memperbaiki hubungan Pakistan dengan Amerika Serikat dan institusi-institusi finansial Internasional, yang dapat memberikan pinjaman kepada Pakistan.
134
Dengan telah dibubarkannya pemerintahan Nawaz Sharif dan adanya rencana pemerintahan sementara untuk menyelenggarakan pemilu, maka besar kemungkinan
Benazir Bhutto akan dapat kembali berkuasa di Pakistan. Apalagi Nawaz Sharif sebagai lawan utamanya tidak lagi didukung oleh partai-partai agama, militer, dan terlebih lagi
oleh Presiden. Untuk itu pemilu 1993 tidak ada pilihan bagi militer selain menginginkan pemilu dapat terselenggara dengan jujur dan adil.
C. Keberhasilan Benazir Bhutto Menjadi Perdana Mentri Kedua Kalinya
Benazir Bhutto dalam keberhasilan meraih kembali kekuasaan menjadi Perdana Menteri tidaklah mudah dan melalui proses yang panjang. Menjelang pemilu
dilaksanakan kampanye di beberapa daerah pemilihan. Delapan belas hari sebelum pemilu, terjadi pertengkaran antara Benazir Bhutto dengan adik lelakinya, Murtaza
Bhutto. Pertengkaran tersebut mungkin akan mengancam popularitas Benazir Bhutto sendiri dalam tubuh Pakistan People’s Party PPP, Murtaza, 38 tahun, mulai
mencalonkan diri saat ia berada di Damaskus, Suriah. Ia mengajukan diri untuk menjadi anggota parlemen propinsi Sindh. Tetapi tindakannya ini tidak direstui kakaknya, yang
mengejutkan adalah sikap ibu mereka, Nusrat Bhutto, yang bersama dengan Benazir Bhutto menjabat sebagai ketua PPP justru sangat mendukung pencalonan anak lelakinya
itu sehingga kehadiran Murtaza semakin memperjelas perpecahan yang terjadi dalam keluarga Bhutto.
135
Akhirnya pertengkaran itu telah menyebabkan perpecahan dalam
134
Tahir Amin,” ASIAN SURVEY”, h. 195.
135
Tahir Amin,” ASIAN SURVEY”, h. 200.
tubuh PPP. Untuk pertama kalinya PPP pecah menjadi dua faksi, kendati Murtaza memakai platform Shaheed Bhutto Committee SBC. Peristiwa ini memang mengurangi
wibawa keluarga Bhutto. Namun di sisi lain, justru dengan bentroknya Benazir Bhutto dengan Murtaza akan dapat mematikan isu nepotisme yang dituduhkan pada Benazir
Bhutto. Bukan hanya keluarga Bhutto, sepuluh hari menjelang pemilu juga terjadi
perpecahan didalam kubu Nawaz Sharif. Nawaz Sharif yang pernah mengalahkan Benazir Bhuttto dalam pemilu 1990 melalui aliansi sembilan partai, Islami Jamhoori
Ittehad IJI, namun sebagaian besar dari koalisi tersebut akhirnya membelot pada saat pemerintahan Nawaz Sharif baru berjalan selama 30 bulan. IJI pecah karena perdebatan
kepentingan diantara partai yang meninggalkan koalisi IJI adalah Nasional People’s Party NPP-Jatoi Jamiat-ul Ulama-i-Islam Fazlur Rahman JUIF dan Jamaat Islami JI.
Bahkan PML sebagai partai terbesar dalam IJI juga pecah akibat pertentangan antara Ishaq Khan dengan Nawaz Sharif, sehingga menjadi dua kubu yaitu yang pro-Ishaq Khan
dan kubu yang pro-Nawaz Sharif. Disini akan dijelaskan proses dan terselenggaranya Pemilu 1993. Benazir
Bhutto dan Nawaz Sharif kembali memperebutkan “mahkota” perdana menteri Pakistan. Peristiwa ini merupakan persaingan yang ketigakali sejak berakhirnya pemerintahan
militer pimpinan Zia ul-Haq. C. 1. Terselenggaranya Pemilu Tahun 1993
Pemilu untuk Majelis Nasional direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 1993 dan untuk Majelis Propinsi pada tanggal 9 Oktober 1993.
