Analisis Kebijakan Politik Pangan SBY-Boediono Tahun 2009-2014

(1)

ANALISIS KEBIJAKAN POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-BOEDIONO TAHUN 2009-2014

Samuel Nicholas 100906091

Dosen pembibing : Faisal Andri Marawa S.IP, M.si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

SAMUEL NICOLAS PARASIAN (100906091)

ANALISIS KEBIJAKAN POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN

SBY-BOEDIONO 2009-2014

Rincian isi skripsi, 106 halaman, 22 buku, 2 Jurnal, 12 situs internet dan 3 Undang-Undang ( kisaran buku dari tahun 1994- 2012)

ABSTRAK

Perkembangan pangan sebagai kebutuhan dasar manusia adalah hal yang mendasar yang diutamakan setiap negara. Secara umum pangan di setiap negara diatur dalam system yang disebut ketahanan pangan. Ketahan pangan yaitu kondisi mensyaratkan terpenuhinya dua sisi secara simultan yaitu (a) sisi ketersediaan, yaitu tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dalam jumlah, mutu, keamanan dan keterjangkauannya serta stabilitas ketersediaannya secara lestari dan (b) sisi konsumsi, yaitu adanya kemampuan setiap rumah tangga mengakses pangan

yang cukup tinggi bagi masing – masing anggotanya untuk tumbuh, sehat, produktif

dan bermanfaat dari waktu kewaktu Setiap negara memiliki program-program yang khusus mengatur ketahanan pangan dalam bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui kebijakan publik. Secara khusus Indonesia sebagai negara yang agraris memiliki kebijakan-kebijakan yang mengontrol ketahanan pangan, dan menjadikan pangan sebagai media dalam meningkatkan pendapatan negara dengan menjalin kerja sama ekspor pangan dengan sejumlah negara.

Teori yang digunakan dalam menganalisis kebijakan pangan secara khusus kebijakan politik pangan pada pemerintahan SBY-Boediono adalah dengan menggunakan teori analisis kebijakan publik, dan teori perumusan kebijakan dan teori analisis kebijakan publik William.H.dunn.Dalam menganalisis kebijakan politik

pangan SBY-Boediono pada tahun 2009 diperlukan pendekatan –pendekatan dalam

menganalisis kebijakan tersebut, yaitu pendekatan empiris,valuatif dan

normtif.Secara Khusus Kebijakan politik pangan pada pemerintahan SBY-Boediono pada tahun 2009-2014 ditulis di dalam KUKP (kebijakan umum ketahanan pangan)

yang berisikan kebijakan-kebijakan yang mengatur pangan dari tahap

pembibitan,produksi, distribusi dan siap konsumsi ataupun untuk di ekspor guna meningkatkan pendapatan negara.

Adapun yang dapat disimpulkan dalam penilitian ini adalah kebijakan politik pangan pada pemerintahan SBY-Boediono adalah kebijakan lanjutan dari kebijakan


(3)

pemerintahan sebelumnya yang memiliki target utama yaitu menghasilkan swasembada pangan secara khususnya beras yang sama seperti pada periode sebelumnya, namun pada kenyataanya kebijakan ini masih memiliki banyak kekurangan dengan meningkatnya jumlah bencana alam, ahli fungsi lahan serta pemanasan global, sedangkan secara empiris kebijakan ketersedian pangan hadir agar kebutuhan pangan tersedia bagi masyarakat, secara valuatif kebijakan keterjangkauan pangan mengatur harga yang didapat dijangkau masyarat sedangkan secara normatif kebijakan pangan dan gizi mengatur tentang peraturan terkait kandungan gizi yang dikonsumsi dan program-program dalam meningkatkan kualitas pangan


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

SAMUEL NICOLAS PARASIAN (100906079)

ANALYZE OF FOOD POLITICAL POLICY OF GOVERNMENT SOESILO

BAMBANG YUDHOYONO – BOEDIONO SINCE 2009 TO 2014

Contents: 106 pages, 22 books, 2 journals , 12 internet sites, and 3 regulations (publication from 1994-2012).

ABSTRACT

Developments of food as the basic needs of human is the major and crucial issue that every country has to defend. Generally the food in every country arrange in system that called as a Food Security. Food security is a condition that has a fulfill terms which contained by two terms: the first is food availability , the food availability is a condition where the food has a balance supply with number of people who need it and affordability to the people and the second is the consume , the consume is that every community in every country can easy accessed high standard of food that has a good contain and vitamin which is health to human body and to increase the productivity of people from time to time. Each country has many program that particularly arranged the food security through the public policy. Particularly Indonesia as a Agrarian has many policy that has control function, watched function and make the farming system as extra income from international economy relationship and export program.

The theory that used to analyze food political policy of government SBY-Boediono since 2009 to 2014 is the theory analyze of public policy by William H.Dunn, the theory formulation of public policy. In analyzing the policies there’s three approach that used in this research. The first is empiric approach , the second is valuate approach and the third is the normative approach. Particularly the Food political policy of Government SBY-Boediono since 2009 to 2014 inside KUKP ( General Policy Of Food Security) that explained the process of seeding the food, the production process, the distribution, and the quality of food that community receive and arranged all the regulation about how people can afford the food, and the export process to increase the national income

The conclusion of this research is that the food political policy of SBY-Boediono since 2009 to 2014 that The policy is the advanced and the upgrading version from the old policy, that previous policy has a huge success story that make the second self-supporting particularly in rice production but in the reality this policy


(5)

has many flaws that come with many disaster, the culture land bound syndrome, the global warming. By the empiric approach the food political approach explained the availability of food security, the valuate approach explained that the food political policy arranged the price and the ability of the community to afford the food, and by the standard food quality approach explained that the food political policy is the policy that control the quality that community consume and controlled the program that develop the quality and the quantity of the food security


(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan

Skripsi Ini Telah Dipertahankan Dihadapan Penguji Skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dilaksanakan Pada:

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Tim Penguji:

Ketua :

( )

Nip.

Anggota I :

( )

Nip.

Anggota II :

( )


(7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:

Nama : Samuel Nicholas Parasian

NIM : 100906091

Departemen : Ilmu Politik

Judul : Analisis Kebijakan politik Pangan SBY-Boediono tahun 2009-2014

Menyetujui:

Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing

Dra. T. Irmayani, M.Si Faisal Andri Marawa S.IP, M.Si

NIP. 196806301994032001 NIP. 197512222008121002

Mengetahui: Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002


(8)

Karya ini dipersembahkan untuk


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karuniaNya penulis diberikan kesempatan dan kesehatan untuk menyelesaikan studi ini berupa penulisan Skripsi dari hasil penelitian yang telah diselesaikan. saya dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Kebijakan Politik Pangan

Pemerintahan SBY-Boediono tahun 2009-2014”

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemenn Ilmu Politik dan kepada bapak Drs. P. Antonius Sitepu selaku Sekretaris Departemen Ilmu Politik. Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Faisal Andri Marawa S.IP, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan berupa masukan dan kritik yang membangun dalam penulisan skripsi.

Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dekan Prof. Dr. Badaruddin M.Si serta seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Politik yang telah banyak membantu penulis selama menjalani masa perkulian di Departemen

Ilmu Politik. Serta kepada Staff Administrasi Departemen Ilmu Politik yaitu Kak


(10)

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya juga Penulis ucapkan Kepada keluarga tercinta yang menjadi alasan utama penulis bisa menyelesaikan skripsi ini, tanpa mereka penulis tidak akan bisa menyelesaikan masa studi di Ilmu Politik dan menyesaikan skripsi ini. Kepada Ibu, Elisabeth Damanik S.H M.Hum terimakasih telah menjadi panutan dan tokoh yang selalu menjadi inspirasi bagi penulis. Ayahanda tercinta, Bapak Ir. Heplin Siburian S.H terimakasih telah menjadi sumber kekuatan baik moril maupun materil . Aku selalu bersyukur terlahir sebagai putra kalian. Kepada kakakku, Felicia Siburian S.S terimakasih untuk segala bantuan yang kalian berikan disaat-saat tersulit penulis.

Juga tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Lidya Angelina Putri S.E yang memberikan semangat dan dukungan agar penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini juga kepada teman–teman terutama kepada Frans sabda Ginting, Ruth Sarah ,

Sarah sausan, Khairunisa simbolon, Frank simbolon, Rendi fortuna, Albert simanungkalit, serta Kristy Pasaribu , Bernad tarigan ,Yogi Tarigan dan teman-teman yang tidak dapat penulis ucapkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Tetapi dengan segala kekurangannya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2015


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Abstrak...ii

Abstract ... iv

Halaman Pengesahan ... vi

Halaman Persetujuan ...vii

Lembar Persembahan ... viii

Kata Pengantar ... ix Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pembatasan masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Kerangka Teori ... 8

F.1 TeoriKebijakanPublik ... 8

F.2 Perumusan Kebijakan ... 12

F.3 Analisi Kebijakan Publik ... 14

G. Definisi dan Konsep ... 16

G.1 Definisi Ketahanan Pangan ... 16

G.2 KonsepPenyediaan Pangan... 18

H. Metode Penelitian ... 18

H.1 Jenis Penelitian ... 21

H.2 Sumber Data ... 21

H.3 Teknik Pengumpulan data ... 21

H.4 Teknik Analisis data ... 21


(12)

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIANKEBIJAKAN POLITIK PANGAN SBY-BOEDIONO 2009-2014

A. Sejarah perkembangan kebijakan politk pangan di Indonesia ... 24

A.1 Indonesia dan Pembangunan ... 24

A.2 Sejarah Kebijakan Pangan di Indonesia... 28

B. Gambaran deskriptif Kondisi Sosial Politik dan Ekonomi Indonesia pada Pemerintahan SBY-Boediono ... 35

B.1 Visi danMisi Pemerintahan SBY-Boediono ... 37

C. Konsep Ketahanan dan Kedaulatan Pangan ... 38

C.1 Konsep Global Ketahanan Pangan... 39

C.2 KonsepPangan, Ketahanan Pangan dan Kedaulatan pangan SBY-Boediono ... 41

D. Kebijakan Umum Ketahanan pangan ... 46

D.1 Sasaran Kebijakan Umum Ketahanan pangan ... 67

BAB III ANALISIS KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN SBY-BOEDIONO 2009-2014 A. Analisis kebijakan politik pangan SBY-Boediono 2009-2014 ... 70

