Asuransi .1 Pengertian Asuransi Kerangka Konsep Hipotesis Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuransi 2.1.1 Pengertian Asuransi Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. 8 Definisi asuransi menurut pasal 246 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang KUHD Republik Indonesia, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dangan mana seorang penaggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan di deritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu : a. Pihak tertanggung insured yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur. Universitas Sumatera Utara b. Pihak penanggung insure yang berjanji akan membayar sejumlah uang santunan kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur- angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu. c. Suatu peristiwa accident yang tak terntentu tidak diketahui sebelumnya.

d. Kepentingan interest yang mungkin akan mengalami kerugian karena

peristiwa yang tak tertentu. 9 Menurut Prof. Mark R. Green, asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang bertujuan mengurangi resiko, dengan jalan mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan sejumlah objek yang cukup besar jumlahnya, sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu. 9 Berdasarkan ketiga definisi tersebut di atas tampak definisi asuransi dapat mencakup semua sudut pandang yaitu suatu alat untuk mengurangi resiko yang melekat pada perekonomian, dengan cara manggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena resiko yang sama atau hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan terjadi akan dibagi secara proposional oleh semua pihak dalam gabungan itu. 9

2.1.2 Fungsi Asuransi

1. Transfer Risiko Dengan membayar premi yang relatif kecil, seseorang atau perusahaan dapat memindahkan ketidakpastian atas hidup dan harta bendanya resiko ke perusahaan asuransi. Universitas Sumatera Utara 2. Kumpulan Dana Premi yang diterima kemudian dihimpun oleh perusahaan asuransi sebagai dana untuk membayar resiko yang terjadi. 8

2.1.3 Jenis-Jenis Asuransi

Secara garis besar, asuransi terdiri dari tiga kategori,yaitu : 1. Asuransi Kerugian Terdiri dari asuransi untuk harta benda property, kendaraan, kepentingan keuangan pecuniary, tanggung jawab hukum liability dan asuransi diri kecelakaan atau kesehatan. 2. Asuransi Jiwa Pada hakekatnya merupakan suatu bentuk kerja sama antara orang-orang yang menghindarkan atau minimal mengurangi resiko yang diakibatkan oleh resiko kematian yang pasti terjadi tetapi tidak pasti kapan terjadinya, resiko hari tua yang pasti terjadi dan dapat diperkirakan kapan terjadinya, tetapi tidak pasti berapa lama dan resiko kecelakaan yang tidak pasti terjadi, tetapi tidak mustahil terjadi. Kerjasama mana dikoordinir oleh perusahaan asuransi, yang bekerja atas dasar hukum bilangan besar the law of large numbers, yang menyebarkan resiko kepada orang-orang yang mau bekerjasama. Yang termasuk dalam program asuransi jiwa seperti : asuransi untuk pendidikan, pensiun, investasi, tahapan, kesehatan. 3. Asuransi Sosial Universitas Sumatera Utara Asuransi sosial adalah program asuransi wajib yang diselenggarakan pemerintah berdasarkan UU. Maksud dan tujuan asuransi sosial adalah menyediakan jaminan dasar bagi masyarakat dan tidak bertujuan untuk mendapatkan keuntungan komersial. 8 2.2 Pegawai Asuransi AJB Bumiputera 1912 2.2.1 Peran dan Tugas Pegawai AJB Bumiputera 1912 Pegawai AJB Bumiputera 1912 dibagi menjadi 2 divisi yaitu dinas dalam dan dinas luar, adapun pembagiannya adalah sebagai berikut : 1. Kepala Cabang Binjai, yaitu orang yang memonitori semua yang ada di kantor cabang baik di dinas dalam atau luar. Tetapi kepala cabang lebih cenderung memonitor di dinas luar karena dinas luar adalah bersifat ujung tombak dari perusahaan sehingga mampu bersaing antara kantor cabang yang lain. 2. Dinas Dalam, terbagi atas: a. Kepala Keuangan, adalah kepala yang mengatur segala urusan yang berhubungan dengan keuangan baik uang keluar atau uang masuk. Dan kepala keuangan juga dapat berperan sekaligus menjadi kepala cabang jika kepala cabang tidak ada. b. Kasir, adalah orang yang memegang transaksi uang masuk atau uang keluar dengan melalui keputusan kepala cabang atau kepala keuangan. c. ADM P, yaitu orang yang mencatat dan melihat perkembangan SPAJ Surat Permintaan Asuransi Jiwa, membuat laporan tentang SPAJ yang sudah masuk sesuai per-unit dan per-agen. Universitas Sumatera Utara d. ADM BIL, konservasi; orang yang bertugas mencetak segala kuitansi tagihan yang akan diberikan kepada nasabah sebagai bukti untuk nasabah melakukan pembayaran dan juga melihat pesan-pesan yang ada atau perkembangan perusahaan. e. ADM Klaim, merupakan orang yang melayani nasabah sehubungan dengan setiap klaim yang ada pada nasabah. 3. Dinas Luar, terbagi atas : a. Kepala Unit Operasional, tugasnya tidak jauh berbeda dengan kepala cabang ataupun lainnya yaitu bergerak mencari nasabah dan mengontrol supervisor-supervisor yang ada. b. SPV Supervisor, berperan mencari nasabah sebanyak-banyaknya, mencari leader, dan membantu agen-agennya dalam melakukan prospek kepada nasabah. Supervisor ini merupakan atasan dari agen. c. Agen, perannya sangat besar dalam perusahaan yang merupakan penggerak bagi perusahaan demi tercapainya banyak nasabah.