136
Tahun 1988, Benazir dengan ditopang kharisma mendiang bapaknya, Zulfikar Ali Bhutto, berhasil
136
Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 202.
mengalahkan Sharif. Namun, pada pemilu 1990 Benazir gagal mengulangi suksesnya, akibat dianggap telah gagal memimpin Pakistan. Walhasil, Benazir yang sempat
memimpin Pakistan selama 20 bulan itu akhirnya tergeser oleh kekuatan Nawaz Sharif. Setelah Sharif dipaksa mundur dari jabatannya, Benazir-Sharif kembali berhadapan di
Pemilu 1993 guna mengulangi adu kekuatan. Benazir nampak optimis bahwa dirinya bakal menang. Mengingat kekuatan Sharif sedang rapuh akibat perseteruannya dengan
mantan sekutu utamanaya, Ishaq Khan.
137
Namun sebagian besar pengamat mengatakan bahwa kelemahan yang paling parah bagi prospek pemilihan Nawaz Sharif dalam pemilu adalah akibat perpisahannya
dengan tokoh vokal Qazi Hussain Ahmed pimpinan Jamaat Islami JI. Qazi Hussain Ahmed telah membentuk Pakistan Islamic Front PIF, yang mulai menempatkan diri
sebagai kekuatan politik ketiga setelah PPP dan PML. Selain itu, kelompok PML sempalan pimpinan Hamid Naser Chatta justru telah bergabung dengan PPP. Hal ini tentu
dapat memperkuat kubu Benazir terutama di propinsi terpadat Punjab, yang merupakan kartu penentu kemenangan dalam pemilu. Sementara propinsi Sindh masih tetap berada
dalam genggamannya, Benazir Bhutto kemudian mulai melakukan pengaturan pemilihan di NWFP dan bekerja sama dengan partai keagamaan penting, yakni Jamiat-ul Ulama-i-
Islam Fazlur Rahman JUIF.
138
JUIF mau bekerja sama dengan Benazir Bhutto karena. Pertama, meskipun JUIF adalah partai keagamaan yang semula sangat menentang kepemimpinan seorang wanita
namun Benazir Bhutto pernah memerintah Pakistan pada tahun 1988-1990 sehingga kepemimpinan seorang wanita nampaknya tidak terlalu dipersoalkan lagi. Kedua, isu
137
Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h.193-194.
138
Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 208-209.
yang muncul menjelang pemilu 1993 bukan lagi isu agama tetapi lebih kepada perebutan kekuasaan di antara Nawaz Sharif-Ishaq Khan-Benazir Bhutto dan isu ekonomi.
Sedangkan Nawaz Sharif sendiri bentrok dengan partai keagamaan karena mengirim pasukan ke Irak untuk membantu tentara multinasional pimpinan Amerika Serikat.
Akibatnya Jamaat Islami JI keluar dari koalisi IJI dan membentuk PIF, sementara partai keagamaan lainnya seperti JUIF lebih memilih bekerja sama dengan Benazir Bhutto.
Akhirnya pemilu pun berlangsung sesuai dengan rencana. Pemilu tersebut diikuti 64 partai politik, termasuk 12 kelompok minoritas non-muslim. Lebih dari 49 juta
orang berduyun-duyun ke kotak suara untuk memilih wakil mereka yang akan mengisi 207 kursi yang diperuntukkan bagi wakil Muslim dalam Majelis Nasional yang
beranggotakan 237 orang. Di antara 1.500 kandidat terdapat sekitar 600 calon independent. Sekitar 1,4 juta pemilih non Muslim secara terpisah memilih untuk 10 kursi
yang dicadangkan bagi minoritas dan untuk kaum wanita disediakan 20 kursi.
139
Dalam pemilu kali ini, partai-partai politik bersaing secara individu partai. Tidak ada lagi koalisi Islami Jamhoori Ittehad IJI ataupun People’s Democratic Alliance
PDA karena masing-masing telah pecah menjelang berlangsungnya pemilu. Banyaknya partai politik di Pakistan yang ikut berpartisipasi dalam pemilu 1993 telah memancing
perjuangan masing-masing partai untuk menawarkan program-program yang ditawarkan oleh partai-partai utama berbeda satu dengan dengan lainya. Pakistan Moslem League
PML pimpinan Nawaz Sharif memfokuskan diri pada liberalisasi perekonomian, swastanisasi dan industrialisasi dengan tetap menonjolkan nilai-nilai ke-Islaman. Sebagai
simbol pilihannya adalah gambar Harimau. Pakistan People’s Party PPP pimpinan Benazir Bhutto lebih menfokuskan diri pada reformasi struktur birokrasi, swastanisasi
139
Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 210.
