Analisis Pengaruh Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan Perusahaan Dan Sumber Pendapatan Masyarakat Terhadap Penarimaan Pajak Penghasilan Di Kota Medan (Analisis Jalur)

(1)

S E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA N

A

ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN

PEMERINTAH, INVESTASI, SUMBER PENGHASILAN

PERUSAHAAN DAN SUMBER PENDAPATAN

MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

PENGHASILAN DI KOTA MEDAN (ANALISIS JALUR)

T E S I S

Oleh

HENRY ROTUAHMAN MANIK

107018011/EP

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN

PEMERINTAH, INVESTASI, SUMBER PENGHASILAN

PERUSAHAAN DAN SUMBER PENDAPATAN

MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

PENGHASILAN DI KOTA MEDAN (ANALISIS JALUR)

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

HENRY ROTUAHMAN MANIK

107018011/EP

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI,

SUMBER PENGHASILAN PERUSAHAAN DAN SUMBER PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KOTA MEDAN (ANALISIS

JALUR)

Nama Mahasiswa : Henry Rotuahman Manik Nomor Pokok : 107018011

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ramli, SE, MS) (Dr. Bastari, SE, MM

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr.Sya’ad Afifuddin,SE,M.Ec.) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang,MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 30 Oktober 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S. Anggota : 1. Dr. Bastari, S.E., M.M.

2. Prof. Dr.Sya’ad Afifuddin, S.E., M.Ec 3. Dr. Rahmanta, M.Si.


(5)

PERNYATAAN

“ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI, SUMBER PENGHASILAN PERUSAHAAN DAN SUMBER

PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KOTA MEDAN (ANALISIS JALUR)”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Oktober 2012 Penulis,

Henry Rotuahman Manik Materai


(6)

ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI, SUMBER PENGHASILAN PERUSAHAAN DAN

SUMBER PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KOTA

MEDAN (ANALISIS JALUR)

ABSTRAK

Dalam struktur APBN tahun 2010, penerimaan pajak menyumbang 80% penerimaan dalam negeri. Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menyumbang 83,29 % untuk penerimaan perpajakan. Dari tahun ke tahun peranan Pajak Penghasilan (PPh) semakin meningkat, bahkan peningkatan pajak dari sektor pajak penghasilan ini mulai dititikberatkan pada sektor non migas dibandingkan dengan sektor migas.

Penelitian ini merupakan kajian tentang perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Kota Medan kurun waktu 1990 sampai dengan 2010 dengan menggunakan Analisis Jalur. Jenis data dalam penelitian ini adalah data time series, yaitu data inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi, sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) yang bersumber dari Direktorat Jenderal Pajak dan Badan Pusat Statistik serta penelitian – penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan Perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) dan Sumber Pendapatan Masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. Secara parsial Investasi dan Sumber Penghasilan Perusahaan (Penghasilan Kena Pajak) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. Pengeluaran Pemerintah dan Sumber Penghasilan Masyarakat (Pendapatan Perkapita) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. Inflasi berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan.

Kata kunci : Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan Perusahaan, Penghasilan Kena Pajak, Sumber Penghasilan Masyarakat, Pendapatan Perkapita, Pajak Penghasilan.


(7)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF INFLATION, THE ISSUING OF THE GOVERNMENT, INVESTMENT, THE SOURCE OF THE

PRODUCTION OF THE COMPANY AND THE SOURCE OF THE INCOME OF THE COMMUNITY TOWARDS ACCEPTANCE OF INCOME TAX IN THE MEDAN

CITY (THE ANALYSIS OF THE ROUTE)

ABSTRACT

In the APBN structure in 2010, acceptance of the tax contributed 80% domestic acceptance. Income tax (PPh) and the Value Added Tax (PPN) contributed 83.29 % for acceptance of taxation. From the year to the role year of Income Tax (PPh) increasingly increased, in fact the increase in the tax from the sector of this income tax began to be stressed in the sector of non oil and gas compared with the sector of oil and gas. This research was the study about the development of Acceptance of Income Tax (PPh) in the Medan City the period 1990 up to 2010 by using the Analysis of the Route. The data kind in this research was the data time series, that is the inflation data, the issuing of the government, investment, the source of the production of the company (that it was demonstrated by gross income before the tax) and the source of the income of the community (that was shown by the income per capita) that originated in Directorate General Pajak and the Statistik Central Committee as well as the other research research that were connected with this research.Results of the research showed that together the Inflation variable, Pengeluaran of the Government, Investasi, Sumber of the Production of the Company (that it was demonstrated by gross income before the tax) and the Source of the Income of the Community (that was shown by the income per capita) gave the influence that was significant towards acceptance of Income Tax in the Medan City. Partially Investment and the Source of the Production of the Company (the Kena Pajak Production) influential positive and significant towards Acceptance of Income Tax in the Medan City. The issuing of the Government and the Source of the Production of the Community (the Perkapita Income) influential positive but not significant towards Acceptance of Income Tax in the Medan City. Inflation was influential of the negative but not significant towards Acceptance of Income Tax in the Medan City.

Keywords: Inflation, the Issuing of the Government, Investment, the Source of the Production of the Company, the Production was subject to the Tax, the Source of the Production of the Community, the Perkapita Income, Income Tax.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga tesis yang berjudul

“Analisis Pengaruh Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan Perusahaan dan Sumber Pendapatan Masyarakat Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan” ini dapat diselesaikan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan rasa bangga dan Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

Prof.Dr. Ramli, S.E., M.S. Dr. Bastari, S.E., M.M.

selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu, mendorong, membimbing dan memberikan semangat kepada penulis agar tetap berjuang dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

Dalam melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, Penulis banyak memperoleh bantuan baik dalam bentuk moril, bimbingan maupun pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE., M.Ec., Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera.

3. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S., Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, S.E., M.Ec., Bapak Dr. Rahmanta, M.Si., Bapak Dr. Rujiman, MA, sebagai Dosen Penguji.

5. Seluruh dosen pengajar Pasca Sarjana Ekonomi Pembangunan USU, yang dengan sabar telah membimbing penulis selama belajar di Program Pasca Sarjana Ekonomi Pembangunan USU.


(9)

6. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Propinsi Sumatera Utara I yang telah memberi izin kepada penulis untuk melanjutkan perkuliahan. 7. Kepala KPP Pratama Medan Petisah, Ibu Esther P.J. Pangaribuan, Kepala

Seksi Waskon I, Bapak Anto Sibarani dan rekan-rekan di KPP Pratama Medan Petisah atas dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan. 8. Kepala KPP Madya Medan, Bapak Muslim Gunanta, Kepala Seksi Waskon

VI, Ibu Porman Romianna Manihuruk dan rekan-rekan di KPP Madya Medan atas dukungan dan bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 9. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XIX Magister Ekonomi Pembangunan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, terutama Bapak Pulung, Sugeng, Tugino, Rosleni Sitindaon, Lasmey Nurwini Sinaga, Lenny Herlina Sianipar, Ade Viera dan Rismauli, yang selalu mendukung dalam perkuliahan dan penulisan tesis ini.

10.Seluruh staf dan karyawan sekretariat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, seluruh pengelola perpustakaan USU atas dukungan literatur dan bantuan yang diberikan, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibuku Tercinta, J.A Manik, BA (Alm.) dan R. Boru Sinaga, kakak dan adik-adikku tersayang, istri tercinta Theresia Octaviani, dan buah hatiku tercinta Hanesa Vici Asima Mega Manik yang telah memberikan dorongan, semangat, inspirasi, dan dukungan yang luar biasa.

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya untuk kemajuan pendidikan dan perpajakan di masa yang akan datang. Semoga kiranya Allah Bapa Yang Maha Pengasih memberkati kita. Amin.

