bisa tampil lagi menjadi Perdana Menteri Pakistan. Posisi Benazir yang ambivalen ini memperkeruh persaingan kekuasaan antara Perdana Menteri dan Presiden.
130
Lebih jauh lagi, sikap benazir Bhutto ini akhirnya juga telah menyulut kembali permusuhan Benazir Bhutto-Nawaz Sharif, yang semula sempat mereda. Sebenarnya
dukungan Benazir Bhutto terhadap Ghulam Ishaq Khan tidaklah menguntungkan dirinya, misalnya: pertama, jika saja ia tetap konsisten pada sikapnya, tentu kekuatan Benazir
Bhutto-Nawaz Sharif akan mampu menghapus amandemen ke-8 yang selama ini dianggap telah menghambat terwujudnya kehidupan demokratis di Pakistan. Kedua,
Ishaq Khan ternyata telah melanggar kesepakatan dengan memberikan jatah jabatan menteri tidak lebih dari seperempat jumlah kabinet. Benazir merasa kecewa, meskipun
suaminya telah pula menduduki salah satu dari jabatan menteri tersebut. Lebih sial lagi, pemerintahan Nawaz Sharif yang telah dipecat oleh Ishaq Khan ternyata berkuasa
kembali berkat keputusan Mahkamah Agung Pakistan yang telah membatalkan tindakan pemecatan yang dilakukan Ishaq Khan. Ketiga, sikap Benazir Bhutto yang kelihatan
sekali berambisi untuk meraih kekuasaan dengan tindakannya menyetujui pemecatan pemerintahan Nawaz Sharif, dikhawatirkan rakyat akan berpikir dua kali untuk
memilihnya dalam pemilu karena ternyata ia bukan seorang demokrat tulen seperti yang telah ia gambarkan selama ini.
B. Sikap Politik Militer
Dalam percaturan politik Pakistan terdapat tiga kekuatan sentral penentu jalannya pemerintahan, yaitu militer, presiden dan perdana menteri. Oleh karena itu, siapapun
130
Kholda Naajiyah, “Seputar Krisis Politik di Pakistan”, artikel diakses pada 13 November 2008, dari http:politisi.blogspot.com2007_06_01_archive.html
yang menjadi perdana menteri Pakistan sudah seharusnyalah berusaha menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan hubungan perdana menteri dengan militer dan presiden
dapat terjalin dengan serasi. Apabila gagal maka sangatlah mungkin terjadi suatu persaingan bahkan permusuhan antara tiga kekuatan sentral tersebut, yang seringkali
berakhir dengan jatuhnya pemerintah. Sikap politik militer pada waktu itu merupakan salah satu faktor yang
menguntungkan bagi Benazir Bhutto dalam keberhasilan meraih kembali kekuasaan. Dalam konflik Ishaq Khan-Nawaz Sharif peran militer terlihat jelas. Pertentangan
Presiden Ghulam Ishaq Khan dengan Perdana Menteri Nawaz Sharif akhirnya dapat diselesaikan berkat campur tangan militer. Masing-masing pihak akhirnya bersepakat
untuk mengundurkan diri dan menyelenggarakan pemilu lewat pemerintahan sementara. Selain itu militer yang seharusnya bersikap netral kesemua pihak, tetapi dalam
kenyataannya militer lebih dekat dengan presiden, hal ini dikarnakan Jenderal Abdul Waheed Kakar yang menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat adalah orang pilihan
Presiden. Dengan demikian Ghulam Ishaq Khan bergandengan dengan militer. Otomatis militer pada waktu itu tidak suka terhadap pemerintahan Nawaz Sharif yang berseteru
dengan Presiden Ishaq Khan. Momen inilah yang dimanfaatkan Benazir Bhutto untuk merongrong pemerintahan Nawaz Sharif yang sudah tidak didukung lagi oleh militer.