sektor umum dan menawarkan disiplin penggunaan keuangan serta memotong defisit anggaran. PPP juga menjanjikan mendorong nilai-nilai agama melalui pendekatan
filosofis demi penyesuaian kehidupan modern yang sekuler. Lambang dalam pemilihannya adalah panah. Pakistan Islamic Front PIF, kelompok yang sering
dikategorikan fundamentalis, mengajukan program akan membenahi banyaknya kesalahan manajemen dengan menghentikan korupsi. Lambang pemilihannya adalah
mobil. Sedangkan Muhajir Qoumi Movemen MQM, partai kuat di daerah Sindh, yang didirikan oleh Altaf Hussain memilih layang-layang sebagai lambang partainya. Selain
empat partai utama tersebut, puluhan partai lainnya tidak bisa dikesampingkan begitu saja keterlibatannya dalam pemilu 1993. mereka juga memiliki basis massa meski tidak besar
namun memiliki fanatisme. Sebagaimana dengan pemilu sebelumnya, pemilu Pakistan 1993 ini kembali
diwarnai dengan persaingan dua tokoh utama pemain politik Pakistan, Benazir Bhutto dan Nawaz Sharif. PPP pimpinan Benazir Bhutto dan PML pimpinan Nawaz Sharif,
muncul sebagai dua partai terkuat. Akhirnya, PPP beserta koalisinya yaitu PML Chatta group memperoleh 92 kursi dari 207 kursi yang diperebutkan di Majelis Nasional,
denagan perincian 86 kursi dari PPP sendiri dan 6 kursi dari PML Chatta group. Sementara saingan utamanya PML hanya memperoleh 72 kursi di Majelis Nasional.
Tabel 3 Hasil Pemilihan Umum Tanggal 6 Oktober 1993.
140
140
Deepak Tripathani,” Pakistan: The Return of Benazir Bhutto”, The World Today, December, 1993, h 227.
NO NAMA PARTAI
PEROLEHAN KURSI
1. Pakistan People’s Party PPP
86 kursi 2.
Pakistan Moslem League PML Nawaz Sharif Group 73 kursi
3. Pakistan Moslem League PML Junejo Chatta group
6 kursi 4.
Pakistan Islamic Front PIF 3 kursi
5. Islami Jamhoori Mahaz IJM
3 kursi 6.
Pakhtoon Khawa Milli Awami Party 3 kursi
7. Awami National Party ANP
3 kursi 8.
Muttahida Deeni Mahaz 3 kursi
9. Jamhoori Watan Party JWP
2 kursi 10.
Pakhtoonkhwa Qaumi Party 1 kursi
11. Baluchistan National Mavement Hai
1 kursi 12.
Baluchistan National Movement Mengal 1 kursi
13. National Democratic Alliance NDA
1 kursi 14.
National People’s Party NPP 1 kursi
15. Independent
15 kursi
TOTAL 202 kursi
Penghitungan suara di lima daerah pemilihan dihentikan karena berbagai alasan, termasuk kematian para calon.
Sedangkan pemilu propinsi untuk memilih 483 anggota Majelis Propinsi. Hasil pemilu propinsi Punjab menunjukan bahwa PML memperoleh 106 kursi dari 240 kursi.
Sedangkan PPP beserta koalisinya yaitu PML Chatta group berhasil memperoleh 112
kursi, dengan perincian 94 kursi dari PPP dan 18 kursi dari faksi PML sempalan pimpinan Hamid Naser Chatta. Di propinsi Sindh, PPP memenangkan 56 kursi dari 100
kursi, MQM memenangkan 27 kursi, PML hanya memperoleh 8 kursi, dan satu kursi diperoleh Murtaza Bhutto, putra Zulfikar Ali Bhutto, yang ikut serta dalam pemilu
dengan platform Shaheed Bhutto Commie SBC tanpa bergabung dengan PPP. Di propinsi NWFP, PPP memenangkan 22 kursi, ANP 21 kursi dan PML Nawaz Sharif
memperoleh 15 kursi. Sementara PML Hamid Nasser Chatta memperoleh 4 kursi dan PIF juga memperoleh 4 kursi. Di propinsi Baluchistan, PML berhasil memperoleh 6 kursi,
PPP hanya 3 kursi dan sisanya dibagi di antara partai-partai kecil dan para calon indpenden. Lihat table 4, 5, 6 dan 7.
Tabel 4 Hasil Pemilu Propinsi Punjab, 9 Oktober 1993.