2.2.2. Etika Perkantoran AJB Bumiputera 1912

Setiap pegawai AJB Bumiputera 1912 dituntut memiliki etika bisnis dan citra pribadi pegawai yang baik. Adapun etika perkantoran di AJB Bumiputera yaitu : 10 1. Memiliki Integritas yang Tinggi - Jujur - Rajin - Tekun - Ulet Universitas Sumatera Utara - Loyal - Dedikatif - Menjaga nama baik diri, pejabat, dan perusahaan - Tidak mengharapkan apalgi meminta imbalan kepada klien customer dalam menjalankan tugas - Menghindari konflik kepentingan KKN - Tidak amoral tetapi bermoral - Menghindari penyalahgunaan kewenangan 2. Tata Krama Pegawai Menyadari bahwa diri ini adalah didedikasikan untuk pelayanan kepada customer ekstern dan intern sehingga wajib memiliki tata krama dan sifat sebagai berikut : a. Bahasa dan Komunikasi - Sopan santun - Ramah tamah - Penempatan bahasa yang benar - Peduli b. Performance yang baik - Pakaian - Kebersihan - Kerapian Universitas Sumatera Utara c. Sikap - Dalam luang lingkup diri sendiri, teman sekerja, pimpinan, pekerjaan. Perusahaan, dan lingkungan. 3. Etika Bertelepon - Ramah tamah, sopan santun yang wajar - Singkat, padat dan efektif 4. Berusaha Meningkatkan dan Mengembangkan Kemampuan Kompetensi 5. Landasan Kerja yang Benar - Regulasi pemerintah - Regulasi perusahaan AD ART, KKB, SK, PE Direksi - Regulasi pimpinan surat-surat yang dikeluarkan pimpinan 2.3 Stres 2.3.1 Pengertian Stres Menurut sebagian besar ilmuwan medis dan juga menurut buku penyelidikan ini penyebab utama dari kebanyakan penyakit abad ke duapuluh adalah bayangan yang secara lambat laun menutupi kehidupan kita seperti kabut polusi yang menutupi kota-kota kita. Bayangan itu adalah stres. Hans Selye ilmuwan yang terkemuka pada saat itu mendefinisikan stres adalah respons nonspesifik dari badan terhadap setiap tuntutan yang dibuat atasnya. 11 Rangkaian respon dari Selye ini dinamakan general adaption syndrome, yang terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama, ia namakan tahap alarm tanda bahaya. Organisme berorientasi terhadap tuntutan yang diberikan oleh lingkungannya dan mulai menghayatinya sebagai ancaman. Tahap ini tidak dapat bertahan lama. Universitas Sumatera Utara Organisme mamasuki tahap kedua, tahap resistence perlawanan. Organisme memobilisasi sumber-sumbernya supaya mampu menghadapi tuntutan. Jika tuntutan berlangsung terlalu lama, maka sumber-sumber penyesuaian ini mulai habis dan organisme mencapai tahap terakhir, yaitu tahap exhaustion kehabisan tenaga. 12 Stres merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan di lingkungan kerja yang dirasakan mengakibatkan dirinya terancam. Suatu bentuk tanggapan dari seseorang inilah yang menimbulkan reaksi kimiawi dalam tubuh manusia yang mengakibatkan perubahan-perubahan, antara lain meningkatnya tekanan darah tinggi dan tingkat metabolisme. 13 Menurut Charles D. Spielberger dalam Andraeni 2005 menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek- obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. 14 Cranwel-Ward mendefinisikan stres sebagai reaksi fisik dan psikologik yang terjadi pada seseorang di saat orang tersebut merasakan ketidakseimbangan antara besamya tuntutan yang dikenakan padanya dengan kemampuannya dalam menghadapi tuntutan tersebut. 6 Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa stres adalah respon tubuh yarg bersifat spesifik yaitu reaksi fisiologis, emosional dan psikologis terhadap setiap tuntutan karena ketidakseimbangan antara besamya tuntutan yang dikenakan padanya dengan kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi tuntutan tersebut. Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Stres Kerja