A.1 Analisis terhadap perkembangan kebijakan Politik pangan di Indonesia ... 70

A.2 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan ... 76

B. Analisis kebijakan Umum dan Implementasi Kebijakan Pangan SBY-Boediono ... 82

B.1. Kebijakan Ketersediaan Pangan ... 86

B.2 Kebijakan Keterjangkauan Pangan ... 91

B. 3 Kebijakan Pangan dan Gizi ... 94

BAB IV KESIMPULAN ... 99


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pendekatan dalam analisis Kebijakan publik... 16 Tabel 2.1 Sejarah Kebijakan Pangan di Indonesia ... 34 Tabel 2.4 Target swasembada pangan 2009-2014 ... 52

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Ketahanan Pangan Nasional ... 45 Gambar 2.2 Sistem Ketahanan Pangan Nasional ... 46


(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

SAMUEL NICOLAS PARASIAN (100906091)

ANALISIS KEBIJAKAN POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN

SBY-BOEDIONO 2009-2014

Rincian isi skripsi, 106 halaman, 22 buku, 2 Jurnal, 12 situs internet dan 3 Undang-Undang ( kisaran buku dari tahun 1994- 2012)

ABSTRAK

Perkembangan pangan sebagai kebutuhan dasar manusia adalah hal yang mendasar yang diutamakan setiap negara. Secara umum pangan di setiap negara diatur dalam system yang disebut ketahanan pangan. Ketahan pangan yaitu kondisi mensyaratkan terpenuhinya dua sisi secara simultan yaitu (a) sisi ketersediaan, yaitu tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dalam jumlah, mutu, keamanan dan keterjangkauannya serta stabilitas ketersediaannya secara lestari dan (b) sisi konsumsi, yaitu adanya kemampuan setiap rumah tangga mengakses pangan

yang cukup tinggi bagi masing – masing anggotanya untuk tumbuh, sehat, produktif

dan bermanfaat dari waktu kewaktu Setiap negara memiliki program-program yang khusus mengatur ketahanan pangan dalam bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui kebijakan publik. Secara khusus Indonesia sebagai negara yang agraris memiliki kebijakan-kebijakan yang mengontrol ketahanan pangan, dan menjadikan pangan sebagai media dalam meningkatkan pendapatan negara dengan menjalin kerja sama ekspor pangan dengan sejumlah negara.

Teori yang digunakan dalam menganalisis kebijakan pangan secara khusus kebijakan politik pangan pada pemerintahan SBY-Boediono adalah dengan menggunakan teori analisis kebijakan publik, dan teori perumusan kebijakan dan teori analisis kebijakan publik William.H.dunn.Dalam menganalisis kebijakan politik

pangan SBY-Boediono pada tahun 2009 diperlukan pendekatan –pendekatan dalam

menganalisis kebijakan tersebut, yaitu pendekatan empiris,valuatif dan

normtif.Secara Khusus Kebijakan politik pangan pada pemerintahan SBY-Boediono pada tahun 2009-2014 ditulis di dalam KUKP (kebijakan umum ketahanan pangan)

yang berisikan kebijakan-kebijakan yang mengatur pangan dari tahap

pembibitan,produksi, distribusi dan siap konsumsi ataupun untuk di ekspor guna meningkatkan pendapatan negara.

Adapun yang dapat disimpulkan dalam penilitian ini adalah kebijakan politik pangan pada pemerintahan SBY-Boediono adalah kebijakan lanjutan dari kebijakan


(15)

pemerintahan sebelumnya yang memiliki target utama yaitu menghasilkan swasembada pangan secara khususnya beras yang sama seperti pada periode sebelumnya, namun pada kenyataanya kebijakan ini masih memiliki banyak kekurangan dengan meningkatnya jumlah bencana alam, ahli fungsi lahan serta pemanasan global, sedangkan secara empiris kebijakan ketersedian pangan hadir agar kebutuhan pangan tersedia bagi masyarakat, secara valuatif kebijakan keterjangkauan pangan mengatur harga yang didapat dijangkau masyarat sedangkan secara normatif kebijakan pangan dan gizi mengatur tentang peraturan terkait kandungan gizi yang dikonsumsi dan program-program dalam meningkatkan kualitas pangan


(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

SAMUEL NICOLAS PARASIAN (100906079)

ANALYZE OF FOOD POLITICAL POLICY OF GOVERNMENT SOESILO

BAMBANG YUDHOYONO – BOEDIONO SINCE 2009 TO 2014

Contents: 106 pages, 22 books, 2 journals , 12 internet sites, and 3 regulations (publication from 1994-2012).

ABSTRACT

Developments of food as the basic needs of human is the major and crucial issue that every country has to defend. Generally the food in every country arrange in system that called as a Food Security. Food security is a condition that has a fulfill terms which contained by two terms: the first is food availability , the food availability is a condition where the food has a balance supply with number of people who need it and affordability to the people and the second is the consume , the consume is that every community in every country can easy accessed high standard of food that has a good contain and vitamin which is health to human body and to increase the productivity of people from time to time. Each country has many program that particularly arranged the food security through the public policy. Particularly Indonesia as a Agrarian has many policy that has control function, watched function and make the farming system as extra income from international economy relationship and export program.

The theory that used to analyze food political policy of government SBY-Boediono since 2009 to 2014 is the theory analyze of public policy by William H.Dunn, the theory formulation of public policy. In analyzing the policies there’s three approach that used in this research. The first is empiric approach , the second is valuate approach and the third is the normative approach. Particularly the Food political policy of Government SBY-Boediono since 2009 to 2014 inside KUKP ( General Policy Of Food Security) that explained the process of seeding the food, the production process, the distribution, and the quality of food that community receive and arranged all the regulation about how people can afford the food, and the export process to increase the national income

The conclusion of this research is that the food political policy of SBY-Boediono since 2009 to 2014 that The policy is the advanced and the upgrading version from the old policy, that previous policy has a huge success story that make the second self-supporting particularly in rice production but in the reality this policy


(17)

has many flaws that come with many disaster, the culture land bound syndrome, the global warming. By the empiric approach the food political approach explained the availability of food security, the valuate approach explained that the food political policy arranged the price and the ability of the community to afford the food, and by the standard food quality approach explained that the food political policy is the policy that control the quality that community consume and controlled the program that develop the quality and the quantity of the food security


(18)

BAB I Pendahuluan A. Latar belakang

Indonesia sebagai negara yang menganut paham demokrasi mengetahui kedaulatan rakyat merupakan pusat pemerintahan. Secara etimologi demokrasi

berasal dari gabungan dua kata yang berasal dari yunani, yakni demos yang berakti

rakyat dan kratos/cratein yang berarti pemerintah. Atau secara ringkas demokrasi

diartikan sebagai bentuk pemerintahan rakyat. Penerapan demokrasi tersebut dapat menjadi dasar bahwa demokrasi masih dianggap sistem yang terbaik dalam menjalankan sebuah pemerintahan. Pemerintahan sebuah negara yang menganut sistem demokrasi sebenarnya tidak lebih dari pelayan bagi seluruh rakyat, yang diserahi tugas untuk melaksanakan Undang-Undang yang telah disetujuhi bersama.

Demokrasi yang dianut Indonesia identik dengan Trias Politica yang

membagi kekuasaan negara menjadi tiga yaitu executive, judicative dan legislative

yang mengontrol negara dengan prinsip check and balances dimana ketiga lembaga

negara ini berada di jajaran posisi yang sama dan saling mengawasi dalam menjalankan negara. Kekuasaan yang diperoleh tiga lembaga negara diperoleh dari rakyat sehingga kekuasaan yang dimiliki oleh ketiga lembaga negara harus memprioritaskan kemakmuran dan kebutuhan rakyat. Hal ini menjadikan kedaulatan rakyat adalah pusat dari pemerintahan dan negara, sehingga baik eksekutif dan legislatif adalah representatif dari masyrakat yang dipilih oleh rakyat. Indonesia telah


(19)

menjalankan pemilihan umum baik secara tak langsung (orde lama-orde baru) dan langsung (reformasi) untuk memilihi lembaga eksekutif dan legislatif. Selama enam puluh sembilan tahun merdeka telah terpilih tujuh Presiden yang merupakan buah dari demokrasi. Dan Lembaga Eksekutif yang dipimpin oleh presiden yang berkuasa pada pemilu terakhir sebelum tahun demokrasi 2014 adalah Soesilo Bambang Yudhoyono yang memang incomeben, yang telah memimpin dari periode sebelumnya dengan wakil presidennya adalah seorang akademisi dari salah satu universitas Negeri, dan Juga Pejabat di Bank Indonesia Boediono.

Selama enam puluh sembilan tahun merdeka Indonesia telah memiliki 6 Presiden yang memiliki kebijakan berbeda-beda dalam menjaga stabilitas pangan. Sebagai Negara agraris Indonesia seharusnya memiliki kapabilitas yang besar dalam menangani polemik kebutuhan hidup yaitu pangan. Pasang-surut masalah pangan sering terjadi, krisis pangan pernah terjadi di Indonesia yang merupakan Negara yang sebagian besar penduduknya bekerja di bidang pertanian yaitu berjumlah 101,53 juta

jiwa1. Permasalahan pangan seolah-olah sering menjadi anak tiri bila dibandingkan

permasalahan lainnya, bahkan lebih sering dijadikan sebuah pencitraan politik untuk

menutupi urgenitas masalah yang lebih utama. Isu-isu penting seperti masalah

pendidikan, kehidupan masyarakat menengah kebawah dan kriminalitas kalah dengan isu-isu pencitraan dinamika politik.

1


(20)

Kebijakan publik merupakan bagian yang selalu ada di dalam pemerintahan modern, dengan harapan kebijakan publik menjadikan seluruh tindakan pemerintah lebih rasional dan memiliki jaminan dalam menjaga keberlangsungan hidup seluruh

warga masyrakat di dalam sebuah Negara. Kebijakan berasal dari kata “bijak” yang

bertujuan bahwa setiap kebijakan harus mengandung nilai yang membangun dan tidak merugikan setiap pihak yang terkait didalam kebijakan tersebut. Istilah kebijakan dan kebijakan publik sering membingungkan bagi masyarakat awam, kebijakan dan kebijakan publik adalah dua istilah yang memiliki arti yang sama namun makna yang berbeda, bila dilihat dari maknanya maka kebijakan adalah suatu pernyataan yang berlaku di wilayah tertentu sedangkan kebijakan publik berlaku secara umum. Kebijakan adalah suatu keputusan yang mencerminkan sikap suatu organisasi terhadap suatu persoalan yang telah, sedang atau akan dihadapi. Sedangkan kebijakan publik adalah sebuah keputusan yang mencerminkan sikap pemerintahan terhadap suatu persoalan yang telah, sedang atau akan dihadapi oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara yang bertugas menjaga kelangsungan hidup dan ketertiban warga Negara.

