Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Energi Kerja dan Panas

mahasiswa FK USU tentang manfaat konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan penelitian tentang “Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2007 mengenai manfaat konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umun 1 Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai manfaat konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga. 1.3.2.Tujuan Khusus , Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui jenis – jenis olahraga yang dilakukan oleh mahasiswa FK USU angkatan 2007. 2. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2007 mengenai kepentingan konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga. 3. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2007 mengenai perubahan fisiologis tubuh pada aktifitas olahraga.

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Peneliti, di mana saya dapat menambahkan pengetahuan saya mengenai perubahan fisiologis tubuh ketika berolahraga dan kepentingan konsumsi minuman isotonik. 2. Masyarakat luas, dimana mereka dapat menambahkan pengetahuan mengenai minuman yang perlu dikonsumsi sebelum, semasa atau selepas melakukan olahraga. Universitas Sumatera Utara 3. Dunia pendidikan, yaitu menjadi solusi bagi meningkatkan pengetahuan mengenai kepentingan minuman isotonik pada aktifitas olahraga pada peringkat dunia, dan 4. Menjadi data untuk penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Olahraga 2.1.1. Fisiologi Olahraga Fisiologi olahraga merupakan satu disiplin yang secara tradisonal, memfokuskan terhadap studi mengenai bagaimana olahraga mengubah struktur dan fungsi tubuh manusia. Penggunaan olahraga sebagai kondisi untuk menginvestigasi fungsi tubuh bisa dilihat kembali melalui olimpik pertama dimana performans tubuh atlet diobservasi, dan program training yang spesifik dijalankan untuk menggalakkan peningkatan sama ada terhadap hipertrofi otot dan kekuatan atau endurans. Hari ini, olahraga digunakan sebagai terapi ketika rehabilitasi dari injuri dan penyakit serta sebagai strategi preventif untuk penyakit kardiovaskular arterosklerotik Robergs, et al, 1997.

2.1.2. Definisi Olahraga

Olahraga ialah tindakan fisik untuk meningkatkan kesehatan atau memperbaiki deformitas fisik Dorland’s, 2004. Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik; artinya olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih unggul pada siswa-siswa yang aktif mengikuti kegiatan olahraga dari pada siswa-siswa yang tidak aktif mengikuti kegiatan olahraga Renstrom dan Roux, 1988. 2.1.3. Klasifikasi Olahraga Menurut McGUff 2000, olahraga diklasifikasikan kepada tiga yaitu olahraga kekuatan strength training, olahraga ketahanan endurance training dan campuran antara olahraga kekuatan dan ketahanan. Antara contoh olahraga kekuatan atau turut dikenal sebagai olahraga anaerob adalah angkat besi, berlari Universitas Sumatera Utara pecut 200 meter atau kurang, lompat tinggi, lompat jauh, push ups, pull ups dan gimnastik. Manakala contoh olahraga endurans atau turut dikenali sebagai olahraga aerobik pula adalah bersepeda, berlari melebihi 400 m, pelari maraton, cross country skiing, bersepeda selama 24 jam, joging, berjalan kaki, berenang, senam aerobik dan eco-challenge races. Walaubagaimanapun, terdapat olahraga yang merupakan gabungan ketahanan dan kekuatan. Contohnya ialah sepak bola, bola basket, futsal, rugbi dan tennis. Latihan yang benar akan memberikan efek latihan yang positif berupa peningkatan kemampuan fisik, baik berbentuk kekuatan otot, ketahanan otot, ketahanan peredaran darah dan pernafasan, kelenturan, keseimbangan dan sebagainya, yang kesemua membentuk kemampuan fisikphysical fitness. Semakin tinggi kemampuan fisik seseorang akan semakin besar kemampuan kerja produktivitasnya dan semakin tinggi derajat kesehatannya. Dalam konteks ini tersirat adanya ketahanan tubuh dapat ditingkatkan melalui latihan fisik Suharto ,

2009. Hampir semua individu bisa melakukan sejumlah kerja yang diberikan jika

diberikan masa yang mencukupi. Walaubagaimanapun, tidak semua individu dapat melakukan kuantiti kerja yang sama dalam masa yang diberikan. Oleh itu, intensitas olahraga diukur dengan menggunakan unit kuasa power, yang membolehkan perbandingan diantara individu dilakukan. Intensitas merujuk kepada tahap pencapaian stress ketika olahraga. Manakala intensitas olahraga pula merupakan seberapa banyak kerja yang dilakukan ketika berolahraga. Sesi olahraga bisa dibagikan kepada intensitas ringan, sedang dan tinggi. Intensitas lebih mudah dideterminasi dengan mengukur konsumsi oksigen, tetapi metode indirek adalah dengan mengukur denyut jantung, kadar pernafasan, atau rating of perceived exertion. Untuk mendeterminasi batas range denyut jantung, denyut jantung maksimal perlulah dideterminasi terlebih dahulu. Denyut jantung maksimal seseorang bisa dideterminasi dari test olahraga submaksimal atau maksimal atau bisa juga dengan menggunakan pengiraan yaitu 220 – umur individu Robergs, et al, 1997 . Universitas Sumatera Utara Menurut Cooper 1994, intensitas olahraga kesehatan yang cukup yaitu apabila denyut nadi latihan mencapai 65-80 DNM Denyut nadi maximal: 220- umur dalam tahun.

2.2. Energi Kerja dan Panas

Hampir semua reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh tergantung dari keseimbangan air dan elektrolit. Konsentrasi cairan di dalam sel cairan intra sel dan di luar sel cairan ekstra sel harus dipertahankan tetap seimbang. Keseimbangan cairan intra sel dan cairan ekstra sel tujuannya untuk transmisi impuls saraf dan kontraksi otot yang penting saat melakukan olahraga. Hal lain yang sangat penting selama melakukan olahraga adalah mempertahankan atau memelihara suhu tubuh. Ini karena, kontraksi otot menghasilkan energi. Energi yang terbentuk dari kontraksi otot sebagian besar berupa energi panas yaitu sebanyak 75 dan sisanya 25 berupa energi gerak. Kontraksi otot selama berolahraga menghasilkan peningkatan produksi energi panas Noakes, 2006. Panas yang terbentuk dialirkan secara cepat dari otot melalui darah ke permukaan tubuh. Panas tubuh kemudian dibebaskan ke atmosfer lewat keringat yang keluar dari tubuh. Panas tubuh yang terjadi pada saat berolahraga akan sangat berbahaya apabila tidak ada upaya proses pendinginan tubuh. Ketika seseorang melakukan aktivitas fisik seperti kerja fisik atau juga berolahraga, sumber- sumber energi yang tedapat di dalam tubuh seperti lemak atau karbohidrat akan terkonversi menjadi air H2O, karbon dioksida CO2 dan energi. Dengan semakin meningkatnya energi dan panas yang dihasilkan melalui proses metabolisme dan kontraksi otot saat tubuh sedang berolahraga, cairan yang berada di dalam tubuh kemudian akan menjalankan fungsinya sebagai pengatur panas atau sebagai thermoregulator Noakes, 2000. Fungsi ini dijalankan dengan tujuan agar temperatur internal tubuh core temperature dapat tetap terjaga pada rentang temperatur normal yaitu 36.5-37.5 °C. Energi yang dihasilkan dari pembakaran sumber energi tubuh ini kemudian dapat terbagi menjadi dua bentuk yaitu dalam bentuk kerja work dan panas heat. 80 dari total energi yang dihasilkan melalui proses metabolisme energi Universitas Sumatera Utara merupakan energi dalam bentuk panas heat dan sisanya merupakan energi dalam bentuk kerja. Energi dalam bentuk kerja dapat terlihat melalui berbagai gerakan tubuh saat berolahraga seperti berlari , menendang , meloncat , mengoper bola dan lain -lain. Sedangkan energi panas hanya dapat dirasakan dan tidak dapat dilihat karena terjadi di dalam sel-sel otot dan di dalam sistem kardiovaskular. Selama berolahraga , panas yang dihasilkan oleh proses metabolisme energi ini akan meningkat 10 kali lipat untuk individu yang sehat dan meningkat sebesar 20 kali untuk atlet yang terlatih. Laju keluarnya keringat tiap individu akan memiliki nilai yang berbeda- beda. Selain dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti intensitas olahraga rendah, sedang atau tinggi , lama berolahraga, temperatur dan kondisi lingkungan saat berolahraga, jumlah keringat yang keluar juga akan dipengaruhi oleh karakteristik internal individu seperti faktor genetis, berat badan dan tingkat kebugaran tubuh Irawan, 2007.

2.3. Komposisi cairan Tubuh