Medan, Nopember 2012 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

N a m a : Henry Rotuahman Manik

A g a m a : Katholik

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Tempat/Tanggal lahir : Pematangsiantar, 28 Januari 1979 Jenis Kelamin : Laki - Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama Istri : Theresia Octaviani

Anak : Hanesa Vici Asima Mega Manik

Nama Orangtua Laki-Laki : Jesman Anthony Manik, BA Nama Orangtua Perempuan : Rosmaulina Sinaga

Riwayat Pendidikan Formal:

1. Sekolah Dasar Negeri No. 128077 Pematangsiantar Lulus Tahun 1991 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pematangsiantar Lulus Tahun 1994 3. Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Pematangsiantar Lulus Tahun 1997 4. Program Diploma I Perpajakan BPLK I Medan Lulus Tahun 1998 5. Sarjana Ekonomi Universitas Medan Area Lulus Tahun 2006


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTRA SINGKATAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Landasan Teori ... 12

2.1.1. Filosofi dan Karateristik Pajak ... 12

2.1.2. Fungsi Pajak ... 13

2.1.3. Klasifikasi Pajak... 14

2.2. Pajak Penghasilan... 16

2.2.1. Peranan Pajak Penghasilan (PPh) dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya ... 17

2.3. Kebijakan Fiskal... 18

2.3.1. Pengeluaran Pemerintah ... 19

2.4. Teori dan Pemikiran Investas ... 21

2.4.1. Pendesakan Investasi oleh Kebijakan Fiskal... 22

2.4.2. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi ... 25

2.5. Pendapatan ... 26

2.6. Penelitian Terdahulu ... 28

2.7. Kerangka Konseptual ... 32

2.8. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 37

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 37

3.3. Model Analisis ... 37

3.4. Pengolahan Data... 43


(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1. Hasil Penelitian ... 45

4.1.1. Perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan ... 45

4.1.2. Perkembangan Sumber Penghasilan Perusahaan (Penghasilan Bruto Sebelum Dikenakan Pajak) ... 48

4.1.3. Perkembangan Pendapatan Perkapita ... 51

4.1.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ... 53

4.1.5. Perkembangan Inflasi ... 55

4.1.6. Perkembangan Investasi ... 57

4.2. Hasil Analisis Data ... 59

4.3. Pembahasan ... 66

4.3.1. Analisis Pengaruh ... 66

4.3.2. Diagram Jalur ... 71

4.3.3. Penghitungan Pengaruh ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Saran ... 79


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Investasi Indonesia ... 6 1.2. Keadaan Inflasi, Pendapatan per Kapita, Investasi dan

Pengeluaran Pemerintah Kota Medan Tahun 2005 – 2008 ... 8 2.1. Penelitian Terdahulu ... 29 4.1. Perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan

Tahun 1990 s/d 2010 (dalam Miliar Rupiah) ... 46 4.2. Perkembangan Penghasilan Kena Pajak di Kota Medan Tahun

1990 s/d 2010 (dalam Miliar Rupiah) ... 49 4.3. Pendapatan Perkapita di Kota Medan Tahun 1990 s/d 2010

(dalam satuan Rupiah)... 52 4.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah di Kota Medan Tahun

1990 s/d 2010 (dalam Miliar Rupiah) ... 54 4.5. Perkembangan Inflasi di Kota Medan Tahun 1990 s/d 2010

(dalam satuan persen) ... 56 4.6. Perkembangan Investasi di Kota Medan Tahun 1990 s/d 2010

(dalam Miliar Rupiah) ... 58 4.7. Hasil Regresi Sumber Penghasilan Perusahaan (Y1) dengan

Inflasi (P), Pengeluaran Pemerintah (G) dan Investasi (I) ... 60 4.8. Hasil Regresi Sumber Pendapatan Masyarakat (Y2) dengan

Inflasi (P), Pengeluaran Pemerintah (G) dan Investasi (I) ... 62 4.9. Regresi Pajak Penghasilan (Y3) dengan Inflasi (P), Pengeluaran

Pemerintah (G), Investasi (I), Sumber Penghasilan Perusahaan


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual ... 34 4.1. Pengaruh inflasi (P), pengeluaran pemerintah (G), investasi

(I) terhadap Pajak Penghasilan (Y3) melalui sumber

penghasilan perusahaan, yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak (Y1) dan sumber pendapatan masyarakat,


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Penerimaan Negara dan Hibah Tahun 2007 – 2010

(dalam Miliar Rupiah) ... 85 2. Hasil Regresi Sumber Penghasilan Perusahaan/Pengh Kena Pajak

(Y1) dengan Inflasi (P), Pengeluaran Pemerintah (G) dan

Investasi (I) ... 86 3. Hasil Regresi Sumber Pendapatan Masyarakat/Pendapatan

Perkapita (Y2) dengan Inflasi (P), Pengeluaran Pemerintah (G)

dan Investasi (I) ... 87 4. Hasil Regresi Pajak Penghasilan (Y3) dengan Inflasi (P),

Pengeluaran Pemerintah (G), Investasi (I), Sumber Penghasilan Perusahaan (Y1), dan Sumber Pendapatan

Masyarakat (Y2) ... 88 5. R2 Hasil Regresi Antar Variabel Bebas ... 90


(16)

DAFTAR SINGKATAN

APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BPS = Badan Pusat Statistik

BUT = Bentuk Usaha Tetap

DJP = Direktorat Jenderal Pajak

DPP = Dasar Pengenaan Pajak

GDP = Gross Domestic Product

KPP = Kantor Pelayanan Pajak

NPWP = Nomor Pokok Wajib Pajak

OLS = Ordinary Least Square

PBB = Pajak Bumi dan Bangunan

PDB = Produk Domestik Bruto

PKP = Penghasilan Kena Pajak

PPh = Pajak Penghasilan

BPHTB = Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

PPN = Pajak Pertambahan Nilai

PPnBM = Pajak Penjualan atas Barang Mewah PTKP = Penghasilan Tidak Kena Pajak

VAT = Value Added Tax

WP = Wajib Pajak


(17)

ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI, SUMBER PENGHASILAN PERUSAHAAN DAN

SUMBER PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KOTA

MEDAN (ANALISIS JALUR)

ABSTRAK

Dalam struktur APBN tahun 2010, penerimaan pajak menyumbang 80% penerimaan dalam negeri. Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menyumbang 83,29 % untuk penerimaan perpajakan. Dari tahun ke tahun peranan Pajak Penghasilan (PPh) semakin meningkat, bahkan peningkatan pajak dari sektor pajak penghasilan ini mulai dititikberatkan pada sektor non migas dibandingkan dengan sektor migas.

Penelitian ini merupakan kajian tentang perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Kota Medan kurun waktu 1990 sampai dengan 2010 dengan menggunakan Analisis Jalur. Jenis data dalam penelitian ini adalah data time series, yaitu data inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi, sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) yang bersumber dari Direktorat Jenderal Pajak dan Badan Pusat Statistik serta penelitian – penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan Perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) dan Sumber Pendapatan Masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. Secara parsial Investasi dan Sumber Penghasilan Perusahaan (Penghasilan Kena Pajak) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. Pengeluaran Pemerintah dan Sumber Penghasilan Masyarakat (Pendapatan Perkapita) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. Inflasi berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan.

Kata kunci : Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan Perusahaan, Penghasilan Kena Pajak, Sumber Penghasilan Masyarakat, Pendapatan Perkapita, Pajak Penghasilan.


(18)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF INFLATION, THE ISSUING OF THE GOVERNMENT, INVESTMENT, THE SOURCE OF THE

PRODUCTION OF THE COMPANY AND THE SOURCE OF THE INCOME OF THE COMMUNITY TOWARDS ACCEPTANCE OF INCOME TAX IN THE MEDAN

CITY (THE ANALYSIS OF THE ROUTE)

ABSTRACT

In the APBN structure in 2010, acceptance of the tax contributed 80% domestic acceptance. Income tax (PPh) and the Value Added Tax (PPN) contributed 83.29 % for acceptance of taxation. From the year to the role year of Income Tax (PPh) increasingly increased, in fact the increase in the tax from the sector of this income tax began to be stressed in the sector of non oil and gas compared with the sector of oil and gas. This research was the study about the development of Acceptance of Income Tax (PPh) in the Medan City the period 1990 up to 2010 by using the Analysis of the Route. The data kind in this research was the data time series, that is the inflation data, the issuing of the government, investment, the source of the production of the company (that it was demonstrated by gross income before the tax) and the source of the income of the community (that was shown by the income per capita) that originated in Directorate General Pajak and the Statistik Central Committee as well as the other research research that were connected with this research.Results of the research showed that together the Inflation variable, Pengeluaran of the Government, Investasi, Sumber of the Production of the Company (that it was demonstrated by gross income before the tax) and the Source of the Income of the Community (that was shown by the income per capita) gave the influence that was significant towards acceptance of Income Tax in the Medan City. Partially Investment and the Source of the Production of the Company (the Kena Pajak Production) influential positive and significant towards Acceptance of Income Tax in the Medan City. The issuing of the Government and the Source of the Production of the Community (the Perkapita Income) influential positive but not significant towards Acceptance of Income Tax in the Medan City. Inflation was influential of the negative but not significant towards Acceptance of Income Tax in the Medan City.

Keywords: Inflation, the Issuing of the Government, Investment, the Source of the Production of the Company, the Production was subject to the Tax, the Source of the Production of the Community, the Perkapita Income, Income Tax.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar. Peran serta masyarakat sangat diharapkan oleh pemerintah salah satunya adalah dengan membayar pajak. Pajak adalah alat anggaran yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan pemerintah terutama kegiatan rutin. Sumber pembiayaan utama untuk pembangunan di Indonesia adalah berasal dari pajak. Bahkan saat ini kontribusi pajak dalam mengisi kas negara sangat besar, hampir mencapai 80%. Keadaan ini mengakibatkan realisasi penerimaan negara sangat bergantung pada penerimaan pajak sehingga dapat dikatakan bahwa saat ini pajak adalah tulang punggung penerimaan negara. Selain berfungsi sebagai sumber penerimaan negara (budgetary), pajak juga dapat memiliki fungsi sebagai alat untuk mengatur (regulatory) dan mengawasi kegiatan swasta dalam perekonomian. Ketika harga CPO melambung tinggi di pasar internasional, eksportir CPO berlomba-lomba menjual produknya ke luar negeri, padahal kebutuhan domestik juga sangat tinggi dan tidak bisa diabaikan begitu saja. Ketika itu pemerintah mengoptimalkan fungsi mengatur pajak dengan cara menaikkan pajak ekspor CPO sampai 60% (enam puluh persen), sehingga para eksportir akan berpikir berkali-kali jika ingin mengekspor CPO, akibatnya kebutuhan CPO dalam negeri menjadi terkendali.