Ada dua bentuk mekanisme pembuatan kebijakan publik di sebuah republik yaitu, secara langsung dengan menggunakan hak inisiatif dan referendum ataupun secara tidak langsung melalui lembaga perwakilan rakyat. Kebijakan Publik adalah


(21)

dan pelayanan publik. Kebijakan Publik dipahami sebagai keputusan yang diambil untuk menangani hal-hal yang terkait dengan kehidupan masyarakat. Menurut Rose di dalam buku Muchlis Hamdit kebijakan publik merupakan suatu rangkaian panjang dari kegiatan-kegiatan yang berkaitan dan akibatnya bagi mereka yang

berkepentingan, daripada hanya sekedar suatu keputusan.2 Kebijakan publik adalah

pola tindakan yang diterapkan oleh pemerintah dan terwujud dalam bentuk peraturan perundang-undangan dalam rangka penyelenggaran pemerintahan Negara. Kebijakan publik bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi publik sehari-hari. Kebijakan publik merupakan pola tindakan yang terjabarkan dalam program dan kegiatan guna menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Kebijakan Politik Pangan SBY-Boediono adalah salah satu bentuk kebijakan publik yang dibuat untuk menyelesaikan masalah pangan yang menjadi beban tahunan yang dihadapi masyrakat setiap tahun.Khususnya kisah busung lapar yang hingga kini masih berlangsung di sejumlah daerah, seperti di Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat. Bila melihat Indonesia sebagai salah satu Negara agraris yang sudah mengalami swasembada beras, Ketahanan Pangan bukan menjadi Isu yang perlu dipermasalahkan. Hingga saat ini pemerintah masih menggunakan Undang-Undang dari orde baru sebagai dasar konstitusi ketahanan pangan yaitu Undang-Undang No.7 Tahun 1996. Belajar dari Krisis Ekonomi pada pertengahan 1997 Seharusnya

2

Prof. Muchlis Hamdi, MPA,Ph.D.2013.Kebijakan Publik: Proses,Analisis, dan Partisipasi: Penerbit Ghalia Indonesia.Hal. 36.


(22)

Kebijakan Politik Pangan SBY-Boediono harus lebih menjamin keberlangsungan kebutuhan pokok masyarakat.Untuk komoditas utama yaitu Beras, Pemerintah selalu mengintervensi pasar agar ketersediaan pangan dan kestabilan ekonomi terjaga, hal yang dilakukan dengan mementukan harga terendah baik ekspor ataupun komsumsi publik guna menjaga kesejahteraan rakyat secara umum dan petani secara khusus, hal ini menjadikan Pemerintah sebagai si pembuat kebijakan publik bertanggung jawab penuh terhadap semua Program Pertanian Indonesia.

Sebagai contohnya, swasembada beras pada orde baru menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor beras di dunia, dan juga menjadikan Indonesia jatuh kedalam krisis pangan terbesar pada masa akhirnya orde baru. Negara agraris, mungkin sebutan itu lebih tepat jika diberikan kepada Indonesia 28 tahun lalu. Pada saat itu, tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras. Di bawah kendali presiden Soeharto saat itu, petani Indonesia secara gotong royong dan suka rela berhasil mengumpulkan 100.000 ton gabah yang kemudian disumbangkan untuk negara yang mengalami kelaparan khususnya negara-negara di Afrika. Masalah pangan adalah salah satu Poin Krusial yang harus di perhatikan pemerintah, hal ini diatur didalam pasal 27 UUD 1945 yang menyatakan bahwa pangan adalah bagian dari hak asasi

manusia.3

Ketahanan pangan Indonesia pernah terancam oleh krisis pangan pada masa

pemerintahan SBY – JK. Krisis pangan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh

3


(23)

beberapa faktor yang sebenarnya dapat dicegah, antara lain perubahan iklim yang ekstrim menggagalkan panen disejumlah wilayah, bencana alam, kekeringan akibat kurangnya sistem irigasi. Sebagai contoh kegagalan panen yang diakibatkan bencana alam yaitu gagal panen merata petani Tanah Karo yang diakibatkan oleh debu vulkanik Gunung Sinabung, sedangkan kekekringan yang terjadi di Nusa Tenggara Timur karena kurangnya pengairan terhadap persawahan. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap petani juga menjadi masalah yang terjadi belakangan ini sehingga pada pemilu Presiden yang baru berlangsung perhatian pemerintah terhadap petani menjadi salah satu faktor preferensi pemilih dalam memilih dan menjadi isu yang penting. Selain kurangnya perhatian Pemerintah terhadap petani, keterbatasan SDM petani dan kurangnya teknologi pertanian menjadi salah satu mata rantai penyebab krisis pangan. Hal ini menjadi contoh betapa pentingnya sebuah kebijakan politik pangan pemerintah terhadap sebuah negara.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Analisis Kebijakan Politik Pangan SBY-Boediono 2009-2014 dan menganalisisis apa-apa saja yang menjadi Kebijakan Politik Pangan SBY melalui isi kebijakan dan implementasinya.

B. Perumusan Masalah

Dengan berlalunya masa pemerintahan SBY – Boediono maka dapat kita


(24)

mempengaruhi program ketahanan pangan Indonesia, dengan tujuan menjamin ketersediaan kebutuhan pangan sesuai dengan rencana swasembada pangan pada tahun sebelumnya. Namun pada akhirnya didapati berbagai upaya pemenuhan ketersediaan pangan melalui program import beras dari negara asing. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikanterlebih dahulu, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa-apa saja yang menjadi kebijakan politik pangan SBY-Boediono Periode Tahun 2009-2014, dan bagaimana upaya Impelementasi kebijakan Politik Pangan 2009-2014

C. Pembatasan Masalah

Dalam melakukan Penelitian, perlu membuat pembatasan masalah terhadap apa yang akan di analisa dan diteliti, dengan tujuan untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dan hasil penelitian yang dihasilkan tidak menyimpang dari tujuan awal penulisan yang ingin dicapai. Penelitian ini hanya berfokus pada :

1. Penelitian ini hanya mengkaji tentang analisis kebijakan pangan

2. Penelitian ini mengkaji tentang politik pangan SBY-Boediono

3. Penelitian ini hanya mengkaji tentang Analisis kebijakan Politik Pangan

SBY-Boediono

D. Tujuan Penelitian


(25)

1. Untuk mengetahui isi dari kebijakan Politik Pangan SBY-Boediono pada periode 2009-2014.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis kebijakan politik pangan

SBY-Boediono 2009-2014

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, diharapkan mampu memberikan masukan, infromasi yang bermanfaat, baik bagi peneliti maupun bagi orang lain, yaitu :

1. Secara Akademis, Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan

ilmiah di bidang politik terkait dengan menganalisis kebijakan-kebijakan publik yang dikeluarkan Pemerintah.

2. Secara Kelembagaan, penelitian ini dapat menjadi peluang maupun

evaluasi bagi pemerintah dalam menghasilkan sebuah kebijakan publik yang berhubungan dengan kebutuhan hidup masyarakat.

3. Secara Individu, penelitian ini bermanfaat mengembangkan kemampuan

penulis dalam mengasah kemampuan berpikir secara ilmiah mengenai kebijakan ketahanan pangan


(26)

F. Kerangka Teori

Adapun kerangka teori yang menjadi landasan berfikir penulis dalam penelitian ini adalah:

F. 1 Teori Kebijakan Publik

Kebijakan adalah suatu keputusan yang mencerminkan sikap suatu organisasi terhadap suatu persoalan yang telah, sedang atau akan dihadapi .Kebijakan publik adalah keputusan yang di buat oleh Negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk mengantarkan masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat

pada masa transisi, untuk menuju pada masyarakat yang dicita-citakan.4 Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan.

Menurut Carl Frederich memandang kebijakan publik adalah suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seorang kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan - kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan atau suatu maksud tertentu.5

4

Riant Nugraoho,Public Policy.Jakarta: Elex media Komputindo,2008.Hal.55. 5


(27)

Sebagian dasar pemikiran, macam dan jenis kebijakan publik sangat banyak, namun demikian secara sederhana dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu:

1. Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum atau mendasar, yaitu: Undang-Undang dasar Negara Reoublik Indonesia tahun 1945, Undang – Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,Peraturan Pemeirntah,Peraturan Presiden dan Peraturan Daerah.

2. Kebijakan publik yang bersifat mesoatau menengah berupa penjelasan pelaksanaan. Kebijakan ini dapat berbentuk peraturan menteri, Surat Edaran Kebijakanya dapat pula berbentuk Surat Keputusan Bersama atau SKB antar Menteri, Gubernur dan Bupati atau Walikota.

3. Kebijakan Publik yang bersifat mikro adalah kebijakan yang mengatur kebijakanya adalah peraturan yang dikeluarkan oleh aparat publik di bawah Menteri, Gubernur ,Bupati atau Wali Kota.6

Menurut Lowi kebijakan umum dibagi atas empat tipe, yaitu:7

1. Kebijakan regulatif: kebijakan ini terjadi apabila mengandung paksaan dan

akan diterapkan secara langsung terhadap individu. Artinya adalah bahwa kebijakan ini dibuat agar individu tidak melakukan suatu tindakan yang tidak diperbolehkan. Seperti undang-undang hukum pidana, undang-undang antimonopoli dan kompetisi yang tidak sehat dan berbagai ketentuan yang menyangkut keselamatan umum.

2. Kebijakan redistributif: kebijakan yang bersifat paksaan secara langsung

kepada warga negara, tetapi penerapannya melalui lingkungan. Seperti

6

Riant Nugroho D, Kebijakan Publik Untuk negara-negara berkembang ,Jakarta, 2006. Hal 31 7


(28)

pengenaan pajak secara progresif kepada sejumlah orang yang termasuk kategori wajib pajak untuk memberikan manfaat bagi orang lain melalui berbagai program pemerintah.

