengurangi pembinaan dan
ketidakadilan yang dialami pelaku-pelaku atau tokoh-tokoh drama. 3
Melalui tragedi, misalnya, dengan sedikit terluka di hati, dapat belajar bagaimana hidup dengan penuh derita, dan mengajarkan
dan memberikan wawasan suatu ketabahan dan dengan kemuliaan dapat menandinginya.
4 Melalui komedi, kita dapat menikmati peluapan gelaktawa sebagai
suatu pembukaan tabir rahasia mengenai untuk apa manusia menentangmelawan dan untuk apa pula manusia mempertahankan
atau membela sesuatu. 5
Melodrama yang ditulis dengan baik, fantasi, atau farce, dapat mengusir keengganan, memperluas imajinasi kita, dan untuk
sebentar membawa diri keluar dari diri kita sendiri, sehingga tak mengherankan jika drama telah pula dikenal berfungsi terapis.
32
Unsur-unsur Drama a.
Alur Seperti juga bentuk-bentuk sastra lainnya, maka suatu lakon
haruslah bergerak maju dari suatu permulaan beginning melalui suatu pertengahan middle menuju suatu akhir ending, dalam
32
Suwardi Endraswara, MetodePembelajaran Drama, Yogyakarta: CAPS, 2011 h. 13-14