Menurut Phillip L.Rice, penulis buku Stress and Health, seseorang dikategorikan stres kerja jika : a. Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah yang terbawa ke rumah juga dapat menjadi penyebab stres kerja. b. Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu. Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua pihak untuk menyelesaikan persoalan stres tersebut. 3 Lazarus Fraser 1992 mengemukakan pendapatnya bahwa stres kerja hanya berhubungan dengan kejadian-kejadian di sekitar lingkungan kerja yang merupakan bahaya atau ancaman dan bahwa perasaan-perasaan yang terutama relevan mencakup rasa takut, cemas, rasa bersalah, marah, sedih putus asa dan bosan. 2 Brousseau dan Prince 1981 menjelaskan bahwa stres kerja adalah keadaan psikologis karyawan yang tidak menyenangkan untuk bekerja karena merasa terancam di lingkungan kerjanya. Arsenault dan Dolan 1983 mengemukakan bahwa stres kerja adalah kondisi psikologis yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan karena karyawan merasa terancam yang menunjukkan ketidaksesuaian antara individu dengan tuntutan pekerjaan. Shin dkk 1984 mendefinisikan stres kerja sebagai kondisi lingkungan kerja yang bersifat negatif seperti konflik peran dan kurangnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. 6 Universitas Sumatera Utara Stres kerja bisa didefinisikan sebagai suatu respon fisik dan mental yang terjadi saat permintaan persyaratan kerja tidak sesuai dengan kemampuan, sumber daya, maupun kebutuhan pekerja. Stres kerja bisa menjurus menjadi status kesehatan yang memburuk atau bahkan kecelakaan. Definisi stres kerja terkadang menjadi rancu dengan tantangan, namun kedua konsep tersebut tidaklah sama. Tantangan bisa menyemangati kita secara mental dan fisik. Tantangan memotivasi kita untuk belajar kemampuan baru dan menguasai pekerjaan kita. Saat tantangan tersebut tercapai, kita akan merasa tenang dan puas. Sehingga, tantangan merupakan komponen yang penting untuk kesehatan dan pekerjaan yang produktif. 15 Namun dalam situasi yang berbeda, tantangan bisa berubah menjadi tuntutan pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan, rasa tenang berubah menjadi rasa lelah, dan rasa puas berubah menjadi rasa stres. Dan dalam waktu seketika, tahapan ini mengarah kepada rasa sakit, kecelakaan, dan kegagalan kerja. 15 Stres kerja yang terlalu berat dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Sebagai akibatnya pada diri seseorang dapat berkembang berbagai macam gejala stres kerja yang dapat mengganggu prestasi kerja mereka. Stres kerja juga dapat menimbulkan gangguan fisik. Gangguan fisik disini ada yang bersifat jangka pendek, dan ada pula jangka panjang, seperti gangguan pencernaan atau peradangan usus. 13 Stres kerja yang dialami oleh karyawan di perusahaan besar mengakibatkan gangguan yang melibatkan segi psikologis manusia, akibatnya kemampuan untuk melakukan daya saing terhadap perusahaan-perusahaan besar untuk mengembangkan tingkat ekonominya sedikit terhambat. Mc. Grath’s dalam Seminar Nasional Universitas Sumatera Utara Ergonomi 2004, stres kerja dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan dimana dari segi psikologis manusia stres kerja dapat mengancam seseorang dalam bekerja. Tekanan stres kerja yang tinggi yang dialami oleh karyawan dalam melaksanakan tugasnya berdampak pada peningkatkan perekonomian suatu perusahaan. Hal ini dalam peningkatan perekonomian sedikit mengalami penghambatan dikarenakan stres kerja yang tinggi yang dialami karyawan yang berhubungan langsung dengan tingkah laku yang dimiliki oleh karyawan. 16 Dari pengertian dan keadaan yang terjadi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa stres kerja adalah suatu keadaan atau kondisi yang muncul akibat ketidaksesuaian antara individu dengan lingkungan pekerjaan yang dirasakan tidak menyenangkan sehingga menyebabkan seseorang merasa tertekan.