3. Kebijakan distributif: kebijakan yang pengenaannya dilakukan secara tidak

langsung (jauh dari pengenaan paksaan secara fisik), tetapi kebijakan tersebut diterapkan secara langsung terhadap individu. Dalam kebijakan ini penggunaan anggaran belanja negara atau daerah untuk memberikan manfaat secara langsung kepada individu, seperti pendidikan dasar bebas biaya, subsidi energi BBM dan sebagainya.

4. Kebijakan konstituen: kemungkinan paksaan secara fisik sangat jauh dari

kebijakan tersebut. Kebijakan ini dapat dikatakan sebagai kebijakan sisa dari ketiga kebijakan diatas. Kebijakan ini mencakup dua lingkup bidang yaitu urusan keamanan nasional dan keamanan dan luar negeri.

Policy atau kebijakan memiliki banyak pengertian yang berbeda – beda. Heclo mengatakan bahwa kebijakan adalah cara bertindak yang sengaja untuk menyelesaikan beberapa permasalahan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurutnya kebijakan lebih dapat digolongkan sebagai suatu alat analisis daripada sebagai suatu rumusan kata-kata. Menurut, Charles O. Jones kebijakan terdiri dari beberapa

komponen – komponen, yaitu8

8


(29)

1. Goal atau tujuan yang diinginkan

2. Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan.

3. Program atau cara tertentu yang telah mendapata persetujuan dan pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

4. Decision atau keputusan, yaitu tindakan – tindakan untuk mementukan tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program.

5. Efek, yaitu akibat – akibat dari progam (baik di sengaja atau tidak primer atau sekunder).

F.2 Proses Perumusan Kebijakan

Dalam pembuatan kebijakan, terdapat proses yang kompleks karena melibatkan banyak bagian dari proses maupun variabel yang harus dikaji. Kebijakan publik adalah suatu kesatuan sistem yang bergerak dari satu bagian kebagian lain

secara berkesinambungan, timbal–balik dan saling membentuk. Kebijakan publik

tidak terlepas dari sebuah proses kegiatan yang melibatkan aktor – aktor yang akan

bermain dalam proses pembuat kebijakan.perumusan kebijakan adalah inti dari

kebijakan publik, karena di dalam perumusan akan dirumuskan batas – batas

kebijakan itu sendiri.9 Tidak semua isu yang dianggap masalah oleh masyarakat perlu

dipecahkan oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan, yang akan memasukkannya kedalam agenda pemerintah yang kemudian diproses menjadi sebuah kebijakan setelah melalui berbagai tahapan.Yaitu :

1. Tahap pertama, perumusan masalah mengenali dan merumuskan masalah merupakan langkah yang paling fundamental dalam perumusan kebijakan.

9


(30)

Untuk dapat merumuskan kebijakan dengan baik, maka masalah – masalah publik harus dikenali dan didefenisikan dengan baik.

2. Tahap kedua, agenda kebijakan. Tidak semua masalah publik akan masuk

kedalam agenda kebijakan. Masalah – masalah tersebut akan berkompetisi

antara satu dengan yang lain. Hanya masalah – masalah tertentu yang pada

akhirnya akan masuk kedalam agenda kebijakan masalah publik yang masuk kedalam agenda kebijakan akan dibahas oleh para perumus

kebijakan. Masalah – masalah tersebut dibahas berdasarkan tingkat

urgensinya untuk dilaksanakan.

3. Tahap ketiga, pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, para perumus kebijakan akan berhadapan dengan berbagai alternatif pilihan kebijakan yang akan diambil untuk memecahkan masalah. Para perumus kebijakan akan dihadapkan pada pertarungan kepentingan antar berbagai aktor yang terlibat dalam perumusan kebijakan. Pada kondisi

ini, maka pilihan – pilihan kebijakan akan didasarkan pada kompromi dan

negoisasi yang terjadi antar aktor yang berkepentingan dalam pembuatan kebijakan tersebut.

4. Tahap keempat, penetapan kebijakan setelah salah satu dari kebijakan alternatif diputuskan untuk diambil sebagai cara pemecahan masalah, maka tahap terakhir dalam pembuat kebijakan adalah menetapkan kebijakan yang


(31)

dipilih tersebut sehingga memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Alternatif kebijakan yang diambil pada dasarnya merupakan kompromi dari berbagai kelompok kepentingan yang terlibat dalam pembuatan kebijakan

tersebut.10

F.3 Analisis Kebijakan

Suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupanya sehuingga dapat memberi landasan dari para pembuat kebijakan dalam

membuat keputusan.11 Analisis yang dimaksud di dalam analisis kebijakan publik

adalah proses dalam menelaah dan memilah unsur-unsur penting yang terkandung di dalam kebijakan publik tersebut. Selain memilah dan menilah bagian-bagian penting yang terkandung di dalam suatu kebijakan, analisis kebijakan publik juga bertujuan untuk menemukan rancangan-rancangan alternatif baru yang ada didalam kebijakan tersebut. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dapat direntangkan mulai penelitian untuk menjelaskan atau memberikan pandangan-pandangan terhadap isu-isu atau masalah-masalah yang terantisipasi sampai mengevaluasi suatu program yang lengkap. Analisis kebijakan diambil dari berbagai macam disiplin dan profesi yang tujuannya

bersifat deskriptif,evaluatif, dan perspektif12

10

Budi Winarno, Op cit., Hal.82. 11

William.N.Dunn Analisis Kebijakan Publik II,Yogyakarta,Gadjah Mada University Press.2003,Hal.95 12


(32)

Sebagai suatu terapan dalam disiplin ilmu analisis kebijakan publik diharaplam dapat menghasilkan informasi dan argumen-argumen yang memiliki dasar logika yang jelas dan mengandung 3 macam tolak ukur utama yaitu :

o Nilai yang pencapainya mertupakan tolok ukur utama untuk melihat apakah

masalah telah teratasi

o fakta yang keberadaanya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian

nilai-nilai

o tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai-nilai.13

Adapun pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan sesorang dalam menganalisis sehingga memiliki dasar logika yang kuat yaitu pendekatan empiris,valuatif dan normatif.

13


(33)

Pendekatan Dalam Analisis Kebijakan Publik Tabel A1.1

Pendekatan Pertanyan Utama Tipe Informasi

Empiris Adakah dan adakah

(fakta)

Deskriptif dan prediktif

Valuatif Apa manfaatnya (nilai) Valuatif

Normatif Apakah yang harus di

perbuat (aksi)

Preskriptif

Sumber : Analisis Kebijakan Publik. William N.Dunn hal 98

Tabel diatas menjelaskan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam menganalisis sebuah kebijakan publik. Pendekatan empirisi menekankan penjelasan berbagai sebab dan akibat dari sebuah kebijakan publik. Pertanyaan utama di dalam pendekatan empiris bersifat faktual dan informasi yang dihasilkan bersifat deskriptif. Contohnya meramalkan, menjelaskan pengeluaran publik untuk kesehatan,

pendidikan atau jalan raya.14 Sebaliknya, pendekatan valuatif lebih menekankan

terhadap penentuan bobot atau nilai yang terkandung didalam kebijakan. Adapun pertanyaan dalam analisisnya adalah berapa nilai dan bobot yang terkandung di dalam kebijakan tersebut, sehingga informasi yang dihasilkan bersifat valuatif. Sebagai contoh, setelah memberikan informasi deskriptif mengenai berbagai macam

14

Thomas Dye,Police Analysis: What Governments Do Why They do it, and what Diffrence it Makes(Univesrity,AL: The University of Alabama Press,1976)


(34)

kebijakan perpajakan, analisi dapat mengevaluasi berbagai cara yang berbeda dalam mendistribusikan beban pajak menurut konsekuensi etis dan moral mereka. Dan yang terakhir adalah pendekatan normatif yang menekankan terhadap rekomendasi serangkaian tindakan-tindakan yang akan datang yang dapat menyelesaikan masalah publik, pertanyaan dalam pendekatan ini adalah yang berkenaan dengan tindakan yang diapilkasikan dari kebijakan publik tersebut. Sebagai contoh, kebijakan jaminan pendapatan minimum tahunan dapat direkomendasikan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah kemiskinan.

G.Definisi & Konsep

G.1 Definisi Ketahanan Pangan

Ketahanan Pangan, yaitu kondisi mensyaratkan terpenuhinya dua sisi secara simultan yaitu (a) sisi ketersediaan, yaitu tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dalam jumlah, mutu, keamanan dan keterjangkauannya serta stabilitas ketersediaannya secara lestari dan (b) sisi konsumsi, yaitu adanya kemampuan setiap

rumah tangga mengakses pangan yang cukup tinggi bagi masing – masing

anggotanya untuk tumbuh, sehat, produktif dan bermanfaat dari waktu kewaktu.

Kedua sisi tersebut memerlukan sistem distribusi yang efisien dan keseluruh golongan masyarakat. Ketahanan pangan dikaitkan dengan 3 (tiga) faktor utama yaitu

a. Kecukupan (ketersediaan) pangan. b. Stabilitas ekonomi pangan.


(35)

Indonesia menerima konsep ketahanan pangan, yang dilegitimasi pada Undang-undang pangan Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan Undang-Undang ini ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemeintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Indonesia memasukkan mutu, keamanan, dan keragaman sebagai kondisi yang harus terpenuhi dalam pemenuhan kebutuhan pangan penduduk secara cukup, merata dan terjangkau.Ketahanan pangan sebagai termuat dalam Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1996 adalah yaitu :

“Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga

yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutu,

aman, merata dan terjangkau”.

Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa swasembada merupakan bagian dari ketahanan pangan.Meskipun demikian, pengertian ketahanan pangan dan swasembada secara konsep dapat dibedakan.Kembali lagi ke pengertian ketahanan pangan yang konsepsinya tidak mempersoalkan asal sumber pangan, apakah dari dalam negeri atau impor.Ketahanan pangan merupakan sebagian dari ketahanan pangan.Meskipun demikian, pengertian ketahanan pangan dan swasembada secara konsep dapat dibedakan.Kembali lagi ke pengertian ketahanan pangan yang konsepsinya tidak mempersoalkan asal sumber pangan, apakah dari dalam negeri atau impor.Ketahanan pangan merupakan konsep yang komplek dan terkait dengan mata rantai sistem pangan dan gizi mulai dari distribusi, produksi, konsumsi dan status


(36)

ketahanan pangan pada beberapa tingkatan: global, nasional, regional dan tingkat rumah tangga dan individu.