B. 1. Kuatnya pengaruh Militer di Pakistan Media massa barat umumnya yakin bahwa Ghulam Ishaq Khan tidak sendirian
dalam menggeser Nawaz Sharif. Seperti telah diketahui bahwa peran militer sangatlah dominan dalam kehidupan politik Pakistan. Meskipun dalam konflik politik Ishaq Khan-
Nawaz Sharif, militer “menyatakan” bersikap netral, tetapi kalau melihat profil petinggi
militernya, sulit mengatakan bahwa militer benar-benar netral. Yang benar adalah militer tidak begitu suka terhadap Nawaz Sharif, sehingga tidak lagi memberikan dukungan
kepadanya. Dalam konflik Ishaq Khan-Nawaz Sharif pun peran militer akhirnya terlihat jelas.
Setelah beberapa usaha perdamaian gagal misalnya, pertentangan kekuatan antara Presiden Ghulam Ishaq Khan dengan Perdana Menteri Nawaz Sharif akhirnya dapat
diselesaikan berkat campur tangan militer lewat upaya diplomasi yang dilancarkan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Abdul Waheed Kakar. Masing-masing pihak
akhirnya bersapakat untuk mengundurkan diri pada tanggal 18 Juli 1993.
131
Amandemen ke-8 merupakan alat yang memberikan kekuasaan mutlak pada Presiden. Sementara dalam kenyataannya Presiden adalah boneka militer karena hampir
selalu meminta persetujuan pihak militer dalam tindakkannya. Karena itu selama Amandemen ke-8 masih berlaku, militer akan tetap sangat menentukan dalam panggung
politik Pakistan. B. 2. Ketidaksukaan Militer terhadap Pemerintahan Nawaz Sharif
Militer merasa Nawaz Sharif telah mencampuri urusan militer dan militer menjadi tidak suka terhadapnya. Sebetulnya hubungan Nawaz Sharif dengan militer mulai
renggang ketika terjadi perselisihan yang menyangkut masalah tindakan militer untuk mengatasi kekerasan dan perselisihan etnis di Sindh dengan menempatkan satuan
Angkatan Darat di Sindh. Terlebih lagi ketika Jenderal Asif Nawaz Janjua meninggal dunia dan Presiden Ghulam Ishaq Khan menunjuk Jenderal Abdul Waheed Kakar.
Dibanding Waheed, Asif Nawaz Janjua lebih independen dan tidak terlalu mencampuri urusan politik. Sejak Abdul Waheed Kakar menjadi Kepala Staf Angkatan Darat itulah,
131
Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 202.
Ghulam Ishaq Khan bergandengan dengan militer, mengingat Abdul Waheed Kakar adalah pilihan Presiden Ghulam Ishaq Khan. Di bawah Abdul Waheed Kakar itulah Inter
Service Intellegence ISI, sebagai agen rahasia militer menjadi semakin kuat. Memang keterlibatan militer dealam urusan politik sangat kuat. Salah satu contohnya adalah
bagaimana ISI turut membentuk pengelompokan baru dalam koalisi Islami Jamhoori Ittehad IJI yang didominasi oleh Pakistan Muslim League PML pimpinan Nawaz
Sharif sehingga menyebabkan pecahnya IJI menjadi yang pro-Nawaz Sharif dan yang pro-Ishaq Khan.
Ketidaksukaan militer atas Nawaz Sharif makin membesar setelah Nawaz Sharif terpilih kembali sebagai pimpinan PML, yang memberinya basis kekuasaan dan kekuatan
yang lebih luas. Sadar bahwa Presiden dan militer siap membidikan senjata kearahnya, Nawaz Sharif mengumumkan bahwa ia akan meminta parlemen untuk menghapus
Amandemen ke-8 dari konstitusi yang memberi presiden kekuasaan untuk mengangkat dan memberhentikan perdana menteri, mencalonkan dan menunjuk Kepala Staf Angkatan
Darat serta kekuasaan untuk membubarkan parlemen. Benazir Bhutto sebagai pemimpin oposisi mengencam untuk melakukan “Long
March” di ibukota dengan ratusan ribu pendukungnya kecuali jika segera diadakan pemilu. Khawatir dengan akan konsekuensi yang akan terjadi, yaitu takut akan terjadinya
pertumpahan darah yang dapat menimbulkan instabilitas politik dan keamanan di Pakistan, maka Jenderal Waheed Kakar berupaya untuk mengadakan pembicaraan
dengan kedua kelompok yang saling bertentangan. Pada awalnya tidak satupun baik Nawaz Sharif maupun Ishaq khan menyetujui adanya pemilu, kecuali jika salah satu
pihak mengundurkan diri terlebih dahulu. Pemecahannya menurut Jenderal Waheed
Kakar adalah sangat sederhana, yaitu kedua belah pihak harus berjalan secara seiring setelah menyetujui tentang siapa yang akan menjadi pemimpin pada pemerintahan
sementara. Akhirnya dipilih politisi yang jujur dan netral Moeen Qureshi, seorang mantan
Wakil Presiden Bank Dunia yang tinggal di Singapura.
132
Ia dianggap sebagai satu- satunya orang yang dapat diterima semua pihak. Semua pejabat pengganti yang ditunjuk,
termasuk para gubernur dan para ketua menteri dari keempat propinsi adalah para pejabat pensiunan militer. Sedangkan sebagai Presiden sementara dipilih Ketua Senat Wasim
Sajjad. Kemudian pemerintahan sementara tersebut menetapkan pelaksanaan pemilu baru pada 6 Oktober 1993.
133
Perdana Menteri Qureshi mengatakan pemilihan umum yang jujur dan adil serta memberikan kesempatan sama kepada semua pihak akan menjadi
“prioritas utama” pemerintahannya. Penunjukan Moeen Qureshi sebagai pejabat Perdana Menteri sementara
merupakan kejutan besar bagi Pakistan. Moeen Qureshi tidak memiliki hubungan dengan negara dan pemerintahan Pakistan dalam waktu yang lama, mengingat ia bekerja sebagai
seorang konsultan sekaligus tinggal di Singapura. Tampaknya, dia dipilih oleh kelompok militer-birokrat karena sifat non-politisnya, sehingga ia bisa diterima oleh partai yang
berkuasa maupun oposisi. Juga karena ia dianggap sebagai orang yang cocok untuk
132
Pada awalnya Moeen Qureshi menolak karena sudah meninggalkan Pakistan selama 40 tahun dan hanya mengenal sedikit seluk beluk politik di Pakistan. Tetapi pengalamannya yang sedikit itulah yang
justru diinginkan. Setelah akhirnya ia menyetujui tawaran tersebut, maka ia berangkat ke Islamabad pada tanggal 18 Juli 1993 sore hari. Malamnya Nawaz Sharif membubarkan Majelis Nasional serta
mengundurkan diri, beberapa menit kemudian Nawaz Sharif mengambil sumpah jabatan Moeen Qureshi sebagai perdana Menteri sementara dan kemudian Ishaq Khan mengundurkan diri pula. Kemudian Ketua
Senat, Wasim Sajjad diangkat sebagai Presiden sementara. Yosef Ardi, “krisis Politik Pakistan”.
133
Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 216.
memperbaiki hubungan Pakistan dengan Amerika Serikat dan institusi-institusi finansial Internasional, yang dapat memberikan pinjaman kepada Pakistan.
134
Dengan telah dibubarkannya pemerintahan Nawaz Sharif dan adanya rencana pemerintahan sementara untuk menyelenggarakan pemilu, maka besar kemungkinan
Benazir Bhutto akan dapat kembali berkuasa di Pakistan. Apalagi Nawaz Sharif sebagai lawan utamanya tidak lagi didukung oleh partai-partai agama, militer, dan terlebih lagi
oleh Presiden. Untuk itu pemilu 1993 tidak ada pilihan bagi militer selain menginginkan pemilu dapat terselenggara dengan jujur dan adil.
C. Keberhasilan Benazir Bhutto Menjadi Perdana Mentri Kedua Kalinya