2.3.3 Penyebab Stres Kerja Stressor

Untuk dapat mengetahui secara pasti faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya stres sangatlah sulit, oleh karena sangat tergantung dengan sifat dan kepribadian seseorang. Suatu keadaan yang dapat menimbulkan stres pada seseorang tatapi belum tentu akan menimbulkan hal yang sama terhadap orang lain. 1 Hasibuan 2000 dalam Sarwono, 2006 menyebutkan faktor-faktor yang menjadi penyebab stres kerja adalah : 1. Beban kerja yang sulit dan berlebihan. 2. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar. 3. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai. 4. Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau dengan kelompok kerja. Universitas Sumatera Utara 5. Balas jasa yang terlalu rendah. 6. Masalah-masalah keluarga. 6 Menurut Sutherland dan Cooper 1990 mengemukakan tentang stressor kerja meliputi : 1. Stressor yang ada di dalam pekerjaan itu sendiri, meliputi : beban pekerjaan, fasilitas kerja yang kurang, proses pengambilan keputusan yang lama. 2. Konflik peran : peran di dalam kerja yang tidak jelas, tanggung jawab yang tidak jelas. 3. Masalah hubungan dengan orang lain adalah stressor yang potensial, seperti hubungan dengan atasan, rekan sejawat dan pola hubungan atasan dan bawahan. 4. Perkembangan karir, under over promotion, keselamatan kerja. 5. Iklim dan struktur organisasi, adanya pembatasan-pembatasan perilaku, bagaimana iklim budaya di dalam organisasi. 6. Adanya konflik antara tuntutan kerja dengan tuntutan keluarga. 2 Menurut Seminar Nasional Ergonomi Aplikasi Ergonomi dalam Industri 2004 mengemukakan berbagai penyebab stres kerja stressor sebagai berikut : a. Tekanan lingkungan fisik. Tekanan lingkungan fisik ini meliputi kebisingan, vibrasi, higiene, dan suhu ruangan kerja. Universitas Sumatera Utara b. Tekanan dan peran individual dalam organisasi Kadang-kadang sumber stres itu ada dalam diri seseorang salah satunya melalui kesakitan, tingkat stres yang muncul tergantung pada rasa sakit dan umur individu. Tekanan individual disini meliputi : a. Konflik peran misalnya : a. Tugas yang harus ia kerjakan, menurut pandangannya, tidak merupakan bagian dari pekerjaannya. b. Tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahannya atau orang lain yang dinilai penting bagi dirinya. c. Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu melakukan tugas pekerjaannya. b. Peran yang kurang jelas a. Ketidakjelasan dari sasaran dan tujuan kerja b. Kesamaran tentang tanggung jawab c. Ketidakjelasan tentang prosedur kerja job description d. Kurang adanya umpan balik atas kinerjanya. c. Hubungan dalam pekerjaan Lingkungan pekerjaan, hubungan kerja yang tidak baik dapat menimbulkan ketegangan psikologis dalam bentuk kepuasan kerja yang rendah, penurunan kondisi kesehatan dan rasa tidak disenangi oleh rekan atau atasan. Keadaan sebaliknya bila pekerja harus melakukan pekerjaan dalam keadaan terisolisasi, Universitas Sumatera Utara sehingga pekerja tidak dapat berkomunikasi dengan pekerja lain, misalnya operator mesin, operator telepon, dapat membangkitkan stres kerja. d. Tekanan struktur dan iklim organisasi Sejauh mana seorang tenaga kerja diikutsertakan untuk berperan dan terlibat dalam suatu organisasi dan ada tidaknya dukungan sosial dalam lingkungan kerja hal itu merupakan sumber stres. 16 Cartwright, 1995 dalam Tarwaka, 2004 mengelompokkan faktor-faktor penyebab stres kerja ke dalam enam kelompok : 1 1. Faktor intrinsik pekerjaan Ada beberapa faktor intrinsik dalam pekerjaan di mana sangat potensial menjadi penyebab terjadinya stres dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental. Faktor tersebut meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman bising, berdebu, bau, suhu panas dan lembab dll, stasiun kerja yang tidak ergonomis, kerja shift, jam kerja yang panjang, perjalanan ke dan dari tempat kerja yang semakin macet, pekerjaan beresiko tinggi dan berbahaya, pemakaian teknologi baru, pembebabanan berlebih, dan adaptasi pada jenis pekerjaan baru. Everly dan Girdano, 1980 dalam Munandar, 2001 membahas mengenai beban kerja dan membaginya ke dalam lima kategori: beban berlebih kuantitatif, beban terlalu sedikit kuantitatif, beban berlebihan kualitatif, beban terlalu sedikit kualitatif, dan beban berlebihan kuantitatif dan kualitatif. 