G.2 Konsep Penyediaan Pangan

Penyediaan pangan tentunya dapat ditempuh melalui :

a. Produksi sendiri, dengan cara mengalokasikan sumber daya alam

(SDA), manajemen dan pengembangan sumber daya manusia (SDM), serta aplikasi dan penguasaan teknologi yang optimal.

b. Impor dari negara lain, dengan menjaga perolehan devisa yang

memadai disektor perekonomian untuk menjaga neraca keseimbangan

luar negeri.15

H.Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah. Metode dan langkah-langkah dalam penelitian ini menyangkut jenis penelitian, sumber data, teknik penelitian dan teknik analisis data.Pendekatan kualitatif ini diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang diamati dari suatu individu, kelompok masyarakat dan atau organisasi tertentu dalam suatu konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan

15

Bustanul Aripin & didik j Rachbini, Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik, Jakarta, Widiasarana Indonesia, 2001, Hal. 157.


(37)

holistik16. Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis dan menkaji data dan bahan penelitian dalam skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif positivis

H.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitiandeskriptifanalitif .Penelitian library research (tinjuan pustaka) bukan hanya sebuah tulisan diskursif yang berisi publikasi atau penelitian yang sebelumnya secara berurutan dan di susun secara deskriptif semata. Tinjauan pustaka juga bukansekedar laporan yang berisi rangkaian simpulan atas berbagai literatur yang telah dibacadalam topik terkait. Lebih dari itu, sebuah tinjauan pustaka seyogyanya merupakan sebuahtulisan yang mampu memaparkan tema dan mengidentifikasi trend, termasuk teori-teori yangrelevan. Oleh karenanya, dalam menyusun tinjauan pustaka, peneliti tidak hanya berusahauntuk membuat daftar tentang semua publikasi dan penelitian terkait tetapi harus sekaligus dapat melakukan sintesis dan evaluasi terhadap berbagai publikasi dan penelitian tersebutseusai dengan permasalahan dalam penelitian yang akan dilakukan.Dengan menyusun tinjauan pustaka seperti ini, maka peneliti berupaya untuk dapatmengintegrasikan apa saja yang telah dikatakan atau dilakukan oleh peneliti lain sebelumnyamengkritisi hasil penelitian atau publikasi ilmiah yang ada, dan menjembatani berbagai areatopik terkait, ataupun mengidentikasi isu utama dalam bidang terkait

16


(38)

Penelitian deskriptif diartikan sebagai suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai

keadaan saat ini.17Jenis penelitian ini digunakan karena peneliti ingin membuat

deskripsi atau gambaran secara sistematis dari data yang terkumpul dan fakta yang terjadi di lapangan kemudian di analisis.

H.2. Sumber Data

Sumber Data dalam Penelitian ini dikelompokan menjadi dua bagian yakni data primer dan data sekunder;

1. Data Primer adalah data yang sudah tersedia kemudian dikutip

oleh peneliti dalam penelitianya. Data ini berasal dari buku, dan peraturan perundang-undangan tentang ketahanan pangan .

2. Data sekunder adalah data yang diambil oleh peneliti sendiri dari

sumber utama, seperti berita baik dari media elektronik maupun cetak yang membahas tentang ketahanan pangan.

H.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulam data yang digunakan peneliti dalampenelitianini adalah

library research,yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dijalankan dengan cara mengadakan penelitian dengan mencari data dari buku dan penelitian dari hasil peneliti lainnya.

17


(39)

H.4. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa deskriptif kualitatif yang dimulai dari analisis berbagai data yang terhimpun dari suatu penelitian, kemudian bergerak kearah pembentukan kesimpulan kategoris atau

ciri-ciri umum tertentu.18

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan penjabaran rencana penulisan untuk lebih mempermudah dan terarah dalam penulisan karya ilmiah. Agar mendapatkan gambaran yang jelas dan terperinci, maka penulis membagi penulisan skripsi ini kedalam 4 (empat) bab. Adapun susunan sistematika penulisan skripsi ini adalah

BAB I : INDONESIA DAN PERKEMBANGAN KEBIJAKAN POLITIK PANGAN

Pada Bab ini berisi tentang Latar belakang Masalah,Rumusan Masalah,Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan sistematika Penulisan.

BAB II: KEBIJAKAN POLITIK PANGAN SBY-BOEDIONO 2009-2014

Pada Bab ini menguraikan gambaran umum kebijakan pangan Pemerintahan

SBY – Boediono periode 2009-2014 yang berisikan sejarah, gambaran

deskriptif dan kebijakan politik pangan di Indonesia

18

Burhan Bungin.2001.Metode Penelitian social : Format-format kuantitatif dan kualitatif.Surabaya: Airlangga University Pers


(40)

BAB III: ANALISA KEBIJAKAN POLITIK PANGAN SBY BOEDIONO2009-2014

Pada Bab ini akan menyajikan analisa dari penelitian mengenai Analisa

Kebijakan Pemerintahan SBY – Boediono dalam Konteks Politik Pangan

Tahun 2009-2014.

BAB IV PENUTUP

Pada Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan padabab-bab sebelumnya dan saran.


(41)

BAB II

KEBIJAKAN POLITIK PANGAN SBY-BOEDIONO 2009-2014

A.Sejarah Perkembangan Kebijakan Politik Pangan di Indonesia

Kebijakan Pangan adalah kebijakan utama yang harus dimiliki oleh semua negara, karena kebijakan pangan merupakan suatu bentuku keputusan yang dimiiki oleh suatu negara dalam mengatur kebutuhan dan upaya dalam pemenuhan kebutuhan pangan.Di Indonesia kebijakan pangan mengalami banyak perubahan seiring dengan berjalannya pembangunan di Indonesia.Sejak Indonesia merdeka, yaitu rezim pemerintahan Soekarno Indonesia sudah mengenal kebijakan Kasimo sebagai cikal bakalnya lahirnya kebijakan pangan.Hingga sekarang pada pemerintahan Joko widodo dengan kebijakan pangan yang pro-kerakyatan dan petani. Adapu pada bab ini akan dijelaskan sejarah perkembangan kebijakan politik pangan di Indonesia dan perkembangannya serta secara khusus menjelaskan apa yang menjadi kebijakan pangan pemerintahan SBY-Boediono pada periode 2009-2014.

A.1.Indonesia dan Pembangunan

Indonesia adalah suatu wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan potensi alam lainnya, hal ini yang menjadi alasan oleh Belanda untuk menamakan kolonialismenya di Indonesia.Kedatangan Belanda ke Nusantara memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap peta komoditi tanaman pangan Indonesia.Mereka bangsa Eropa lebih tertarik untuk membeli komoditi berupa


(42)

rempah-rempah yang harganya cukup tinggi di Eropa.Posisi Nusantara (Indonesia) yang cukup strategis bagi para pedagang Eropa menjadi lahan persaingan dengan kongsi dagang lainnya di India dan kawasan Asia bagian Tengah lainnya. Untuk tanaman rempah-rempah, bangsa Portugis lebih condong mencari di Kawasan Indonesia Bagian Timur seperti Maluku, Nusa tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat .Pada masa itu Indonesia berada di posisi yang sangat strategis bagi para pedagang-pedagang asing, daerah yang memiliki banyak pantai yang landai sehingga para pedagang dapat berlabuh dan diapit oleh Asia dan Australia. Keuntungan Indonesia bukan hanya posisinya yang sangat startegis Indonesia juga dilintasi oleh garis

Khatulistiwa19 dan sifat tanahnya yang memungkinkan bisa lebih banyak ditanami oleh jenis tanaman lain. Kaya akan sumber daya alam memunculkan keinginan Belanda untuk membentuk kolonialisme di Indonesia dengan menjadikan Indonesia

sebagai sumber bahan – bahan produksinya, disebabkan kondisi geografis Belanda

tidak dapat menghaislkan kebutuhan-kebutuhan pertanian.

Kedatangan Belanda dengan konsep dagang VOC (Vereenigde Oostindische

Compagnie)20 menjadi salah satu indikator masyarakat Indonesia mengenal konsep dagang Modern dan pola pertanian modern. Pemerintahan VOC di Indonesia

19

Khatulistiwa merupakan sebuah garis imajinasi yang digambar di tengah-tengah planet di antara dua kutub dan paralel terhadap poros rotasi planet.Garis khatulistiwa ini membagi Bumi menjadi dua bagian belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Garis lintang ekuator adalah 0°http://id.wikipedia.org/wiki/Khatulist iwa

20

VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) adalah sebuah Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC) yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah persekutuan dagang asal Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Vereenigde_Oostindische_Compagni.


(43)

membentuk pembangunan dalam sarana dan prasaran dan mendidik masyarkat dalm mengenal teknologi pertanian. Pada awalnya VOC hanya mengeksplotasi sumber daya alam, dan pertanian namun niat VOC berubah dengan bmenjadikan Indonesia sebagai negara bagian dari Belanda.

Proses perjuangan menuju kemerdekaan sangat sulit untuk diperoleh, setelah lepas dari kolonialisme Belanda, Jepang kembali menjajah Indonesia selama tiga tahun enam bulan, yang mengantarkan ide bahwa Jepang adalah saudara jauh, namun pada akhirnya memiliki niatan untuk memonopoli Indonesia sehinggan Jepang memiliki basis kekuatan di Asia tenggara. Namun Kolonialisme yang dilakukan Belanda menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara agraris, maritim dan industri yang berpengaruh di dunia internasional, karena Indonesia mengenal industri pertanian modern yang diajarkan oleh Belanda.

Dikenal sebagai negara yang kaya akan hasil bumi dan pernah menjadi salah satu negera pengekspor beras dan minyak kelapa sawit di dunia industri pangan internasional, tak lepas dari pengetahuan yang diperoleh dari kolonialisme Belanda , dan peran para pemimpin bangsa yang memimpin Indonesia sejak awal kemerdekaannya hingga sekarang. Pemerintahan Soekarno menjadi Presiden yang membangun fondasi awal sektor pertanian Indonesia, dengan mendirikan lembaga


(44)

yang mengontrol ketersediaan pangan dan bahan pangan di Indonesia yang menjadi

Perum BULOG (Badan Usaha Logistik) 21

Keberhasilan produksi pangan Indonesia mendunia seiring dengan berubahnya pemerintahan, swasembada beras pertama yang merupakan bagian dari pelita IV ( pembangunan lima tahun), yang di canangkan oleh presiden Soeharto dalam kabinet pembangunan IV merupakan indikator kemajuan Indonesia sebagai negara agraris. Pembangunan pertanian memang menjadi fokus utama dalam PELITA IV yang merupakan bagian dari kebijakan Pemerintahan Soeharto. Kebijakan PELITA IV yang berfokus pada pembangunan pertanian ikut membangun ketahanan pangan Indonesia di era pemerintahan Soeharto, pada orde baru kasus krisis pangan jarang terjadi namun pada masa transisi antara orde baru dan reformasi gejolak dan kisruh yang terjadi membuat kondisi keamanan pangan menurun, sehingga harga kebutuhan pokok yang disebabkan kurangnya ketersediaan kebutuhan pangan dan kemampuan pemerintah dalam mengontrol kondisi negara pada masa itu. Reformasi lahir menjadi jawaban yang diharapkan rakyat setelah 30 tahun di pimpin oleh orde baru.Adanya masa transisi antara orde baru menjadi era penyesuaian Indonesia yang sebelumnya di pimpin dengan mekanisme otoriter menjadi Indonesia yang memiliki demokrasi seutuhnya.

21

Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau disingkat Perum Bulog adalah sebuah lembaga pangan di Indonesia yang mengurusi tata niaga beras.Bulog dibentuk pada tanggal 10 Mei 1967 berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor 114/Kep/1967.Sejak tahun 2003, status Bulog menjadi


(45)

Bila melihat era transisi orde baru dan reformasi pemerintah yang masih disibukan dengan fokus perbaikan dan kebangkitan Indonesia dari keterpurukan pasca

kisruh dan chaos transisi orde baru ke reformasi, pemerintah lebih mengeluarkan

kebijakan yang lebih mengutamakan perbaikan birokrasi dan kebijakan yang berhubungan dengan industri dan produksi dan melupakan jati diri Indonesia sebagai negara agraris. Kebangkitan Indonesia menjadi negara yang demokrasi seutuhnya setelah lepas dari bayangan otorirter era orde baru melahirkan isu kebangiktan pertanian dan ketahanan pangan.Hal ini mulai menjadi isu yang penting bagi calon pemimpin lainya dalam pemilihan umum.Pasca Indonesia dilanda bencana kelaparan pasca kekeringan khususnya daerah Indonesia timur dan Nusa tenggara.presiden SBY yang memerintah sebanyak dua periode mulai memperhatikan masalah krisis pangan yang dinilai tidak sesuai dengan wacana kebijakan ketahanan pangan SBY pada kedua periode kepemimpinan yaitu mencapai swasembada beras.

A. 2 Sejarah Kebijakan Ketahanan Pangan Indonesia

Sejarah lahirnya kebijakan ketahanan pangan sudah ada sejak awal

kemerdekaan, presiden Soekarno mengeluarkan program kasimo 22 Program ini

bertujuan untuk pemenuhan swasembada pangan dengan meningkatkan produksi pertanian bila melihat kemasa kolonialisme Belanda, pemerintah Belanda pernah

menjalankan kebijakan yang serupa yaitu kebijakan Olie vlek23. Olie vlek adalah

22Leon A Mearss “Kebijakan Pangan” dalam Anne Both.1990

Ekonomi orde baru.Jakarta.LP3ES.Hal 39 23


(46)

penyuluhan yang berupa upaya meningkatkan pertanian masyarakat Indonesia menuju yang lebih modern. Program kasimo yang dijalankan oleh presiden soekarno terbilang gagal, karena banyaknya kendala yang dihadapi pada masa itu selain rendahnya tingkat pendidikan pada masyrakat, secara umum kurangnya fasilitas yang mendukung menyebabkan gagalnya program ini. Soekarno kembali lagi mengeluarkan kebijakan BIMAS yaitu program (bimbingan masyarakat) yang kembali lagi gagal karena menilai bahwa program bimas sama seperti program kasimo sebelumnya, selain itu masyarakat beranggapan bahwa kebijakan ini lebih mementingkan kepentingan pribadi bila dibandingkan rakyat dan menyebabkan krisis pangan pada tahun 1963, sehingga presiden soekarno mengeluarkan kebijakan jagung

sebagai pengganti pangan 24 Pasca berakhirnya pemerintahan Soekarno pada 12

Maret 1967, dan di gantikan oleh Soeharto maka berakhir juga program dan kebijakan ketahanan pangan Presiden Soeharto dan keluarnya kebijakan Soeharto

yaitu PELITA25.

Pada era Pemerintahan Soeharto upaya pemenuhan kebutuhan pangan sudah menjadi fokus utama seiring dengan keluarnya program pembangunan lima tahun (PELITA) yang di bagi atas empat tahap yaitu I, II, III, IV yang berhasil membawa Indonesia kepada Swasembada beras pada tahun 1984. Dimana ada tiga tahap pembangunan pertanian dan pangan di Indonesia dalam era pemerintahan orde baru

24

Ibid hal 40 25

Pembangunan Lima Tahun/PELITA, suatu strategi pembangunan pada zaman pemerintahan Soeharto di Indonesia yang diwujudkan dalam Kabinet Pembangunan Ibid Hal 39


(47)

yaitu, 1967-1978 (fase konsolidasi), 1984 (fase swasembada beras), dan yang terakhir adalah fase yang tidak tercapai diakibatkan gagalnya PELITA yang seharusnya

tinggal landas menjadi tinggal kandas 26. Upaya presiden Soeharto dalam program

swasembada beras membuahkan penghargaan dari FAO (Food Agriculture

Organization) yang menjadi kunci sukses presiden Soeharto dalam menghasilkan swasembada beras pada tahun 1986 adalah kebijakan dan program pertanian nyang secara spesifik didalam pelita IV dalam hal teknologi dan revolusi biologi sehingga menghasilkan bibit unggul dan program dalam mendistribusikan hasil pertaninan sehingga kebutuhan masyarakat akan beras terpenuhi dan berswasembada. Upaya presiden Soeharto dengan IPB (Institut pertanian Bogor ) dalam meningkat kualitas bibit padi dan menghasilkan variets unggul disebut sebagai “Revolusi Hijau” 27

. Berakhrinya pemerintahan Soeharto 21 Mei 1998 Indonesia memasuki masa transisi yang ememrlukan adanya penyesuaian antara era orde baru dan reformasi.

Pada masa transisi dari era orde baru ke reformasi, Indonesia berada di posisi yang fluktatif dengan hadirnya sejumlah tekanan-tekanan dari dalam masyrakat dan demonstrasi yang menuntut adanya pembaharuan, sehingga harga kebutuhan pokok melambung tinggi dan isu keamanan pangan semakin menambah kekacuan di lingkungan masyrakat.Stabilisasi harga ternyata harus ditebus cukup mahal dengan

26

Bustanul Arifin.2004.Analisis Ekonomi Pertaninan Indonesia.Jakarta.Kompas. Hal 5-12 27

Istilah Revolusi Hijau di kemukakan oleh salah satu staf USAID, William S.Gaud pada tahun 1968 semula istilah itu digunakan untuk menyambut pemulian bibit varietas unggul gandum dan padi yang dampaknya akan mampu menggoyang “Revolusi Merah” Komunisme Internasional. Francis Wahono. 1994. “Dinamika Ekonomi Desa sesudah 25 tahun Revolusi Hijau.” Dalam Prisma, edisi 3 maret 1994.Jakarta.1994.Prisma hal 3-21


(48)

meminimalkan peran pemerintah (intervensi), termasuk menanggalkan peran

bulog.Penandatanganan Letter of Intent (LoI)28 pada tanggal 21 Oktober 1997 yang di

dalamnya berisikan poin penting di bidang kebijakan pertanian.Bulog harus meninggalkan praktik monopoli beras dan peran pengawasan terhadap harga -harga produk pertanian ataupun kebutuhan pokok seperti beras, gula, cengkeh, kedelai, dan lain-lain.Dalam hal ini, pemerintah tidak lagi diberikan wewenang untuk melakukan kontrol (intervensi) langsung atas harga komoditi-komoditi utama pangan.Pasca kejatuhan presiden Soeharto lahirlah kebijakan baru dari sektor industri pangan yaitu menyerahkan kendali terhadap produksi dan pasar pangan kepada mekanis pasar yang liberal.

Sedangkan pada era Reformasi adalah era dimana pemerintahan reformasi melanjutkan kembali sejumlah poin kesepakatan yang harus dipenuhi oleh pemerintah Indonesia yang tertuang di dalam LoI dengan IMF. Melalui Undang-Undang No 23 Tahun 1999, dilakukan penghapusan fasilitas pemberikan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang selama ini melekat pada Bulog. KLBI merupakan fasilitas finansial yang diberikan kepada Bulog untuk membeli kelebihan produksi beras yang dihasilkan oleh petani.Praktis dengan begitu, Indonesia tidak lagi memiliki payung hukum yang jelas mengenai keberadaan kelembagaan lumbung

28

Letter of intent adalah sebuah pernyataan tertulis yang menyatakan keinginan dari pembuatnya untuk masuk ke dalam perjanjian bisnis formal dengan entitas atau orang lain. http://kamusbisnis.com/arti/letter-of-intent/


(49)

pangan nasional.29Presiden Megawati melalui Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 2003.Pemerintah nampaknya sedikit berhati-hati menetapkan status bulog agar tidak melanggar ketentuan yang digariskan melalui LoI 1998. Melalui peraturan pemerintah tersebut, untuk pertama Bulog ditempatkan sebagai lembaga logistik

dengan misi ganda, yaitu misi publik (Public Service Obligation)30 dan misi

komersial atau misi mencari keuntungan. Untuk misi PSO, Bulog diarahkan menjadi pemasok tunggal bagi program beras miskin (raskin) yang diharapkan mampu mempengaruhi harga beras (stabilisasi).Melalui peraturan pemerintah itu pula Bulog ditetapkan status kelembagaannya dari Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) menjadi Perusahaan Umum yang berada di bawah naungan Kementrian BUMN. Pemerintahan SBY-JK adalah era pemerntahan

Era kepemimpinan SBY-JK, liberalisasi semakin diperluas di sejumlah

komoditas31.Pada prinsipnya, kebijakan tersebut hanya melanjutkan kembali

poin-poin kesepakatan yang belum dilaksanakan oleh pemerintahan reformasi sebelumnya. Tetapi tanpa proteksi penuh dari pemerintah, petani lokal akan sulit bertahan ketika menghadapi pasar bebas. Angka impor komoditi pangan utama terus melonjak,

29

Dikutip dari http://pangan.agroprima.com Selasa 24 Februari 2015 19.23 30

PSO adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh negara akibat disparitas/perbedaan harga pokok penjualan BUMN/swasta dengan harga atas produk/jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah agar pelayanan produk/jasa tetap terjamin dan terjangkau oleh sebagian besar masyarakat (publik).http://www.anggaran.depkeu.go.id/PS

31

Komoditas :sesuatu benda nyata yang relatif mudah diperdagangkan, dapat diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu dan dapat dipertukarkan dengan produk lainnya dengan jenis yang sama, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh investor melalui bursa berjangka. Secara lebih umum, komoditas adalah suatu produk yang diperdagangkan, termasuk valuta asing, instrumen keuangan dan indeks.Sedangkan dikutip dalam http://.wikipedia.org/wiki/Komoditasi.pada hari Rabu 24 Februari 2015 Pukul 18.25


(50)

bahkan untuk komoditi pangan lainnya selain tanaman pangan utama.Paradigma kebijakan di sektor pertanian dari Presiden Yudhoyono masih meneruskan paradigma usang yang masih bergantung pada komoditi beras, yaitu orientasi untuk mencapai swasembada beras.Presiden Yudhoyono sempat pula memberikan kewenangan monopoli impor beras kepada Bulog di akhir tahun 2007. Tetapi sayangnya, kewenangan tersebut tidak banyak membantu mengatasi dinamika harga beras di dalam negeri yang rawan dengan gejolak harga

Adapun sejarah perkembangan kebijakan ketahanan pangan dapat dijelaskan melalui tabel di bawah ini :


(51)

Table 2.1 Sejarah Kebijakan Pangan Indonesia Sejak 1952

(Dikelolah sendiri dari Mears 1984, Mears and Moeljono 1981 dan berbagai sumber)

Orde Rezim

Pemerintahan

Kebijakan pangan Catatan

Orde lama (Paska kemerdeka an) Soekarno 1952-1956 Swasembada Beras Melalui Program kesejahteraan Kasimo

1950-1952: BAMA (Yayasan Bahan Makanan)

1953-1956: YUBM (Yayasan Urusan Bahan Makanan.) Soekarno 1956-1964 Swasembada Beras Melalui Program Sentra Padi

1956: YBPP (Yayasan Badan Pembelian Padi)

1963: Substitution Jagung

1964: PP No. 3 – Food Material Board*

1964: Bimas’ dan “Panca Usaha” Tani

Pemerintahan Transisi 1965-1967 1966: Komando Logistik Nasional

(KOLOGNAS)

1967: Dibubarkannya KOLOGNAS 1967: 14/05, Badan Urusan Logistik (BULOG) didirikan

dan berfungsi sebagai pembeli beras tunggal

Orde Baru (Orde Pembangun an)

Soeharto’ Repelita 1 & 2

1969-1979

Swasembada beras 1969: Tambahan tugas Bulog: Manajemen Stok

Penyangga Pangan Nasional – dan penggunaan neraca

pangan nasional sebagai standar ketahanan pangan.

1971: Tambahan tugas Bulog sebagai pengimpor gula

dan gandum

1973: Lahirnya Serikat Petani Indonesia 1974: Tambahan tugas Bulog: Pengadaan daging untuk

DKI Jakarta

1974: Penggunaan Revolusi Hijau untuk mencapai

swasembada beras

1977: Tambahan Tugas Bulog: Kontrol impor kacang

kedelai.

1978: Penetapan harga dasar jagung, kedelai, kacang

tanah dan kacang hijau

Soeharto’ Repelita 3 & 4

1979-1989

Swasembada Beras 1978: Keppres39/1978, Pengembalian tugas Bulog

sebagai kontrol harga untuk gabah, beras, tepung

gandum, gula pasir dll.

1984: Medali dari FAO atas tercapainya Swasembada

Pangan.

Soeharto’ Repelita 5,6 & 7

1989-1999

Swasembada Beras 1995: Penganugerahan pegawai Bulog sebagai Pegawai

Negeri Sipil

1997: Perubahan fungsi Bulog untuk mengontrol hanya

untuk harga beras dan gula pasir. 1998: Penyempitan peran Bulog yang berfungsi sebagai


(52)

pengontrol harga beras saja.

Reformasi: (Transisi)

Habibi 1998/1999

Swasembada Beras 1998/1999: Penjualan Pesawat IPTN yang ditukar

dengan Beras Thailand. A. Wahid

1999/2000

Swasembada Beras 2000: Penugasan tugas Bulog untuk management logistic

beras (penyediaan, distribus dan control harga)

Reformasi : (setelah 2000)

Megawati 2000/2004

Swasembada Beras 2003: Privatisasi Bulog

2004: No-Option Strategy Kecuali Swasembada Beras.

S. Bambang Yudoyono (SBY) (2004-2009)

Revitalisasi Pertanian 2005: “revitalisasi pertanian” – komitment (janji) untuk

peningkatan pendapatan pertanian untuk GDP,

pembangunan agribisnis yang mampu menyerap tenaga

kerja dan swasembada beras, jagung serta palawija.

Sumber :Jonatan Lassa, Politik Ketahanan Pangan Indonesia 1952-2005 hal 6

B. Gambaran deskriptif Kondisi Sosial Politik dan Ekonomi Indonesia pada pemerintahan SBY-Boediono

Kemenangan SBY-Boediono,dalam Pemilu 2009 merupakan celah yang menjadi upaya terbesar Partai demokrat, dan SBY dalam menjalankan Pemerintahan

dalam bentuk marathon pembangunan sejak tahun 2004 – 2009 sampai akhir masa

jabatan dalam periode kedua. Sebagai pemimpin negara dan pemerintahan presiden memiliki hak untuk membentuk kabinet yang berisikan menteri-menteri yang bertugas dalam membantu presiden dalam menjalankan fungsinya.

Dalam hal memilih siapa-siapa yang memangku jabatan sebagai perpanjangan tangan presiden terdiri dari tokoh-tokoh yang berasal dari golongan profesional dan usulan-usulan dari partai anggota koalisi yang berasal dari usulan partai politik pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang mendapatkan kursi di DPR (Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB) ditambah Partai Golkar yang


(53)

bergabung setelahnya32. Kabinet yang dibentuk Oleh Presiden SBY pada periode kedua disebut sebagai Kabinet Indonesia Bersatu II.Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II diumumkan oleh Presiden SBY pada 21 Oktober 2009 dan dilantik sehari

setelahnya33.

Dalam kurun waktu 2 Tahun pertama Kabinet Indonesia Bersatu II mengalami

banyak proses reshuffle dengan berbagai alasan. Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY

mengumumkan pergantian Menteri Keuangan pada tanggal 18 Oktober 2011, Presiden SBY mengumumkan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II, beberapa wajah baru masuk ke dalam kabinet dan beberapa menteri lainnya bergeser jabatan di dalam kabinet pada tanggal 13 Juni 2012, Presiden SBY mengumumkan pergantian

Menteri Kesehatan dimana pejabat sebelumnya telah meninggal dunia.34

Bila melihat kembali kenyataan yang terjadi antara masa pemerintahan Soeharto pada dan SBY-Boediono keduanya pernah mengalami fase pasang surut dalam masa memimpin di Indonesia.jika ditinjau dari kebijakan-kebijakan dan rencana dalam sektor pertanian keduanya memiliki rencana dan rancangan untuk melakukan Swasembada dalam sektor pangan, Presiden Soeharto yang telah berhasil

32

Dikutip http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2009/10/14/brk,20091014-202673,id.html Rabu 3 Maret 2015 pukul 22.40

33

Dikutip pada http://www.presidensby.info/fokus/2009/10/21/4797.html Selasa 3 Maret 2015 pukul 23.02.WIB 34

Dikutip pada http://id.wikipedia.org/wiki/Kabinet_Indonesia_Bersatu_II.html Rabu 4 Maret 2015 pukul 01.00.WIB


(54)

melaksanakan swasembada beras pada puncaknya yaitu Tahun 1984 Presiden

Soeharto ketika itu menerima penghargaan dari Organisasi Pangan Dunia (FAO).35

B.1. Visi dan Misi Pemerintahan SBY-Boediono

Guna melanjutkan pembangunan Indonesia yang telah dilaksanakan pada pemerintahan sebelumnya, meneruskan apa-apa yang sudah baik dan melakukan

Perubahan yang diperlukan (Change) untuk hal-hal yang belum berhasil dilaksanakan

agar mencapai hasil yang lebih baik lagi untuk memajukan Bangsa dan Negara Indonesia dan memberikan Kesejahteraan bagi segenap Rakyat Indonesia.

Adapun yang menjadi visi dan misi SBY-Boediono adalah Visi :

Terwujudnya Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur

1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera

2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi

3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang Misi :

Mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera aman dan damai dan meletakan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis.

1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi Indonesia untuk mencapai

Kesejahteraan bagi seluruh Rakyat Indonesia.

2. Melanjutkan upaya menciptakan Good Government dan Good

Corporate Governance.

3. Demokratisasi Pembangunan dengan memberikan ruang yang

cukup untuk partisipasi dan kreativitas segenap komponen Bangsa.

4. Melanjutkan penegakan hukum tanpa pandang bulu dan

memberantas korupsi.

35

Dalam skripsi: Sri Gusti Ayu.2010.Kebijakan Pemerintahan SBY-JK dalam konteks politik pangan 2004-2009.Medan:FISIPUSU Hal


(55)

5. Belajar dari pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain, maka Pembangunan Masyarakat Indonesia adalah pembangunan

yang inklusif bagi segenap komponen bangsa36

Guna mewujudkan visi dan misi pemerintah di Indonesia maka telah dirancang 13 Pokok-pokok Program Kerja sebagai berikut:

1. Melanjutkan Program Pendidikan Nasional. 2. Melanjutkan Program Kesehatan Masyarakat. 3. Melanjutkan Program Pengentasan Kemiskinan.

4. Menciptakan lebih banyak lagi Lapangan Kerja bagi Rakyat Indonesia. 5.Melanjutkan Program Pembangunan Infrastruktur Perekonomian Indonesia. 6.Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Swasembada Beras, Gula, Jagung, dsb.

7.Menciptakan Ketahanan Energy dalam menghadapi Krisis Energi Dunia. 8. Menciptakan Good Goverment dan Good Corporate Governance. 9. Melanjutkan proses Demokratisasi.

10.Melanjutkan pelaksanaan Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi. 11. Pengembangan Teknologi.