141
NO. NAMA PARTAI
PEROLRHAN SUARA 1.
Pakistan Moslem League PML Nawaz Sharif 106 kursi
2. Pakistan People’s Party PPP
94 kursi 3.
Pakistan Moslem League PML Chatta 18 kursi
4. Pakistan Islamic Front PIF
2 kursi 5.
National Democratic Party NDP 1 kursi
6. Muttahida Deeni Mahaz MDM
1 kursi 7.
Independent 17 kursi
TOTAL 240 kursi
141
Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 206.
Tabel 5 Hasil Pemilu Propinsi Sindh, 9 Oktober 1993.
142
NO. NAMA PARTAI
PEROLEHAN KURSI 1.
Pakistan People’s Party PPP 56 kursi
2. Muttahida Qumi Mahaz-Altaf MQM-A
27 kursi 3.
Pakistan Moslem League PMI, Nawaz Sharif 8 kursi
4. National People’s Party NPP
2 kursi 5.
Shaheed Bhutto Commite SBC 1 kursi
6. Sindh National Front SNP
1 kursi 7.
Independent 5 kursi
TOTAL 100 kursi
Tabel 6 Hasil Pemilu Propinsi NWFP, 9 Oktober 1993.
143
NO. NAMA PARTAI
PEROLEHAN SUARA
142
Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 206.
143
Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 206.
1. Pakistan People’s Party PPP
22 kursi 2.
Awami National Party ANP 21 kursi
3. Pakistan Moslem League PML Nawaz Sharif
15 kursi 4.
Pakistan Moslem League PML Chatta 4 kursi
5. Pakistan Islamic Front PIF
4 kursi 6.
Islami Jamhooti Mahaz IJM 1 kursi
7. Jamiat Mushaikh Pakistan JMP
1 kursi 8.
Muttahida Deeni Mahaz MDM 1 kursi
9. Independen
11 kursi
TOTAL 80 kursi
Tabel 7 Hasil Pemilu Propinsi Baluchistan, 9 Oktober 1993.
144
NO. NAMA PARTAI
PEROLEHAN KURSI 1.
Pakistan Moeslim League PML Nawaz Sharif 6 kursi
2. Jamhoori Watan Party JWP
5 kursi 3.
Baluchistan National Movement BNM Mengal 4 kursi
4. Paktoon Khwa Milli Awami Party PKMAP
4 kursi 5.
Pakistan People’s Party PPP 3 kursi
6. Islami Jamhoori Mahaz IJM
3 kursi 7.
Baluchistan National Movement BNM Hai 2 kursi
144
Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 206.
8. Awami National Party ANP
1 kursi 9.
Pakistan National Party PNP 1 kursi
10. Muttahida Deeni Mahaz MDM
1 kursi 11.
Dehi Ittehad Pakistan DIP 1 kursi
12. Independent
9 kursi TOTAL 40 kursi
Pemilu tersebut menampilkan PPP dan aliansinya sebagai partai yang memperoleh kursi terbanyak di Majelis Nasional, dan di Majelis Propinsi Sindh.
Sedangkan di propinsi Baluchistan dan NWFP, aliansi oposisi menang menang tipis dibanding PPP. Dengan kemenangan tipis ini, dipastikan partai pimpinan Benazir Bhutto
ini tidak akan mampu memenangkan mayoritas dua pertiga kursi dalam parlemen. Padahal seperti pernah dikatakan Benazir Bhutto, ia memerlukan sekurang-kurangnya
dua pertiga dari 237 kursi yang diperebutkan dalam parlemen, agar dapat meleksanakan program-program partainya. Atau paling tidak 119 kursi 50+ 1 dari 237 kursi
parlemen, yang agaknya juga sulit diraih Benazir Bhutto. Partai yang dapat mengumpulkan mayoritas sederhana dengan 50+ 1 II9 kursi dari 237 kursi majelis
dapat membentuk pemerintahan. Dan sebuah partai yang mendapat sekitar 90 kursi masih dapat berharap membentuk pemerintahan dengan mengandalkan calon independen,
delapan anggota dari daerah kesukuan dan 10 yang terpilih untuk menduduki kursi yang di cadangkan bagi minoritas non Muslim untuk memenuhi jumlah yang diperlukan.
Dengan demikian, terciptanya suatu pemerintahan yang kuat dengan dukungan stabilitas politik yang lebih mantap masih jauh dari harapan, karena hampir dapat dipastikan
kedudukan pemerintahan rapuh dan sewktu-waktu bisa guncang, bahkan bisa dijatuhkan oleh suatu mosi tidak percaya di parlemen.