12 2. Faktor peran individu Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan lebih memberikan stres yang tinggi dibandingkan dengan beban kerja fisik. Karasek Universitas Sumatera Utara et al 1988 dalam suatu penelitian tentang stres akibat kerja menemukan bahwa karyawan yang mempunyai beban psikologis lebih tinggi dan ditambah dengan keterbatasan wewenang untuk mengambil keputusan mempunyai resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah yang lebih tinggi serta mempunyai kecenderungan merokok yang lebih banyak dari karyawan yang lain. Ketaksaan peran juga dapat menimbulkan stres kerja, yaitu jika seorang tenaga kerja tidak memiliki cukup informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti atau merealisasi harapan-harapan yang berkaitan dengan peran tertentu. 3. Faktor hubungan kerja Cooper dan Payne, 1988 dalam Tarwaka, 2004 hubungan yang tidak baik antara karyawan di tempat kerja adalah faktor yang potensial sebagai penyebab terjadinya stres. Kecurigaan antara pekerja, kurangnya komunikasi, ketidaknyamanan dalam melakukan pekerjaan merupakan tanda-tanda adanya stres akibat kerja. Kahn dkk, 1964 dalam Munandar, 2001, hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah, taraf pemberian dukungan yang rendah, minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam organisasi. Ketidakpercayaan secara positif berhubungan dengan kepaksaan peran yang tinggi, yang mengarah ke komunikasi antarpribadi yang tidak sesuai antara para tenaga kerja dan ketegangan psikologikal dalam bentuk kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari kondisi kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan dan rekan- rekan kerjanya. 12 Universitas Sumatera Utara 4. Faktor pengembangan karir Perasaan tidak aman dalam pekerjaan, posisi dan pengembangan karir mempunyai dampak cukup penting sebagai penyebab terjadinya stres. Menurut Wantoro 1999 faktor pengembangan karir yang dapat menjadi pemicu stres adalah: ketidakpastian pekerjaan seperti adanya reorganisasi dan mutasi kerja, promosi berlebih atau kurang promosi yang terlalu cepat atau tidak sesuai dengan kemampuan individu akan menyebabkan stres bagi yang bersangkutan atau sebaliknya bahwa seseorang merasa tidak pernah dipromosikan sesuai dengan kemampuannya juga menjadi penyebab stres. 5. Faktor struktur organisasi dan suasana kerja Penyebab stres yang berhubungan dengan struktur organisasi dan suasana kerja biasanya berawal dari budaya organisasi dan model manajemen yang dipergunakan. Beberapa faktor penyebabnya antara lain, kurangnya pendekatan partisipatoris, konsultasi yang tidak efektif, kurangnya komunikasi dan kebijaksanaan kantor. Selain itu seringkali pemilihan dan penempatan karyawan pada posisi yang tidak tepat juga dapat menyebabkan stres. Munandar 2001 mengemukakan hasil penelitian bahwa kurangnya peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan suasana hati dan perilaku yang negatif, misalnya menjadi perokok berat. 12 6. Faktor di luar pekerjaan Perselisihan antar anggota keluarga, lingkungan tetangga dan komunitas juga merupakan faktor penyebab timbulnya stres yang kemungkinan besar masih akan terbawa dalam lingkungan kerja. Universitas Sumatera Utara Munandar 2001 menambahkan bahwa isu-isu tentang keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi dan organisasi yang bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan, semuanya dapat merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya, sebagaimana halnya stres dalam pekerjaan mempunyai dampak yang negatif pada kehidupan keluarga dan pribadi. 12

2.3.4 Gejala Stres Akibat Kerja

Menurut Terry Beehr dan John Newman mengkaji ulang beberapa kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu : 17

1. Gejala Psikologis

- Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung - Perasaan frustasi, rasa marah, dan dendam kebencian - Sensitive dan hyperreactivity - Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi - Komunikasi yang tidak efektif - Perasaan terkucil dan terasing - Kebosanan dan ketidakpuasan kerja - Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi - Kehilangan spontanitas dan kreativitas - Menurunnya rasa percaya diri Universitas Sumatera Utara

2. Gejala Fisiologis

- Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular - Meningkatnya sekresi dan hormon stres contoh : adrenalin dan nonadrenalin - Gangguan gastrointestinal contoh : gangguan lambung - Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaann - Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis - Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada - Gangguan pada kulit - Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot - Gangguan tidur - Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker

3. Gejala Perilaku

- Menunda, menghindari pekerjaan, dan absent dari pekerjaan - Menurunnya prestasi performance dan produktifitas - Meningkatnya penggunaan minuman dan obat-obatan - Perilaku sabotase dalam pekerjaan - Perilaku makan yang tidak normal kebanyakan sebagai pelampiasan, mengarah ke obesitas Universitas Sumatera Utara - Perilaku makan yang tidak normal kekurangan sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi - Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi - Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas - Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman - Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri

2.3.5 Dampak Stres Kerja

Stres dapat berakibat baik atau buruk terhadap kita. Kita akan hidup dan berprestasi optimal dan maksimal bila mendapatkan rangsangan yang optimal tingkatnya. Stres yang optimal berperan dan berdampak positif serta konstruktif bagi kita. Stres yang baik disebut dengan eustres. Sebaliknya stres yang merugikan Dan merusak destruktif disebut dengan distres. Bagi kita stres menjadi eustres atau distress dipengaruhi oleh penilaian dan daya tahan kita terhadap peristiwa dan keadaan yang potensial atau netral kandungan daya stresnya. 18

1. Dampak Terhadap Individu

Dampak stres kerja bagi individu adalah munculnya masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan, psikologis dan interaksi interpersonal. Kesehatan, berpengaruh terhadap sistem imunitas tubuh sehingga orang yang mengalami stres cenderung mudah terkena penyakit. Psikologis, stres berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang terus- menerus. Menurut istilah psikologi, stres berkepanjangan ini disebut stres kronis. Stres kronis sifatnya Universitas Sumatera Utara menggerogoti dan menghancurkan tubuh, pikiran dan seluruh kehidupan penderitanya secara perlahan-lahan. Akibatnya, orang akan terus-menerus merasa tertekan dan kehilangan harapan. Interaksi interpersonal, orang yang sedang stres akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak dalam kondisi stres. Oleh karena itulah, sering terjadi salah persepsi dalam membaca dan mengartikan suatu keadaan, pendapat atau penilaian, kritik, nasihat, bahkan perilaku orang lain. Objek yang sama bisa diartikan dan dinilai secara berbeda oleh orang yang sedang stres. Selain itu, orang stres cenderung mengkaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Pada tingkat stres yang berat, orang bisa menjadi depresi, kehilangan rasa percaya diri.

2. Dampak Terhadap Perusahaan

Sebuah organisasi atau perusahaan dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia. Jika salah satu dari anggota tubuh itu terganggu, maka akan menghambat kesekuruhan gerak, menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan individunya tidak dapat berfungsi secara normal. Demikian pula jika banyak di antara karyawan di dalam organisasi mengalami stres kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu. Jika stres yang dialami oleh organisasi atau perusahaan tidak kunjung selesai, maka sangat berpotensi mengundang penyakit yang lebih serius. Bukan hanya individu yang bisa mengalami penyakit, organisasi pun dapat memiliki apa yang dinamakan Penyakit Organisasi. 3 Randall schuller 1980, mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stres yang dihadapi oleh karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran Universitas Sumatera Utara kerja, serta tendensi mengalami kecelakaan. Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja dapat berupa: 3 - Terjadi kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja. - Mengganggu kenormalan aktivitas kerja. - Menurunkan tingkat produktivitas. - Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah karena kelambanan atau pun karena banyaknya kesalahan yang berulang.

2.3.6 Penilaian Stres

Teori penilaian kognitif Cognitive Apprasial Teory yang dikemukakan oleh Richard Lazarus CohenLazarus, 1983 dalam tentang suatu transaksi yang menyebabkan kondisi stres, yang umumnya melibatkan pada suatu proses penilaian. Penilaian kognitif adalah suatu proses mental kejiwaan dimana individu menilai dengan dua faktor, antara lain : 2 a. Apakah sebuah tuntutan mengancam kesejahteraannya Primary Appraisal b. Apakah sumber-sumber yang tersedia cukup untuk memebuhi permintaan Secondary Appraisal Universitas Sumatera Utara Kedua faktor di atas membedakan dua jenis penilaian yaitu primary appraisal penilaian primer dan secondary appraisal penilaian sekunder : a. Penilaian Primer Primery Appraisal Ketika individu menghadapi kejadian yang benar-benar membuat dirinya terancam tertekan, misalnya : ketika individu mendengar berita akan datangnya badai salju, hal yang pertama yang dilakukan adalah individu menilai secara kognitif dampak dari situasi bagi kesejahteraannya. Ancaman disini didefinisikan sebagai antisipasi yang dinilai bahaya, dan tantangan diartikan sebagai kepercayaan diri individu dalam mengatasi tuntutan tersebut. Kejadian dinilai baik atau positif bila dapat dipakai alasan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Kejadian 3 implikasi, yaitu harm-loss atau banyaknya kerusakan dan kehilangan yang kita nilai dalam stres dinilai lebih rinci dalam bila telah terjadi sesuatu, seperti seseorang menderita kemampuan atau kesakitan, ancaman atau kerugian yang dibayangkan bakal terjadi, dan tantangan untuk mendapatkan kemajuan, kepandaian, maupun keuntungan denghan menggunakan sumber-sumber yang biasa untuk memahami tuntutan. Perasaan-perasaan inilah yang tidak menyebabkan stres secara langsung tetapi dipengaruhi oleh penilaian individu pada suatu peristiwa. b. Penilaian sekunder Secondary Appraisal Penilaian sekunder tidak harus dilakukan setelah penilaian primer, hal ini dilakukan melihat kondisi stres dari pengalaman individu bergantung pada keluarnya penilaian-penilaian yang individu buat dalam interaksi indivdu dengan lingkungan. Stres terjadi dalam situasi atau keadaan genting. Adapun faktor yang menyebabkan penilaian kejadian sebagai stressful appraisal adalah faktor individu, meliputi : Universitas Sumatera Utara intelektual, motivasi, dan kepribadian. Sedangkan faktor situasi, meliputi : tuntutan yang kuat, mendesak, situasi tak diinginkan dan situasi tak terkontrol.

2.3.7 Tipe Reaksi Seseorang Terhadap Reaksi

Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda-beda dalam menghadapi stres. Menurut Handoko 2001 dalam Hidayat 2007 berdasarkan reaksi terhadap stres, dapat dibedakan dua tipe orang yaitu : 19 1. Orang Tipe A, adalah mereka yang agresif dan kompetitif, perfeksionis, menetapkan standar-standar tinggi dan meletakkan diri mereka di bawah tekan waktu yang ajeg konstan. Mereka lebih cenderung mengalami gangguan- gangguan fiisik akibat stres, seperti serangan jantung, penyakit lever, dan lainnya. 2. Orang Tipe B, adalah mereka yang lebih relaks dan tidak suka menghadapi masalah atau easy going. Mereka menerima situasi-situasi yang ada dan bekerja di dalamnya, serta tidak senang bersaing. Mereka terutama relaks dalam kaitannya dengan tekanan waktu, sehingga mereka lebih kecil kemungkinannya untuk menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan stres.

2.3.8 Memanajemeni Stres

Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampaknya yang negatif. Memanajemeni stres berarti berusaha mencegah timbulnya stres, meningkatkan ambang stres dari individu dan menampung akibatfisiologikal dari stres. Memanajemeni stres bertujuan untuk mencegah Universitas Sumatera Utara berkembangnya stres jangka pendek menjadi stres jangka panjang atau stres yang kronis. Teknik-teknik yang dapat digunakan untuk memanajemeni stres yaitu: 1. Kerekayasaan organisasi. Berusaha untuk mengubah lingkungan kerja agar tidak cepat dirasakan sebagai lingkungan ynag penuh stres. 2. Kerekayasaan kepribadian Upaya untuk menimbulkan perubahan-perubahan dalam kepribadian individu agar dapat dicegah timbulnya stres dan agar ambang stres dapat ditingkatkan. 3. Teknik penenangan pikiran Adalah untuk mengurangi kegiatan pikiran, yaitu proses berpikir dalam bentuk merencana, mengingat, berkhayal, menalar yang secara bersinambung kita lakukan dalam keadaan sadar. Teknik ini meliputi meditasi, pelatihan relaksasi autogenik, dan pelatihan relaksasi neuromuscular. 4. Teknik penenangan melalui aktivitas fisik. Untuk menghamburkan atau untuk mengguanakan sampai habis hasil-hasil stres yang diproduksi oleh ketakutan dan ancaman, atau yang mengubah sistem hormon dan saraf kita ke dalamsikap mempertahankan. Aktivitas fisik ini seperti, senam kesehatan badan, jogging secara teratur. 12 Secara ringkas langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengurangi terjadinya stres adalah : 1. Menghilangkan faktor penyebab stres, khususnya yang berasal dari tasks, organisasi kerja dan lingkungan kerja. Universitas Sumatera Utara 2. Memposisikan pekerja pada posisi yang tepat The right man on the right place 3. Mengembangkan stuktur organisasi sesuai dengan kultur dan tradisi mayarakat pekerjanya. 4. Menjamin perasaan aman setiap pekerja. 1

2.4 Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada perbedaan stres kerja antara pegawai dinas dalam dan dinas luar AJB Bumiputera 1912 Cabang Binjai tahun 2009 Ha : Ada perbedaan stres kerja antara pegawai dinas dalam dan dinas luar AJB Bumiputera 1912 Cabang Binjai tahun 2009 - Ho diterima jika p 0,05 - Ho ditolak jika p 0,05 AJB Bumiputera 1912 Cabang Binjai - Dinas Dalam - Dinas Luar STRES KERJA Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripktif analitik dengan desain cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di AJB Bumiputera 1912 Cabang Binjai selama bulan April tahun 2009 sampai dengan bulan Maret tahun 2010. Adapun pertimbangan pelaksanaan penelitian di tempat tersebut dengan alasan : 1. Adanya kemudahan dari pihak AJB Bumiputera 1912 untuk meneliti di tempat tersebut. 2. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai Perbedaan Stres Kerja antara Pegawai Dinas Dalam dan Dinas Luar AJB Bumiputera 1912 Cabang Binjai. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.31 Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai AJB Bumiputera 1912 Cabang Binjai yang berjumlah 64 orang, yaitu sebanyak 5 orang dari dinas dalam dan 59 orang di dinas luar.

3.3.2 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria inklusi yaitu pegawai yang tidak sedang cuti atau non aktif. Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh jumlah sampel penelitian sebanyak 48 orang yang terdiri dari 5 orang pegawai dinas dalam dan 43 orang pegawai dinas luar. Universitas Sumatera Utara