12. Perbaikan Lingkungan Hidup.

13. Pengembangan Budaya Bangsa.37

C. Konsep Ketahanan dan Kedaulatan Pangan

Ketahanan Pangan, yaitu kondisi mensyaratkan terpenuhinya dua sisi secara simultan yaitu (a) sisi ketersediaan, yaitu tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dalam jumlah, mutu, keamanan dan keterjangkauannya serta stabilitas ketersediaannya secara lestari dan (b) sisi konsumsi, yaitu adanya kemampuan setiap

rumah tangga mengakses pangan yang cukup tinggi bagi masing – masing

anggotanya untuk tumbuh, sehat, produktif dan bermanfaat dari waktu kewaktu. Dari

36

Dikutip dari :https://www.academia.edu/9239416/Masa_Pemerintahan_SBY_selama_10_tahun Senin 2 Maret 2015 15.35

37


(56)

uraian diatas pebulis membedakan konsep ketahanan dan kedaulatan pangan yakni, secara global (umum) dan Indonesia secara khusus

C.1 Konsep Global Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan berasal dari kata food security (:eng), yang memiliki arti

yang luas sehingga dapat dinterpretasikan oleh sudut pandang masing-masing, dan diterjemahkan berdasarkan kondisi lingkungan dan zaman. Pada era Perang dunia ke

II (World war II) krisis pangan terjadi di semua negara, sehingga interpretasi

ketahanan pangan pada masa ini adalah bagaimanaa negara dapat mengatasi kelaparan yang mendunia pasca perang dunia ke II pada tingkat nasional negara masing-masing. Sedangkan pada tahun 1970 kekeringan yang melanda Afrika menyebabkan krisis pangan yang dialami negara-negara Afrika utara dan tengah sehingga mengharuskan dunia internasional meningkatkan interpretasi terhadap ketahanan pangan dengan menyediakan sebagian dari stok pangan untuk mengurangi krisis pangan yang melanda Afrika. Kondisi ini mendapat perhatian dunia sehingga dilegitimasi melalui sebuah Konferens Pangan Dunia tahun 1974 yang d

selenggarakan oleh Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) –Food and Agriculture

Organization (FAO). Sehingga memunculkan makna ketahanan pangan dalam lingkup internasional yaitu berupa hak untuk memiliki pangan secara teratur, permanen dan bisa mendapatkannya secara bebas, baik secara cuma-cuma maupun membeil dengan jumlah dan mutu yang mencukup , serta cocok dengan tradisi


(57)

kebudayaan rakyat201416mengkonsums nya. Menjam n pemenuhan hak rakyat untuk menjalan hidup yang bebas dar rasa takut dan bermartabat, baik secara fisik maupun

mental, serta secara individu maupun kolektif.38

Pemahaman ini memberikan deskripsi kepada dunia bahwa ketahanan pamngan hanya pada tingkat indvidu, keterbatasan pemahaman ketahanan pangan sebagai ketersediaan pangan pada tingkat nasional dan global seperti diatas mendapatkan pencerahannya ketika terjadi krisis pangan, yang sekali lagi terjadi di Afrika pada pertengahan tahun 1980-an, dimana secara global ketersediaan pangan cukup untuk memenuh seluruh penduduk dunia.

Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ketersediaan pangan yang cukup pada tingkat nasional dan global tidak secara otomatis menunjukkan kondisi ketahanan pangan pada tingkat indivdu maupun rumah tangga.Para pakar dan praktis pembangunan kemudian menyadar bahwa kerawanan pangan bisa terjad dalam kondisi dimana ketersediaan pangan cukup tetap kemampuan memperoleh pangannya

tidak cukup.39

Konferensi Pangan Tingkat Tinggi tahun 1996, yang diselenggarakan oleh FAO, dengan memberikan pengertian baru berkenaan dengan ketahanan pangan,

yaitu food security exists when all people, at all times, have physical and economic

access to sufficient, safe and nutritious food to meet their dietary needs and food

38

Di kutip dari dokumen Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014.Hal 24 39


(1)

sedangkan keuntungan kedua adalah keuntungan yang diperoleh masyarakat, yaitu masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya tanpa takut akan tingginya harga kebutuhan pokok yang disebabkan faktor proses distribusi dan tingginya permintaan terhadap ketersediaan pangan. Sedangkan berdasarkan pendekatan Normatif usaha pemerintah dalam mengapilkasikan kebijakan keterjangkauan pangan dengan mengadakan program operasi pasar di saatn tingginya harga pangan dan mengadakan program raskin (beras miskin) agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan utama dalam pangan yaitu karbohidrat.

7. Kesimpulan yang dapat dianalisis dari kebijakan Pangan dan gizi adalah secara empiris (sebab dan akibat) kebijakan pangan dan gizi bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi yang terkandung di dalam pangan yang dikonsumsi seluruh masyarakat Indonesia, karena pada masa pemerintahan sebelumnya Indonesia mengalami kasus gizi buruk khususnya di daerah yang rawan bencana kekeringan seperti NTT dan Irian jaya (Papua) dan diharapkan memberikan efek positif (akibat) yaitu menurunnya tingkat gizi buruk dan mal nutrisi pada masyarakat menengah kebawah dan wilayah yang terancam gizi buruk. Secara Valuatif usaha pemerintah dalam meningkatkan kualitas pangan memberikan keuntungan dalam sektor ekonomi dengan tingginya minat masyarakat terhadap


(2)

pembelian bahan pangan yang tinggi akan gizi, dan masyarakat memperoleh makanan yang memiliki gizi tinggi sesuai dengan biaya (cost) yang dikeluaran. Secarar normatif, pemerintah mengimplementasikan kebijakan ini melalui program-program seperti pemberian susu formula bagi bayi, balita dan ibu menyusui, serta peningkatan kualitas beras raskin.

8. Dari analisis penulis dapat disimpulkan bahwa kebijakan politik ketahanan pangan pemerintahan SBY-Boediono adalah kebijakan politik yang baik, berdasarkan isi dan tujuan pemerintahan SBY-Boediono dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi pangan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan dan meningkatakn pendapatan Negara.Kedaulatan pangan adalah isu penting bagi semua negara di dunia internasional, dengan harapan krisis pangan adalah kunci dalam mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kemajuan sebuah negara. dengan ansumsi bahwa dengan terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat, maka masyarkat memilik kesempatan untuk memenuhi kebutuhan lainya terutama pendidikan, dengan terpenuhinya standar pendidikan dan meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat Indonesia maka semakin meningkatnya kualitas masyarakat Indonesia


(3)

9. Maka kebijakan politik pangan pemerintahan SBY-Boediono 2009-2014 melalui KUKP (Kebijakan umum Ketahanan Pangan) telah memiliki peran dan fungsi yang baik sebagai kebijakan yang mengatur ketahanan pangan yang berfungsi dalam pembangunan sumber daya manusia. Yaitu secara empiris (sebab yang dihasilkan pengalaman sebelumnya) kebijakan ketahanan pangan memiliki poin yang mengatur ketersediaan pangan dalam kebijakan ketersediaan pangan, Secara Valuatif (nilai) melalui kebijakan keterjangkauan pagan yaitu kebijakan yang mengatur agar masyarakat dapat menjangkau kebutuhan pangannya dan secara Normatif melalui kebijakan pangan dang gizi, yaitu pangan yang diperoleh masyarakat memiliki kualitas gizi yang baik sehinga menghasilkan sumber daya manusia yang baik bagi Indonesia.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aripin, Bustanul & Rachbini, didik. 2001, Ekonomi politik dan kebijakan public, Jakarta:Widiasarana Indonesia.

Agustino Leo.2008.Dasar-Dasar kebijakan Publik.Bandung: Alfabeta

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian sosial : Format-format kuantitatif dan kualitatif. Surabaya: Airlangga University Pers.

Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta : Kencana

Bustanul Aripin & didik j Rachbini. 2001. Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik, Indonesia, Jakarta : Widiasarana

Bustanul Arifin.2004.Analisis Ekonomi Pertaninan Indonesia ,Jakarta : Kompas. Dantes, Nyoman. 2009. Metode Penelitian,Yogyakarta: Andi Offset

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Ed. Kedua.Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Gunawan, Imam S. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Greg Barton. 2002. Abdurrahman Wahid, Muslim democrat, Indonesian president: a view from the inside,Sydney: UNSW

Hamdi, Muchlis. 2013. Kebijakan Publik Proses, Analisis, dan Partisipasi. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia

Leon A Mearss “Kebijakan Pangan” dalam Anne Both.1990Ekonomi orde

baru.Jakarta : Elex media Komputindo

Nugraoho, Riant. 2008. Public Policy. Jakarta: Elex media Komputindo

Nugroho, Riant. 2011. Public Pilicy: dinamika kebijakan- analisis kebijakan manajemen kebijakan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo


(5)

Parson , Wayne. 2005. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, alih bahasa oleh Tri Wibowo Budi Santoso. Jakarta: Kencana Racbini, Didik J. Dkk. 2001. Ekonomi Politi dan Kebijakan Publik. Jakarta: PT Grasindo

Sinaga , Rudi Salam. 2012. Pengantar Ilmu Politik. Medan: Penerbit Graha Ilmu Soewadji Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana

Media.

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Kompas Gramedia

Suryana, MS. 2012. Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional. Palembang.UNSRI

Wahono Francis. 1994. “Dinamika Ekonomi Desa sesudah 25 tahun Revolusi Hijau.” Dalam Prisma, edisi 3 maret 1994.Jakarta.1994.Prisma

Zainal, said Abidin. 2004. Kebijakan Publik, Jakarta: Yayasan Pancur Siwah Lain-lain

Web :

https://www.academia.edu http://www.bps.go.id3

http://boedionomendengar.com http://kedaulatanpangan.net http://kamusbisnis.com http://id.wikipedia.org/wiki http://pangan.agroprima.com http://www.anggaran.depkeu.go.id http://news.detik.com


(6)

http://www.presidensby.info http://www.setneg.go.id/

Jurnal Dan Skripsi :

Sri Gusti Ayu.2010.Kebijakan Pemerintahan SBY-JK dalam konteks politik pangan 2004-2009.Medan:FISIPUSU

Achmad Suryana.2012.Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional. Palembang:UNSRI.Pers

Undang-undang Dan Kebijakan

Kebijakan Umum Ketahanan Pangan SBY-Boediono Undang-Undang NO 45 tahun 2004

Undang-undang Nomor 18 tahun 2009