Hasil pemilu juga menunjukkan bahwa beberapa partai kecil tidak mendapatkan dukungan yang memadai. Fenomena lain yang dapat dicatat dari pelaksanaan pemilu
tersebut adalah rendahnya partisipasi rakyat dalam menggunakan haknya untuk memilih wakil-wakilnya di kedua Majelis. Diperkirakan dari 49. 585. 855 calon pemilih terdaftar
hanya 20. 101. 310 40,5 pemilih yang hadir ke Tempat Pemilihan Suara TPS untuk menggunakan hak pilihnya. Angka tersebut menunjukkan adanya penurunan partisipasi
rakyat untuk lebih banyak banyak memusatkan perhatiannya kepada pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan kurang peduli dengan masalah-masalah politik. Masyarakat
Pakistan yang mayoritas masih buta huruf 65. Tampaknya merasa mereka hanya dijadikan alat saja pada waktu itu.
C. 2. Merebut kembali Mahkota Perdana Menteri Hasil pemilu Pakistan memang membuka peluang bagi Benazir Bhutto untuk
kembali menjadi Perdana Menteri. Namun tetap harus dicatat bahwa perolehan kursi PPP melawan PML hanyalah 92 : 72. Kemenangan tipis PPP ini tentu saja belum mampu
untuk menggeser Nawaz Sharif. Bahkan Nawaz Sharif masih tetap yakin akan dapat menjegal ambisi Benazir yang ingin memegang kembali tampuk kepemimpinan Pakistan.
Sementara Benazir Bhutto sendiri dengan pengalamannya selama tiga tahun berjuang untuk merebut kembali kekuasaannya, telah menjadikan dirinya bersikap pragmatis dan
mau menerima kompromi. Hal ini ditunjukkan keyakinan Benazir Bhutto bersedia menjalin “kerja sama” dangan partai agama JUI Fazlur Rahman dan PML Chatta Group
yang juga merupakan unsur-unsur penting dalam percaturan politik Pakistan. Manufer Benazir ini tampaknya sangat berpengaruh dalam perolehan suara PPP.
145
Perolehan kursi bagi PPP maupun PML yang kurang dari mayoritas sederhana 119 kursi, menyebabkan Benazir Bhutto dan Nawaz Sharif sama-sama menyatakan
berhak membentuk pemerintahan baru Pakistan. Tampaknya pemerintahan baru tersebut akan membentuk sebuah pemerintahan koalisi. Dalam upayanya memperoleh dukungan
bagi masing-masing kubu, kedua mantan Perdana Menteri itu terjebak dalam pertarungan memperebutkan sekitar 40 wakil dari partai politik dan kelompok independen.
Pertarungan tidak hanya di Islamabad, tetapi juga Punjab yang merupakan propinsi terdapat dengan jumlah penduduk sebesar 60 dari seluruh jumlah penduduk di
Pakistan.
146
Baik di Majelis Nasional maupun di Majelis propinsi Punjab, partai Benazir Bhutto setelah berhasil mendapatkan tambahan kursi dari faksi PML sempalan pimpinan
Hamid Naserr Chatta yang tampaknya memang menolak bekerja sama dengan Nawaz Sarif. Sementara PML pimpinan Nawaz Sharif yakin “bisa” membentuk sebuah
pemerintahan baru dengan bantuan partai-partai dan kelompok independent. Nawaz Sharif menyebut calon-calon sekutunya: Awami National Party ANP, Partai Pakhtoon
Khawa Milli Awami Party, National People’s Party NPP dan beberapa kelompok independent. PML Nawaz Sharif juga berhasil memperoleh delapan kursi di propinsi
Benazir Bhutto, Sindh. Sementara di propinsi Baluchistan, Abdul Samad Achakzai yang didukung PML Nawaz Sharif Group berhasil mengalahkan ketua PPP di propinsi
tersebut, Fateh Mohammad Hasni. Partai-partai keagamaan dan para independent
145
Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 21.
146
Yosef Ardi, “krisis Politik Pakistan”, Angkatan Bersenjata, data diakses pada 15 November 2008, dari http:.www.dictatorofthemonth.commilitersharif-ishaq=artiecle=316
menolak untuk mendukung Nawaz Sharif. Namun sebagaimana di maklumi, kesetiaan politik di Pakistan mudah berubah-ubah bahkan jurang pemisah tidaklah cukup untuk
menjamin kemenangan Benazir Bhutto di Majelis Nasional agar supaya Benazir Bhutto terpilih sebagai Perdana Menteri.