(20)

Kedua fungsi pajak tersebut harus dijalankan secara seimbang dan tepat guna karena akan sangat berpengaruh terhadap keadaan perekonomian. Berdasarkan lembaga pemungutnya, pajak dibedakan menjadi Pajak Negara atau Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang akan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara secara umum. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah seperti provinsi, kabupaten maupun kota yang dipergunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.

Berdasarkan data APBN tahun 2010 (lampiran 1), penerimaan pajak mencapai Rp729,17 triliun atau merupakan penyumbang 80% dari penerimaan dalam negeri. Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menyumbang 83,29 % untuk penerimaan perpajakan. Jika diamati lagi sejak tahun 2007, penerimaan Pajak Penghasilan mencapai Rp238,43 triliun, menyumbang 51% untuk penerimaan pajak dalam negeri, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi Rp327,49 triliun atau peranannya naik menjadi 52,62%, tahun 2009 juga mengalami kenaikan sebesar Rp357,40 triliun dan peranannya juga mengalami kenaikan menjadi 56,54%, namun pada tahun 2010 penerimaan Pajak Penghasilan turun menjadi Rp340,32 triliun dan peranannya dalam APBN juga mengalami penurunan menjadi 48,48%. Peranan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dari tahun ke tahun semakin meningkat, bahkan peningkatan pajak dari sektor pajak penghasilan ini mulai dititikberatkan pada sektor non migas dibandingkan dengan sektor migas. Tetapi untuk tahun 2010 penerimaan


(21)

Pajak Penghasilan dalam APBN mengalami penurunan hingga mencapai 17 triliun Rupiah.

Kepala Pusat Kebijakan APBN Kementerian Keuangan, Askolani (04 Januari 2011) mengatakan bahwa target penerimaan pajak tahun 2010 tidak

dapat dicapai. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan non migas hanya bisa mencapai 97% dari target yang telah ditetapkan dalam APBN-P 2010

faktor eksternal. Faktor internal bisa berupa kebijakan di bidang perpajakan dan bisa juga kualitas dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh DJP. Peningkatan pelayanan, gencarnya penyuluhan, penyederhanaan prosedur dan administrasi perpajakan dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian penerimaan pajak. Selain faktor internal, faktor eksternal juga sangat mempengaruhi pencapaian target penerimaan pajak. Penerimaan Pajak Penghasilan sangat dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi masyarakat, karena semakin baik kondisi perekonomian maka akan semakin banyak penghasilan yang akan diterima oleh masyarakat baik yang diterima oleh perusahaan maupun penghasilan yang akan diterima oleh masyarakat secara perorangan. Meningkatnya penghasilan masyararakat, baik penghasilan perusahaan maupun pendapatan perkapita merupakan pertanda meningkatnya pertumbuhan perekonomian yang akan dinyatakan dengan meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) riil pertahun. PDB biasanya diukur melalui pendekatan hasil produksi, pengeluaran dan pendapatan masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa potensi penerimaan pajak suatu negara akan


(22)

tergantung pada tingkat pendapatan perkapita, struktur perekonomian, distribusi pendapatan, keadaan sosial politik dan administrasi pendapatan.

Kegiatan perekonomian secara garis besarnya dapat dikelompokkan ke dalam kegiatan memproduksi dan kegiatan mengkonsumsi barang dan jasa. Unit-unit produksi memproduksi barang dan jasa, dan dari kegiatan memproduksi ini timbul pendapatan atau penghasilan yang kemudian akan dapat dilakukan untuk keperluan konsumsi dan investasi. Inflasi, produktivitas investasi dan ekspor serta faktor-faktor ekonomi makro lainnya dapat mempengaruhi kondisi ekonomi makro yang pada akhirnya akan dapat mempengaruhi pendapatan perkapita masyarakat Indonesia. Banyak ekonom mengatakan bahwa tingkat inflasi akan memberikan semacam indikator kemampuan pemerintah dalam mengelola perekonomian. Inflasi ini biasanya ditandai dengan adanya kenaikan harga-harga. Naik turunnya inflasi akan berpengaruh terhadap sumber penghasilan perusahaan dan sumber pendapatan masyarakat. Pembentukan modal dan ekspor dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal bisa melalui investasi dan pinjaman luar negeri (Latief, 2002). Walaupun satu atau dua tahun setelah krisis ekonomi 1998, ekonomi Indonesia sudah kembali menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang positif, namun hingga saat ini pertumbuhannya rata-rata per tahun relatif masih lambat dibandingkan negara-negara tetangga yang juga terkena krisis seperti Korea Selatan dan Thailand. Salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah masih belum intensifnya kegiatan investasi, termasuk arus investasi dari luar terutama dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA).


(23)

Peranan faktor investasi pada era orde baru, khususnya PMA merupakan faktor pendorong yang sangat krusial bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perkapita. Mudrajad Kuncoro (2004) mengatakan bahwa investasi merupakan faktor penggerak pertumbuhan, disebutkan juga bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah pertumbuhan yang ditopang oleh adanya investasi. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disebutkan bahwa pertumbuhan yang ditopang oleh investasi diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas dan dapat membantu penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja akan mengurangi angka pengangguran dan akibatnya pendapatan perkapita akan meningkat. Perkembangan investasi dapat dilihat dari nilai nominalnya maupun pertumbuhannya setiap tahun. melalui nilai pembentukan modal tetap bruto. Nilai nominal investasi di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat, walaupun pada tahun-tahun tertentu sempat terjadi penurunan. Selain melihat perkembangan investasi berdasarkan nilai nominalnya, perkembangan investasi juga dapat dilihat dari pertumbuhannya tiap tahun. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 1998 dimana pertumbuhannya menjadi -33,01% seiring dengan pertumbuhan ekonomi saat itu sebesar -13,13%. Melihat perkembangan data investasi di Indonesia dapat dikatakan bahwa Investasi di Indonesia masih belum stabil. Walaupun jumlah investasi secara nominal meningkat, pertumbuhannya belum tentu ikut meningkat, bahkan bisa juga menurun. Pada tahun 1996-1997, secara nominal investasi meningkat tetapi pertumbuhannya menurun pesat yakni dari 14,51% pada tahun 1996 menjadi 8,57% pada tahun 1997. Perkembangan investasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.


(24)

Tabel 1.1. Investasi Indonesia

Tahun Pertumbuhan

Investasi

Investasi (Milyar Rupiah)

1986 9,20 136.726,60

1987 5,50 144.245,44

1988 11,51 160.846,31

1989 14,92 184.839,79

1990 16,08 214.557,44

1991 12,90 242.236,26

1992 3,59 250.921,10

1993 6,60 267.480,92

1994 13,76 304.274,81

1995 13,99 346.857,67

1996 14,51 397.201,96

1997 8,57 431.234,21

1998 -33,01 288.891,78

1999 -18,20 236.326,62

2000 16,74 275.881,10

2001 6,49 293.792,70

2002 4,69 307.584,60

2003 0,60 309.431,05

2004 14,68 354.865,74

2005 10,89 393.500,50

2006 2,60 403.719,24

2007 9,39 441.614,01

2008 11,69 493.222,49

Sumber : Data World Bank (2010)

Pemerintah telah menempuh berbagai cara untuk meningkatkan peran investasi dalam pertumbuhan ekonomi, salah satunya adalah melalui kebijakan fiskal yang ekspansif. Kebijakan fiskal yang ekspansif dinilai dapat mendorong investasi melalui peningkatan permintaan agregat. Pemikiran ini merupakan gagasan J.M Keynes dimana peningkatan permintaan agregat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan investasi dan selanjutnya akan dapat mendorong pertumbuhan pendapatan masyarakat.

Kebijakan fiskal ekspansif ditandai dengan adanya peningkatan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah untuk belanja negara menurut fungsinya, dapat dibedakan menjadi belanja untuk fungsi pelayanan umum, dan belanja


(25)

untuk fungsi ekonomi. Secara umum peningkatan belanja pemerintah lebih didominasi untuk fungsi pelayanan umum. Anggaran fungsi pelayanan umum tersebut antara lain mencakup: program-program pelayanan umum yang dilakukan oleh kementerian negara/lembaga, pemberian berbagai jenis subsidi, pembayaran bunga utang, program penataan administrasi kependudukan, program pemberdayaan masyarakat, pembangunan daerah, serta program penelitian dan pengembangan iptek. Sementara itu, belanja pada fungsi ekonomi dialokasikan untuk mendukung upaya percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan transportasi, pertanian, infrastruktur, dan energi. Meskipun anggaran belanja untuk fungsi ekonomi menunjukan peningkatan namun jumlah anggaran yang dialokasikan untuk fungsi ini tidak lebih besar daripada belanja fungsi pelayanan umum. Berdasarkan jenis belanja negara, perkembangan belanja pemerintah pusat masih didominasi oleh pengeluaran yang sifatnya wajib daripada pengeluaran yang bersifat tidak mengikat. Pengeluaran yang sifatnya wajib meliputi: belanja pegawai, pembayaran bunga utang, subsidi, dan sebagian belanja barang. Pengeluaran yang tidak mengikat seperti: belanja modal, bantuan sosial, sebagian belanja barang dan belanja lain-lain.

Sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara dan kota terbesar ketiga di Indonesia, Kota Medan merupakan kota yang kaya dengan potensi perpajakan, namun akhir-akhir ini fenomena yang terjadi adalah realisasi penerimaan pajak, khususnya penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan, tidak dapat dicapai sesuai dengan target yang telah dibebankan. Pada tahun 2010, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara Satu, Yusri Natar Nasution


(26)

mengatakan bahwa penerimaan PPh untuk tahun pajak 2009 hanya mencapai 90% dari target, yaitu Rp4,5 triliun, padahal target yang dibebankan adalah Rp5 triliun (Sinar Indonesia Baru, 09 Januari 2010). Hal ini menjadi pemikiran karena disisi lain pendapatan perkapita masyarakat, investasi dan pengeluaran pemerintah cenderung mengalami kenaikan sebagaimana digambarkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1.2. Keadaan Inflasi, Pendapatan per Kapita, Investasi dan Pengeluaran Pemerintah Kota Medan Tahun 2005 - 2008

Tahun Inflasi Investasi

(Miliar Rupiah)

Pengeluaran Pemerintah (Rp) Pendapatan per

Kapita (Rp)

2005 22,39% 12.350.761 8.100,08 1.554.437.368.000 2006 5,97% 12.428.759 8.432,50 1.675.570.183.000 2007 6,42% 13.479.259 8.567,34 1.939.698.097.000 2008 10,63% 13.684.396 13.426,05 3.620.112.147.000

Sumber : BPS Kota Medan

Kota Medan memiliki potensi perpajakan yang cukup besar dan masih banyak yang belum tergali terutama dari sektor non migas khususnya potensi penerimaan PPh perusahaan dan PPh orang pribadi. Jumlah penduduk yang semakin besar, maraknya pembangunan sarana dan prasarana kota dan semakin meningkatnya transaksi bisnis serta pertumbuhan ekonomi yang selalu mengalami kenaikan, merupakan potensi pajak yang masih harus digali dengan optimal. Peranan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan negara yang semakin besar yang ditandai dengan naiknya target penerimaan pajak dari tahun ke tahun maka pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) harus selalu melakukan kajian maupun penelitian terhadap pengaruh indikator-indikator ekonomi makro terhadap penerimaan pajak.


(27)

Dilatarbelakangi oleh uraian dan pemikiran-pemikiran tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi, sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan uraian yang telah diungkapkan maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi berpengaruh terhadap sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) di Kota Medan.

2. Apakah inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi berpengaruh terhadap sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) di Kota Medan.

3. Apakah inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi dan sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) berpengaruh terhadap Pajak Penghasilan di Kota Medan.

4. Apakah inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) berpengaruh terhadap Pajak Penghasilan di Kota Medan.

5. Apakah inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi, sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan


(28)

perkapita) berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi terhadap sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh besarnya pendapatan bruto perusahaan sebelum pajak) di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi terhadap sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh besarnya pendapatan perkapita) di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi terhadap Pajak Penghasilan di Kota Medan melalui sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh besarnya pendapatan bruto perusahaan sebelum pajak).

4. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan melalui sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh besarnya pendapatan perkapita).

5. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi terhadap Pajak Penghasilan di Kota Medan melalui sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh besarnya pendapatan bruto sebelum


(29)

pajak) dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita).

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal

Pajak yang ada di Kota Medan agar dapat mengetahui pengaruh inflasi, investasi, pengeluaran pemerintah, pendapatan perusahaan dan pendapatan perkapita terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Kota Medan. 2. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal

Pajak yang ada di Kota Medan agar dapat melakukan berbagai langkah – langkah yang dapat meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan sebagai sumber pendapatan negara.

3. Sebagai referensi bagi pihak lain dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. serta berguna juga sebagai referensi penelitian sejenis lainnya.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Filosofi dan karateristik pajak

Soemitro (2002) mengemukakan bahwa pajak adalah iuran masyarakat atau rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Andrani (2002) juga mengemukakan bahwa pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) terutama oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung atau tidak langsung dapat ditunjuk, yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Sementara itu Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan menyatakan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan definisi tersebut di atas maka dapat disebutkan unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian pajak antara lain :

a. Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara, dan iuran tersebut berupa uang (bukan barang dan jasa) yang akan mengisi kas negara;


(31)

c. Ketentuan perpajakan dilaksanakan berdasarkan perundang-undangan yang dibuat oleh penyelenggara negara dan pemerintah ;

d. Tidak mendapatkan jasa timbal balik dan kontraprestasi langsung dari negara;

e. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara yaitu pembiayaan negara yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.1.2.Fungsi Pajak

Pada umumnya pajak memiliki dua fungsi, sebagaimana diuraikan oleh Supramono dan Damayanti (2005) bahwa fungsi pajak adalah :

a. Fungsi penerimaan (budgetair) yaitu fungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya;

b. Fungsi mengatur (regulator) yaitu fungsi untuk mengatur atau mengeluarkan kebijakan-kebijakan pemerintah dari sudut sosial dan ekonomi.

Selain fungsi tersebut, menurut Burton dan Ilyas (2005) terdapat pula fungsi lain dari pajak yang saat ini mengemuka, yaitu fungsi demokrasi dan fungsi redistribusi. Fungsi demokrasi menyatakan bahwa pajak merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sistem gotong-royong, termasuk kegiatan pemerintah dan pembangunan demi kemaslahatan manusia. Berdasarkan fungsi ini dapat dikatakan bahwa pajak memiliki konsekuensi untuk memberikan hak-hak timbal balik yang meskipun tidak diterima langsung tetapi diberikan kepada warga negara pembayar pajak. Selanjutnya pajak akan berfungsi redistribusi, yaitu mengimplementasikan unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Bila


(32)

pajak diterapkan dengan baik maka akan dapat dipastikan terjadi beberapa dampak terhadap perekonomian dan berbagai aspeknya.

2.1.3.Klasifikasi Pajak

a. Menurut Golongan a.1. Pajak Langsung

Pajak langsung adalah pajak yang dimaksudkan untuk dipikul sendiri oleh yang membayarnya. Jadi pajak jenis ini tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh), PPh tidak bisa dilimpahkan atau digeser kepada orang/pihak lain untuk menanggungnya. Wajib Pajak ini harus memikul sendiri pajak itu walaupun pembayarannya bisa melalui pihak lain.

a.2. Pajak Tidak langsung

Pajak tidak langsung adalah pajak yang dimaksudkan dapat dilimpahkan atau dibebankan oleh yang membayarnya kepada pihak lain atau pemikul. Contoh : PPN dan PPnBM. Pemikul pajak tidak langsung adalah konsumen. Golongan pajak ini bisa dilimpahkan atau digeserkan oleh penjual kepada pembeli.

b. Menurut Sifat

b.1. Pajak Subyektif

Pajak Subyektif adalah pajak yang dalam pengenaannya memperhatikan keadaan atau kondisi pribadi wajib pajak. Misalnya Pajak Penghasilan Orang pribadi. Bila wajib pajaknya orang pribadi, maka pengenaannya adalah sesuai dengan kondisi pribadi wajib pajak.


(33)

Misalnya, kawin atau tidak kawin, mempunyai tanggungan keluarga atau tidak dan sebagainya.

b.2. Pajak Obyektif

Pajak obyektif adalah pajak yang dalam pengenaanya hanya memperhatikan sifat obyek pajaknya saja, misalnya Bea Meterai, PPN dan PPnBM. Sebagai contoh : Bea Meterai dipungut apabila obyek pajak telah ada dan memenuhi syarat misalnya dokumen berupa pembayaran yang memuat jumlah lebih besar dari Rp. 1.000.000,- akan dikenakan Bea Meterai sebesar Rp. 6.000,- tanpa melihat kondisi wajib pajak.

c. Menurut Pemungut dan Pengelolanya

Berdasarkan kewenangan dalam pemungutannya, pajak digolongkan menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah jenis-jenis pajak yang dapat dipungut oleh Pemerintah Pusat, antar lain Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM), Bea Meterai, Bea Masuk, Cukai, dan Pungutan Ekspor. Sedangkan Pajak Daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah, baik Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, diantaranya seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Pembangunan I dan Pajak Hiburan.


(34)

2.2. Pajak Penghasilan

Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa segala pajak untuk keperluan negara harus berdasarkan undang-undang. Berdasarkan UUD 1945 diterbitkan Undang – Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang telah diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 16 tahun 2009 dan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 yang telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Berdasarkan Undang – Undang Pajak Penghasilan disebutkan bahwa Pajak Penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang dikenakan terhadap subjek pajak yang mempunyai penghasilan. Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang menjadi Subyek Pajak adalah :

1) a. orang pribadi ;

b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak ;

2) badan ;


(35)

2.2.1. Peranan Pajak Penghasilan (PPh) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

Berdasarkan golongannya Pajak Penghasilan diklasifikasikan sebagai pajak langsung. Pajak golongan ini tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Di negara-negara yang sedang berkembang sebagian besar penerimaan pajaknya berasal dari sumber pajak tak langsung. Nafziger dan Todaro (2003) menyebutkan bahwa proporsi PDB terhadap pajak langsung pada negara sedang berkembang lebih rendah daripada pajak langsung di negara-negara maju. Hal ini dapat terjadi karena pada negara-negara yang sedang berkembang golongan berpenghasilan tinggi lebih rendah dibandingkan golongan berpenghasilan rendah. Jika diamati lebih mendalam, dalam perkembangannya akan terjadi proses pergeseran dari dominasi pajak tidak langsung menjadi pajak langsung sesuai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi diiringi dengan peningkatan pendapatan perkapita penduduknya. Potensi penerimaan pajak suatu negara akan bergantung pada tingkat pendapatan perkapita, struktur perekonomian, distribusi pendapatan, keadaan sosial politik dan administrasi pendapatan.

Distribusi pendapatan nasional ditentukan oleh faktor produksi. Harga faktor produksi adalah jumlah yang dibayarkan ke faktor-faktor produksi, Upah

(wage) yang diterima oleh pekerja (Wajib Pajak Orang Pribadi) dan sewa (rent)

yang dikumpulkan oleh para pemilik modal (Wajib Pajak Badan). Meningkatnya output akan meningkatkan pendapatan perkapita dan akan memperluas basis pajak serta subyek pajak langsung dan tak langsung. Peningkatan basis pajak langsung terjadi disebabkan pajak langsung baru dikenakan bila melewati tingkat pendapatan tertentu yang biasa disebut dengan penghasilan tidak kena pajak


(36)

(PTKP). Peningkatan pendapatan perkapita akan meningkatkan jumlah wajib pajak perorangan maupun badan.

Pertumbuhan sektor riil selama proses pembangunan ekonomi yang diikuti oleh pertumbuhan sektor moneter di samping mencerminkan peningkatan obyek pajak dan wajib pajak (orang pribadi dan badan), juga akan mendukung kemudahan dalam pengumpulan pajak.

2.3. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal yang dijalankan pemerintah untuk mencapai output yang tinggi dengan laju pertumbuhan yang cepat, kesempatan kerja yang tinggi, stabilitas harga, sertakeseimbangan dalam neraca pembayaran secara umum yaitu menambah pengeluaran pemerintah dan mengurangi pajak pendapatan. Dengan melaksanakan kebijakanfiskal yang tepat diharapkan akan mampu meningkatkan permintaan agregat secara langsung. Samuelson (2003) mengemukakan bahwa kebijakan fiskal sebagai salah suatu proses pembentukan perpajakan dan pengeluaran publik. Proses tersebut merupakan upaya menekan fluktuasi siklus ekonomi, dan ikut berperan menjaga ekonomi yang tumbuh dengan penggunaan tenaga kerja penuhdimana tidak terjadi laju inflasi yang tinggi dan berubah-ubah. Berdasarkan definisi tersebut ditemukan dua instrumen pokok di dalamnya, yaitu belanja negara dan perpajakan.

Dengan kedua instrumen tersebut, pemerintah dapat menetapkan program pengeluaran publik serta penerimaannya yang sebagian besar adalah dari pajak yang secara keseluruhan terangkum dalam suatu anggaran. Dengan adanya anggaran, pemerintah dapat mengendalikan dan mencatat masalah-masalah


(37)

fiskalnya. Suatu anggaran menunjukkan rencana pengeluaran dan penerimaan pemerintah yang akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Anggaran tersebut terdiri atas berbagai program pengeluaran khusus (pendidikan, pertahanan, kesejahteraan, dan lainnya) serta sumber pajak (pajak penghasilan, pajak penjualan, dan lainnya). Ketika anggaran mengalami defisit maka pemerintah mengambil kebijakan fiskal ekspansif. Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Sebaliknya, pada saat anggaran surplus, ini berarti pemerintah mengambil kebijakan fiskal kontraktif. Kebijakan inibertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi.

2.3.1. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah merupakan instrumen kebijakan fiskal. Pengeluaran pemerintah adalah seluruh pembelian atau pembayaran barang dan jasa untuk kepentingan nasional, seperti pembelian persenjataan dan alat-alat kantor pemerintah, pembangunan jalan dan bendungan, gaji pegawai negeri, angkatan bersenjata, dan lainnya. Pengeluaran pemerintah juga merupakan instrumen pengukur untuk menentukan seberapa besar peran sektor pemerintah dan sektor swasta.

Jika pemerintah ingin melakukan penambahan pengeluaran, pemerintah harus mempertimbangkan juga darimana sumber pembiayaan pengeluaran tersebut. Apakah membiayai pengeluaran itu dengan meminjam dari masyarakat atau dengan meminjam dari bank sentral. Ada beberapa teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang telah dikembangkan para ekonom. WW Rostow dan RA Musgrave berpendapat bahwa perkembangan pengeluaran pemerintah sejalan dengan tahap perkembangan ekonomi dari suatu negara. Ada


(38)

perbedaan fokus alokasi sumber daya antara negara pada tahap awal perkembangan, tahap menengah pembangunan, dan tahap lanjut yang kemudian tercermin dalam pengeluaran negara. Masing-masing tentunya berawal dari kebutuhan yang berbeda, sehingga arah kebijakannya juga berbeda. Ini tentunya berkaitan dengan seberapa lama negara itu telah merdeka dan kualitas sumber daya manusianya.

Untuk menuju tingkat ekonomi yang lebih tinggi beberapa tahapan harus dilalui oleh negara pada awal perkembangan ekonomi dan ada beberapa hal yang sudah terpenuhi oleh negara pada tahap lanjut pembangunan, sehingga tidak perlu lagi terfokus pada penyediaan prasarana layaknya negara pada tahap awal perkembangan. Secara ringkas teori pengeluaran negara menguraikan tiga tahapan yang pasti dilalui setiap negara. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, diperlukan pengeluaran pemerintah yang besar untuk investasi pemerintah, utamanya untuk menyediakan infrastruktur seperti sarana jalan, kesehatan, dan pendidikan. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi, namun diharapkan investasi sektor swasta sudah mulai berkembang. Kemudian pada tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah tetap diperlukan, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya peningkatan pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial. Gagasan lain dikemukakan oleh Adolph Wagner. Pengamatan empiris yang dilakukannya terhadap negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang pada abad ke 19 menunjukan bahwa dalam perekonomian suatu negara, pengeluaran pemerintah akan meningkat sejalan dengan peningkatan


(39)

pendapatan nasional negara tersebut. Menurut Wagner, terdapat lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat, yaitu :

a. Tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan. b. Kenaikan tingkat pendapatan masyarakat.

c. Urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi. d. Perkembangan demokrasi.

e. Ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintahan.

2.4. Teori dan Pemikiran Investasi

Teori ekonomi mengartikan investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan. Boediono (2008) mengemukakan bahwa investasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan akhirnya akan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa meningkatnya kegiatan investasi diharapkan akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja.

Ketika pendapatan nasional meningkat, maka dengan mengasumsikan pendapatan masyarakat yang juga meningkat, permintaan barang dan jasa oleh masyarakat akan bertambah pula. Permintaan yang semakin besar akan semakin


(40)

menguntungkan pihak swasta dan kemudian mendorong investasi baru. Dengan demikian, pendapatan nasional akan berpengaruh positif terhadap investasi. Semakin tinggi pendapatan nasional suatu negara, maka investasi yang terbentuk pun juga semakin besar.

Selain suku bunga, unsur lain yang berpengaruh dari segi biaya dalam keputusan investasi adalah pajak. Pemerintah pusat memliki banyak sekali alat dan peraturan mengenai perpajakan yang dapat mempengaruhi biaya investasi. Satu hal yang berperan penting dalam keputusan investasi tersebut adalah pajak penghasilan perusahaan. Tinggi rendahnya pajak yang ditetapkan tersebut digunakan pemerintah untuk mendorong atau menghambat investasi di sektor swasta.

2.4.1. Pendesakan Investasi oleh Kebijakan Fiskal

Para ekonom telah mengembangkan berbagai pemikiran dan teori yang dapat menjelaskan mengenai pengaruh kebijakan fiskal terhadap investasi swasta. Pemikiran tersebut berbeda-beda karena dibangun dengan asumsi yang berbeda pula. Samuelson (2010) mengemukakan bahwa pendesakan dalam konteks investasi atau sering disebut crowding out adalah suatu konsep pemikiran yang menyatakan bahwa belanja pemerintah, defisit pemerintah ataupun hutang pemerintah dapat menciutkan jumlah investasi dunia usaha. Penanaman modal atau investasi merupakan pengorbanan konsumsi di masa kini untuk meningkatkan konsumsi di masa depan. Investasi atau pembentukan modal ini dapat berbentuk investasi pada asset riil, dan asset finansial. Investasi pada asset riil misalnya pembelian tanah, mesin, pembangunan pabrik dan lain-lain. Sementara itu, investasi pada asset finansial dapat dilakukan di pasar uang atau di


(41)

pasar modal. Di pasar uang, investasi yang dilakukan berupa deposito atau sertifikat bank sentral, sedangkan di pasar modal berupa saham, atau obligasi. Investasi juga sangat berperan dalam makroekonomi. Pertama, investasi merupakan komponen pengeluaran yang cukup besar dan berubah-ubah. Dengan demikian, perubahan besar dalam investasi akan sangat berpengaruh terhadap permintaan agregat dan akhirnya berakibat juga pada output dan kesempatan kerja. Investasi dapat dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Investasi yang dilakukan oleh pemerintah adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang oleh pemerintah pusat dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan investasi langsung, yang mampu mengembalikan nilai pokok ditambah dengan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu.

Investasi merupakan penanaman modal di mana penanaman modal tersebut bisa berasal dari Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Investasi ini merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Investasi sebagai salah satu komponen penting dari Aggregate Demand (AD) merupakan suatu faktor krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi (sustainable

development) atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pembangunan ekonomi

melibatkan kegiatan-kegiatan produksi (barang dan jasa) di semua sektor-sektor ekonomi. Menurut Sukirno (2003) investasi sebagai suatu kegiatan penggunaan uang untuk penyediaan barang-barang modal yang dipergunakan dalam suatu kegiatan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. Dalam hal investasi ini, pemerintah Indonesia telah menetapkan suatu kebijaksanaan tentang


(42)

penanaman modal melalui UU No. 1 Tahun 1967 mengenai Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU No. 6 Tahun 1968 mengenai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Kemudian disempurnakan dengan berlakunya masing-masing UU No. 11 dan UU No. 12 Tahun 1970. Berbagai kebijakan investasi PMA harus didukung oleh PMDN yang baik sehingga memberi hasil yang maksimal.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), maka Indonesia memasuki era baru dalam kebijaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Dengan adanya kebijaksanaan tersebut maka para investor asing dan swasta nasional berani melakukan penanaman modal untuk kegiatan ekonomi. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2003).

Kegiatan investasi akan menimbulkan dua efek, yaitu :

1. Efek langsung terhadap tingkat pengeluaran agregat, yaitu bila pengeluaran investasi meningkat, pengeluaran agregat di pasar uang akan meningkat, yang kemudian akan menaikkan tingkat pendapatan nasional melalui proses multiplier.

2. Efek terhadap kapasitas produksi nasional, terjadi pada sisi penawaran agregat dan efek ini bersifat jangka panjang sehingga kenaikan pengeluaran investasi akan meningkatkan jumlah kapital. Dengan meningkatnya jumlah


(43)

kapital, produksi perekonomian meningkat yang kemudian akan meningkatkan penawaran agregat.

2.4.2. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.

Mengingat investasi akan menghasilkan manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya domestik dengan cara menyediakan berbagai macam barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta dalam industri padat teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya. Dengan semakin besarnya investasi pemerintah pada barang publik maka diharapkan akan mendorong pertumbuhan sektor pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga dalam mengalokasikan sumberdaya yang ada di suatu daerah. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan makin meningkatnya PDRB.


(44)

2.5. Pendapatan

Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan yang sedang giat-giatnya dilaksanakan oleh negara yang sedang berkembang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan riil per kapita, pendapatan ini pada umumnya masih rendah. Gejala umum yang sering terjadi dalam proses pembangunan di negara-negara berkembang adalah hasrat konsumsi dari masyarakat yang tinggi sebagai akibat dari kenaikan pendapatan.

Sukirno (2006) mengemukakan bahwa pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain:

1) Pendapatan pribadi, yaitu; semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu Negara. 2) Pendapatan disposibel, yaitu; pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus

dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.

3) Pendapatan nasional, yaitu; nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam satu tahun.

Masalah pendapatan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi bagaimana distribusi pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi arah gejala distribusi pendapatan dan pengeluaran di Indonesia ;

1. Perolehan faktor produksi, dalam hal ini faktor yang terpenting adalah tanah.


(45)

2. Perolehan pekerjaan, yaitu perolehan pekerjaan bagi mereka yang tidak mempunyai tanah yang cukup untuk memperoleh kesempatan kerja penuh. 3. Laju produksi pedesaan, dalam hal ini yang terpenting adalah produksi

pertanian dan arah gejala harga yang diberikan kepada produk tersebut. Pendapatan per kapita dapat diartikan sebagai penerimaan yang diperoleh rumah tangga yang dapat mereka belanjakan untuk konsumsi yaitu yang dikeluarkan untuk pembelian barang konsumtif dan jasa-jasa, yang dibutuhkan rumah tangga bagi pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam hal ini pendapatan per kapita determinan potensi ekonomi yang penting selain luas negara serta penduduk suatu negara. Rendahnya pertumbuhan pendapatan per kapita disuatu Negara berarti juga mencerminkan rendahnya pertumbuhan GNP dan ini terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang. Usaha-usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu dengan cara menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai, menggalakkan program kerja berencana dan yang terakhir transfer pemerintah kepada golongan-golongan masyarakat yang berpendapatan rendah. Dengan menggunakan pajak yang efektif untuk membiayai transfer tersebut sekaligus untuk mengurangi perbedaan kemakmuran antar anggota masyarakat.

Sumber pendapatan sebagian besar rumah tangga di pedesaan tidak hanya berasal dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dapat dikatakan rumah tangga melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber pendapatan (Susilowati et al, 2002). Bagi rumah tangga pedesaan yang hanya menguasai faktor produksi tenaga kerja, pendapatan mereka ditentukan oleh besarnya kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan dan tingkat upah yang


(46)

diterima. Kedua faktor ini merupakan fenomena dari pasar tenaga kerja pedesaan. Kesempatan kerja pedesaan ditentukan oleh pola produksi pertanian, produksi barang dan jasa non-pertanian di pedesaan, pertumbuhan angkatan kerja dan mobilitas tenaga kerja pedesaan.

Di sektor pertanian, besarnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh luas lahan pertanian, produktivitas lahan, intensitas dan pola tanam, serta teknologi yang diterapkan. Disektor non-pertanian kesempatan kerja ditentukan oleh volume produksi, teknologi dan tingkat harga komoditi (Kasryno, 2000).

2.6. Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penulisan penelitian ini selain didukung teori yang berhubungan dengan variable-variabel yang saling mempengaruhi dalam penulisan penelitian ini, penulis juga mencantumkan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini yang dapat dijadikan sebagai referensi sebagaimana dapat dilihat pada table 2.1 berikut :


(47)

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

Judul Penelitian Metode

Analisis

Variabel Terikat

Variable Bebas Hasil Penelitian

1 Ismail Fahmi Nasution (2008)

Analisa Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak

Penghasilan Orang Pribadi di Sumatera Utara

OLS Pajak Penghasilan Orang Pribadi

- Inflasi (INF t-1)

- Pendapatan Perkapita

- Pertumbuhan PDRB

Inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap penerimaan PPh Orang Pribadi di Sumatera Utara. Sebaliknya Pendapatan perkapita mempunyai pengaruh positif terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Sumatera Utara.

2 Saepudin (2008)

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan PPN di Sumatera Utara

OLS Penerimaan PPN

- Pertumbuhan PDRB - Jumlah PKP

terdaftar - Inflasi

Terdapat hubungan yang positif antara penerimaan PPN dengan pertumbuhan PDRB dan jumlah PKP terdaftar. Sebaliknya, dengan inflasi justru terdapat hubungan yang negatif.

3 Abdul Wahab (2009)

Analisis Ekspor dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja di Sulawesi Selatan

SEM Pertumbuhan Ekonomi

- Exchange rate - Investasi - Kredit - Ekspor

Exchange rate, investasi, kredit dan ekspor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

4 Agustina Endah Wahyuningtyas (2010)

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Defisit Anggaran Terhadap Investasi di Indonesia

ECM Investasi - Pengeluaran Pemerintah - Defisit Anggaran

Pengeluaran Pemerintah dan defisit anggaran berpengaruh negatif terhadap masuknya investasi namun tidak signifikan

5 Novita Sitompul (2008)

Analisis Determinan Konsumsi Masyarakat di Indonesia

OLS Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara

- Investasi - Jumlah Tenaga

Kerja - Ekspor

Investasi PMDN tahun sebelumnya dan jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

6 Asmuri (2006) Analisis Pengaruh Reformasi Perpajakan,

OLS Penerimaan Pajak

- Reformasi Perpajakan

Reformasi perpajakan, inflasi dan jumlah WP berpengaruh signifikan


(48)

Inflasi dan Jumlah WP terhadap Penerimaan Pajak

- Inflasi - Jumlah WP

terhadap penerimaan pajak. 7 Pagan, et.al.

(Contemporary Economic Policy, October 2001)

Analisis Determinan Pajak Pertambahan Nilai

OLS Pajak Pertambahan Nilai

- Inflasi

- Pertumbuhan PDRB

Antara inflasi dan PPN memiliki hubungan yang dinamis. Penerimaan PPN turun secara dramatis akibat adanya kenaikan inflasi sebesar 25%, pada tahun 1983 namun penerimaan PPN naik akibat naiknya inflasi 5% dan pada tahun 1995 penerimaan PPN naik juga akibat naiknya inflasi 10-15%.

8 Deddy Rustiono (2008)

Analisis Pengaruh

Investasi, Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Tengah

OLS Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah

- Investasi - Tenaga Kerja - Pengeluaran

Pemerintah

Angkatan kerja, investasi swasta (PMA dan PMDN) dan belanja pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah

9 Eva Susanti (2008) Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

OLS Pertumbuhan Ekonomi Indonesia - Konsumsi Masyarakat - Investasi - Ekspor

Konsumsi masyarakat dan investasi memberikan pengaruh yang positif dan signifikan, sedangkan variabel ekspor neto berpengaruh positif tetapi tidak signifikan secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

10 Yogi Rahmayanti (2006)

Analisis Potensi Pajak OLS Penerimaan Pajak

- Tax rate - GDP

- Collection System

PPh dan PPN mempunyai peran yang signifikan terhadap penerimaan pajak di Indonesia. Salah satu hasil estimasi yang dilakukan menunjukkan bahwa Tax Base (GDP) dan time trend (trend waktu) mempunyai hubungan yang positif terhadap penerimaan PPh.


(49)

2.7. Kerangka Konseptual

Berdasarkan teori ekonomi dan hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan terhadap variable-variabel yang akan diteliti sebagaimana telah diuraikan di atas diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi penerimaan pajak. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan nasional merupakan akumulasi dari seluruh penghasilan masyarakat perorangan maupun penghasilan perusahaan. Pendapatan merupakan jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan.

Penerimaan Pajak Penghasilan sangat ditentukan oleh besarnya penghasilan yang diperoleh masyarakat. Semakin besar pendapatan masyarakat maupun penghasilan perusahaan maka Pajak Penghasilan yang akan dibayarnya juga akan semakin besar, hal ini sesuai dengan penelitian Ismail Fahmi Nasution (2008) yang menyatakan bahwa pendapatan perkapita mempunyai pengaruh positif terhadap penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi. Kegiatan perekonomian dapat dikelompokkan ke dalam kegiatan memproduksi dan kegiatan mengkonsumsi barang dan jasa. Unit-unit produksi memproduksi barang dan jasa, dan dari kegiatan memproduksi ini timbul pendapatan atau penghasilan yang kemudian akan dapat dilakukan untuk keperluan konsumsi dan investasi. Inflasi, produktivitas investasi dan pengeluaran pemerintah serta faktor-faktor ekonomi makro lainnya dapat mempengaruhi kondisi ekonomi makro yang pada akhirnya akan dapat mempengaruhi penghasilan masyarakat Indonesia. Berdasarkan


(50)

penelitian Saepudin (2008) ditemukan bahwa inflasi mempunyai hubungan yang negatif terhadap pertumbuhan PDRB dan penerimaan PPN. Semakin besar inflasi maka pertumbuhan pendapatan akan semakin kecil dan demikian juga dengan penerimaan pajak akan semakin kecil juga. Selain itu, Abdul Wahab (2009) dan Eva Susanti (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Semakin besar investasi maka pendapatan masyarakat juga semakin besar sehingga pertumbuhan ekonomi juga akan semakin besar. Selain pengaruh inflasi dan investasi, pendapatan atau penghasilan masyarakat juga dapat dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah. Hal tersebut ditemukan oleh Deddy Rustiono dalam penelitiannya yang mengatakan bahwa belanja pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap perkembangan PDRB di Propinsi Jawa Tengah. Semakin besar belanja pemerintah maka pendapatan atau penghasilan masyarakat akan semakin besar dan akhirnya PDRB juga akan semakin besar pula.

Setelah mempelajari uraian teori dan laporan penelitian terdahulu, penulis akan menjelaskan pengaruh variable inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi terhadap penerimaan pajak penghasilan melalui sumber penghasilan perusahaan dan melalui sumber pendapatan masyarakat. Inflasi akan memberikan pengaruh yang negatif terhadap penerimaan pajak penghasilan karena semakin besar inflasi maka pendapatan masyarakat dan penghasilan perusahaan akan semakin kecil. Jika penghasilan kecil maka pajak penghasilan juga akan kecil. Investasi diperkirakan akan memberikan pengaruh yang positif terhadap penerimaan pajak penghasilan, karena semakin besar investasi maka akan banyak sektor-sektor ekonomi masyarakat yang akan bergerak sehingga akan menambah penghasilan


(51)

maupun pendapatan masyarakat. Selain investasi, pengeluaran pemerintah juga diperkirakan akan menaikkan penerimaan pajak penghasilan. Semakin banyak pengeluaran pemerintah, baik melalui belanja barang maupun belanja pembangunan, maka akan semakin banyak masyarakat yang akan terlibat didalamnya dan akhirnya akan memperoleh penghasilan atau pendapatan dari adanya pengeluran pemerintah tersebut dan akibatnya pajak penghasilan yang akan diperoleh oleh negara juga akan semakin besar pula.

Penulis akan menjelaskan pengaruh variable-variabel yang saling mempengaruhi tersebut dalam bentuk kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Sumber Penghasilan

Perusahaan ( Y1)

Sumber Pendapatan Masyarakat ( Y2)

Inflasi (P)

Investasi (I) Pengeluaran Pemerintah (G)

Pajak Penghasilan


(52)

2.8. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dan tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas serta memperhatikan beberapa kajian empiris yang dilakukan para peneliti sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Inflasi berpengaruh negatif terhadap sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) di Kota Medan namun pengeluaran pemerintah dan investasi berpengaruh positif.

2. Inflasi berpengaruh negatif terhadap sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) di Kota Medan namun pengeluaran pemerintah dan investasi berpengaruh positif.

3. Inflasi berpengaruh negatif terhadap Penerimaan pajak Penghasilan di Kota Medan namun pengeluaran pemerintah, investasi dan sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) berpengaruh positif.

4. Inflasi berpengaruh negatif terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan namun pengeluaran pemerintah, investasi dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) berpengaruh positif.

5. Inflasi berpengaruh negatif terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan namun pengeluaran pemerintah, investasi, sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan


(53)

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Kota Medan kurun waktu 1990 sampai dengan 2010 dan faktor – faktor yang mempengaruhinya.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data time series, dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2010. Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder (secondary data) yang diperoleh dari kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan. Untuk melengkapi hasil olahan data sekunder, informasi-informasi yang berkaitan juga dikumpulkan melalui berbagai literatur serta surat kabar dan artikel yang diunduh melalui media internet.

3.3. Model Analisis

Untuk menganalisa pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi, sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto perusahaan sebelum pajak) dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan ini digunakan model ekonometrika, sedangkan metode yang dipakai adalah metode kuadrat linier terkecil (Ordinary Least Square) dengan


(55)

menggunakan analisis jalur (Path Analysis). Analisis Jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung ( Robert D. Rutherford, 2007). Alasan menggunakan analisis jalur adalah karena dengan cara ini dapat dijelaskan tata hitung antar variable dan hubungan mana yang perlu diperhitungkan karena dianggap penting. Analisis jalur ini memungkinkan dilakukannya analisis terhadap serangkaian hubungan secara simultan sehingga memberikan efisiensi secara statistik (Land et al.2008)

Secara matematis model analisis hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat dirumuskan dalam fungsi sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi (P), Pengeluaran pemerintah (G) dan Investasi (I) terhadap Sumber penghasilan perusahaan (Y1) dirumuskan dalam fungsi :

Y1 = f (P, G, I) ...(3.1)

b. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi (P), Pengeluaran pemerintah (G) dan Investasi (I) terhadap Sumber pendapatan masyarakat (Y2) dirumuskan dalam fungsi :

Y2 = f (P, G, I) ...(3.2)

c. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi (P), Pengeluaran pemerintah (G), Investasi (I), Sumber penghasilan perusahaan (Y1) dan Sumber pendapatan masyarakat (Y2) terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan (Y3) dirumuskan dalam fungsi :


(56)

Selanjutnya berdasarkan fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model persamaan struktural sebagai berikut :

Y1 = PY1P+ PY1G + PY1I + e1 ... substruktural 1 Y2 = PY2P + PY2G + PY2I + e2 ... substruktural 2 Y3 = PY3P + PY3G + PY3I + PY3Y1 + PY3Y2 + e3 ... substruktural 3 Keterangan :

Y1 = Sumber Penghasilan Perusahaan Y2 = Sumber Pendapatan Masyarakat

Y3 = Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan

P = Inflasi di Kota Medan

G = Pengeluaran Pemerintah Kota Medan I = Investasi di Kota Medan

e1,e2,e3 = Error Term (Kesalahan Pengganggu)

Besarnya pengaruh pengaruh variable inflasi, pengeluaran pemerintah, dan investasi terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan melalui sumber penghasilan perusahaan dan sumber pendapatan masyarakat dapat dihitung secara

direct effect (DE), indirect effect (IE), dan total effect (TE) dengan formula

sebagai berikut :

1. Pengaruh langsung (Direct Effect atau DE)

a. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variable Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

P Y1 = PY1P

b. Pengaruh variabel pengeluaran pemerintah (G) terhadap variable Penghasilan Kena Pajak (Y1) :


(57)

G Y1 = PY1G

c. Pengaruh variabel investasi (I) terhadap variable Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

I Y1 = PY1I

d. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variable Pendapatan Perkapita (Y2):

P Y2 = PY2P

e. Pengaruh variabel pengeluaran pemerintah (G) terhadap variable Pendapatan Perkapita (Y2) :

G Y2 = PY2G

f. Pengaruh variabel investasi (I) terhadap variable Pendapatan Perkapita (Y2) :

I Y2 = PY2I

g. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3): P Y3 = PY3P

h. Pengaruh variabel pengeluaran pemerintah (G) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3) :

P Y3 = PY3P

i. Pengaruh variable investasi (I) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3) : I Y3 = PY3I

j. Pengaruh variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3) :


(58)

k. Pengaruh variabel Pendapatan Perkapita (Y2) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3) :

Y2 Y3 = PY3Y2

2. Pengaruh tidak langsung (Indirect Effect atau IE)

a. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3) melalui variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

P Y1 Y3 = (PY3P) (PY3Y1)

b. Pengaruh variabel Pengeluaran Pemerintah (G) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3) melalui variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

G Y1 Y3 = (PY3G) (PY3Y1)

c. Pengaruh variabel investasi (I) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3) melalui variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

I Y1 Y3 = (PY3I) (PY3Y1)

d. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3) melalui variabel Pendapatan Perkapita (Y2) :

P Y2 Y3 = (PY3P) (PY3Y2)

e. Pengaruh variabel Pengeluaran Pemerintah (G) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3) melalui variabel Pendapatan Perkapita (Y2) :

G Y2 Y3 = (PY3G) (PY3Y2)

f. Pengaruh variabel investasi (I) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3) melalui variabel Pendapatan Perkapita (Y2) :


(1)

Lampiran 4. Hasil Regresi Pajak Penghasilan (Y

3

) dengan Inflasi (P),

Pengeluaran Pemerintah (G), Investasi (I), Sumber Penghasilan

Perusahaan (Y

1

), dan Sumber Pendapatan Masyarakat (Y

2

)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .997a .994 .992 130.13057 .994 488.871 5 15 .000 1.272

a. Predictors: (Constant), Pendapatan per Kapita, Inflasi, Investasi, Pengh.Kena Pajak, Pengeluaran Pemerintah b. Dependent Variable: Pajak Penghasilan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 41392609.878 5 8278521.976 488.871 .000a

Residual 254009.489 15 16933.966

Total 41646619.367 20

a. Predictors: (Constant), Pendapatan per Kapita, Inflasi, Investasi, Pengh.Kena Pajak, Pengeluaran Pemerintah

b. Dependent Variable: Pajak Penghasilan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

95.0% Confidence Interval for B

B

Std.

Error Beta

Lower Bound

Upper Bound

1 (Constant)

-1543,463

390,82

3

-3,949 ,001 -2376,484 -710,443

Inflasi -2,450 2,030 -,029 -1,207 ,246 -6,778 1,878

Pengeluaran Pemerintah ,174 ,165 ,149 1,057 ,307 -,177 ,525

Investasi 234,458 67,407 ,400 3,478 ,003 90,784 378,131

Pengh.Kena Pajak ,329 ,080 ,347 4,118 ,001 ,158 ,499

Pendapatan per Kapita ,000 ,000 ,135 2,118 ,051 ,000 ,000


(2)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 41392609.878 5 8278521.976 488.871 .000a

Residual 254009.489 15 16933.966

Total 41646619.367 20

Coefficientsa

Model

Correlations

Collinearity Statistics

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant)

Inflasi -,161 -,297 -,024 ,706 1,41

7

Pengeluaran Pemerintah ,980 ,263 ,021 ,021 48,5

48

Investasi ,961 ,668 ,070 ,031 32,6

02

Pengh.Kena Pajak ,967 ,728 ,083 ,057 17,4

38

Pendapatan per Kapita ,918 ,480 ,043 ,101 9,93

1 a. Dependent Variable : Pajak Penghasilan


(3)

Lampiran 5. R

2

Hasil Regresi Antar Variabel Bebas

a. R

2

Hasil Regresi Variabel Inflasi dengan Pengeluaran Pemerintah

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .183a .033 -.017 17.21026 .033 .657 1 19 .428 2.222

a. Predictors: (Constant), Pengeluaran Pemerintah b. Dependent Variable: Inflasi

b. R

2

Hasil Regresi Variabel Inflasi dengan Investasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .079a .006 -.046 17.45043 .006 .120 1 19 .733 2.208

a. Predictors: (Constant), Investasi b. Dependent Variable: Inflasi

c. R

2

Hasil Regresi Variabel Inflasi dengan Penghasilan Kena Pajak

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .167a .028 -.023 17.25818 .028 .548 1 19 .468 2.209

a. Predictors: (Constant), Pengh.Kena Pajak b. Dependent Variable: Inflasi


(4)

d. R

2

Hasil Regresi Variabel Inflasi dengan Pendapatan Perkapita

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .113a .013 -.039 17.39336 .013 .245 1 19 .626 2.206

a. Predictors: (Constant), Pendapatan per Kapita b. Dependent Variable: Inflasi

e. R

2

Hasil Regresi Variabel Pengeluaran Pemerintah dengan Investasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .977a .955 .953 267.30189 .955 404.646 1 19 .000 1.637

a. Predictors: (Constant), Investasi

b. Dependent Variable: Pengeluaran Pemerintah

f. R

2

Hasil Regresi Variabel Pengeluaran Pemerintah dengan Penghasilan

Kena Pajak

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change


(5)

g. R

2

Hasil Regresi Variabel Pengeluaran Pemerintah dengan Pendapatan

Perkapita

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .856a .733 .719 651.92053 .733 52.223 1 19 .000 .550

a. Predictors: (Constant), Pendapatan per Kapita b. Dependent Variable: Pengeluaran Pemerintah

h. R

2

Hasil Regresi Variabel Investasi dengan Penghasilan Kena Pajak

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .877a .769 .757 1.21606 .769 63.164 1 19 .000 1.361

a. Predictors: (Constant), Pengh.Kena Pajak b. Dependent Variable: Investasi

i. R

2

Hasil Regresi Variabel Investasi dengan Pendapatan Perkapita

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .811a .658 .640 1.47812 .658 36.613 1 19 .000 .704

a. Predictors: (Constant), Pendapatan per Kapita b. Dependent Variable: Investasi


(6)

j. R

2

Hasil Regresi Variabel Penghasilan Kena Pajak dengan Pendapatan

Perkapita

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .946a .895 .889 506.58769 .895 161.772 1 19 .000 1.595

a. Predictors: (Constant), Pendapatan per Kapita b. Dependent Variable: Pengh.Kena Pajak


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Perusahaan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kota Medan

3 113 105

Analisis Pengaruh Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan Perusahaan dan Sumber Pendapatan Masyarakat Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan

2 63 111

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Investasi terhadap PDRB di Kota Medan

1 29 103

Pengaruh Pajak Penghasilan Terhadap Pengeluaran Konsumsi Masyarakat Di Sumatera Barat.

0 2 6

Analisis Pengaruh Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan Perusahaan Dan Sumber Pendapatan Masyarakat Terhadap Penarimaan Pajak Penghasilan Di Kota Medan (Analisis Jalur)

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Filosofi dan karateristik pajak - Analisis Pengaruh Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan Perusahaan Dan Sumber Pendapatan Masyarakat Terhadap Penarimaan Pajak Penghasilan Di Kota

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Pengaruh Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan Perusahaan Dan Sumber Pendapatan Masyarakat Terhadap Penarimaan Pajak Penghasilan Di Kota Medan (Analisis Jalur)

0 0 11

ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI, SUMBER PENGHASILAN PERUSAHAAN DAN SUMBER PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KOTA MEDAN (ANALISIS JALUR) TESIS

1 1 16

Analisis Pengaruh Perusahaan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kota Medan

0 0 15

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DI KOTA MEDAN TESIS

1 1 16