147
Juru bicara PPP mengatakan peluang Benazir Bhutto lebih terbuka karena partai itu sudah mengumpulkan 20 suara pendukung dan tinggal membutuhkan tiga suara lagi
untuk menjadi kelompok mayoritas. Namun kenyataan ini tetap menghadapkan Benazir Bhutto pada masalah yang sulit karena tanpa dukungan mayoritas mutlak, Benazir Bhutto
akan kehilangan kekuasaannya untuk menghapus Amandemen ke-8 yang membolehkan Presiden memecat Perdana Menteri.
Sementara tekad Nawaz Sharif untuk membentuk sebuah pemerintahan semakin mantap. Dalam rangka mencari dukungan bagi keberhasilannya terpilih kembali menjadi
Perdana Menteri Pakistan, ia juga berusaha menghubungi beberapa “penguasa” untuk mendapatkan “restu”. Ia berkunjung kepada Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Abdul
Waheed Kakar selama satu jam guna membahas skenario Presiden Wasim Sajjad. Tetapi nampaknya pertemuan tersebut tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan oleh
Nawaz Sharif. Tarik menarik antara Benazir Bhutto dengan Nawaz Sharif jelas tidak akan
menghasilkan pemenang kuat. Padahal siapapun yang akhirnya memimpin pemerintahan Pakistan, perlu dukungan kuat parlemen di propinsi guna menjamin kelancaran
pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintahannya, terutama di Punjab dan Sindh, propinsi terkaya dan terbesar di negeri itu. Itulah yang dicari Benazir Bhutto dengan PPP-
nya setelah kemenangan tipisnya.
147
Deepak Tripathi, , ”Pakistan: The Return of Benazir Bhutto”, h. 227.
Sebenarnya untuk menghindar dari ancaman oposisi Nawaz Sharif yang dapat dipastikan akan merongrong pemerintahannya, maka cara yang dapat ditempuh Benazir
Bhutto adalah dengan merangkul PML Nawaz Sharif Group untuk berkoalisi. Dengan cara ini, koalisinya akan dapat menguasai mayoritas dua pertiga kursi dalam parlemen.
Dan komitmen Benazir Bhutto untuk dapat menghapus Amandemen ke-8 yang memberikan kekuasaan lebih kepada Presiden, tentunya akan dapat terlaksana kendati
Nawaz Sharif juga ingin mengubah Amandemen ke-8 tetapi dia menyatakan tidak akan mendukung Benazir Bhutto. Hal itu tentu sebagai taktiknya untuk meruntuhkan
pemerintahan anak Zulfikar Ali Bhutto itu. Baik Pakistan People’s Party PPP maupun Pakistan Moeslem League PML
Nawaz Sharif telah menyatakan siap berkoalisi dengan partai-partai kecil guna memperkuat pemerintahan. Namun kenyataan memperlihatkan, akhirnya PPP dengan
pertolongan PML sempalan pimpina Hamid Naser Chatta, para calon independent dan minoritas, mampu membentuk suatu koalisi di pusat PPP dan para sekutunya juga
terbentuk pemerintahan propinsi di Punjab dan Sindh. Sedangkan PML pimpinan Nawaz Sharif yang duduk sebagai oposisi di pusat, Punjab dan Sindh, maupun membentuk
pemerintahan di NWFP dan Baluchistan dengan bantuan sekutunya. Berdasarkan hasil pemungutan suara di parlemen Pakistan pada tanggal 19
Oktober 1993, Benazir Bhutto akhirnya ditetapkan sebagai Perdana Menteri dengan perbandingan 121 mendukungnya dan 72 suara tidak mendukungnya. Benazir Bhutto pun
lantas dilantik oleh Presiden sementara Wasim Sajjad menjadi Perdana Menteri Pakistan untuk kedua kalinya dengan membawa dua puluh bulan pengalaman sebagai Perdana
Menteri dan tiga tahun sebagai ketua partai oposisi di parlemen.
148
Dengan kebaerhasilan Benazir Bhutto menjadi Perdana Menteri Pakistan untuk periode 1993-1998 sekaligus
menggambarkan bahwa akhirnya ambisi Benazir Bhutto untuk kembali memerintah Pakistan telah tercapai.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN