Pendidikan Politik Muhammadiyah (Studi : Analisis Filosofis)

(1)

PENDIDIKAN POLITIK MUHAMMADIYAH Studi : Analisis Filosofis

Skrpsi

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan

Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Politik

D I S U S U N OLEH :

YURIAL ARIEF LUBIS 060906047

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

KATA PENGHANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Salam keadilan buat kita semuanya !!!

Segala puji bagi Allah SWT yang menciptakan manusia dengan akal pikiran dan hati sehingga manusia dapat berpikir untuk mencapai suatu kebenaran dan senantiasa melihat sesama agar apa yang dilakukan umat manusia mendapat ridho Allah SWT, dan selalu lah mengingat allah dan bersyukur kepada allah dan jangan pernah kita mengingkari nikmat allah ,agar kita tergolong orang yang bertaqwa , Shalawat dan salam juga kita berikan kepada rasulullah muhammad SAW yang telah membawa umat manusia kejalan yang benar untuk mencapai ridho Allah SWT dan semoga safaat beliau akan kita dapatkan.

Tiada kata selain rasa syukur yang sangat mendalam kepadamu ya RAAB, akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul” PENDIDIKAN POLITIK MUHAMMADIYAH STUDI: ANALISIS FILOSOFIS. Engkau telah memberikan petunjukmu kepada hambamu ini ya ALLAH,sehingga hambamu ni dapat menyelesaikan meskipun berbagai cobaan selama pembuatan skripsi ini sering menghampiriku ya RABB ,

Saya juga bersyukur kepadamu ya ALLAH telah memberikan seorang papa tercinta yaitu ayahanda Zulfikri Lubis yang banyak mengajarkan kepada saya akan arti hidup dan selalu membimbing saya kearah kebaikan melalui semangat juang baik berbentuk motivasi, diskusi, kritikan agar saya menjadi orang yang lebih responsif,aktif demi mencapai cita-cita saya ,terima kasih papa... sosok pekerja keras yang papa tunjukkan selama ini akan menjadi bekal kepada anakmu ini...

Dan juga rasa syukur slalu mengalir kepadamu ya ALLAH, dikarena kan Engkau telah memberikan kepadaku ya RABB seorang ibu yang sangat saya cintai,yaitu mama tercinta Zoraida Sianturi beliau merupakan sosok yang sangat sabar ,disiplin dan teliti yang sangat


(3)

menyayangiku ,dan membuat hidupku penuh arti yang melukiskan kebahagiaan didalam perjalanan hidupku...

Kembali saya bersyukur kepadaMU ya ALLAH... karena telah memberikan kedua abang yang sangat menyayangi saya... yaitu abangda yang pertama Taufik Oryza Lubis,dan juga abangda kedua Yurian Fahmy Lubis yang sangat baik, semoga kita semua menjadi anak yang soleh,dan juga menjadi sukses seperti harapan kedua orang tua kita....

Kembali rasa syukur ini tidak bisa terbendung kepadaMU ya ALLAH,karena Engkau telah memberikan kepadaku calon istri yang sangat mencintai saya, selu memberikan motivasi agar menjadi berhasil dikemudian hari,beliau juga menasehati saya agar tidak malas dalam menyelesaikan skripsi ini hehehehe ”terima kasih sayangku Atikah Fatma Wardhany”...kekasihku ini juga tidak bosannya memintaku untuk sholat,karena dia pengen hambamu ini bisa menjadi imam yang baik amin...,salah satu contohnya dengan sholat tepat waktu... {makasih y...}.

Ucapan terima kasih saya juga saya ucapkan kepada keluarga besar lubis.... dan juga keluarga besar sianturi.... semoga keluarga kita mendapat lindungan dan ridho oleh ALLAH SWT.

Saya ucapkan terima kasih kepada bapak warjio, MA sebagai dosen pembimbing yang telah mengkoreksi dan memberi solusi dalam pengerjaan skripsi ini,dan juga terima kasih kepada bapak Drs. Zakaria Thaher, M.SP sebagai dosen pembaca yang juga telah membantu saya dalam pengerjaan skripsi yang saya buat ini smoga bapak-bapak sekalian diberikan kesehatan,panjang umur,dan murah rizki,dari ALLAH AWT... amin...

Ucapan terima kasih berikutnya saya ucapkan kepada sahabat-sahabat saya karena telah menjalani kebersamaan baik susah maupun senang semoga kita semua berhasil y....,salman,agung mico,awi,bg riswan,bang viktor,bg zia,zulfan,evan dan iqbal sahabat merangkap sepupu hehehe ,smoga kita sukse semua y... aminnnnnn...


(4)

Dan terima kasih kepada keluarga besar purna paskibraka indonesia, kak indra kak doli,kak ririn ,kak wawan,kak hendra,kak bosman ,kak viktor,kak sendi,kak riswan ,rizko,rizki, riki armadi, evan,riki sembiring,agung,surya yogi, munir dan tidak bisa disebut satu persatu karena banyaknya hohoho, ingat kita semua bersaudara maju terus pantang mundur hehe

Terima kasih juga buat saudara-saudara laskar hijau hitam,hmi kom’s fisip usu atas persaudaraan yang selama ini kita jalani,ada amar ,dyah, wanol,rama ayis, mustaqim, reza.adel,desi bejo, ryan kom, roni, ryan sos,regar... jangan saling lupa y woi... kita smua harus sukses.... dulu kita sering buat aksi,kalau kita jadi pemimpin yang amanah,jangan kita di demonstrasi hehehe hidup mahasiswa!!!! hidup rakyat!!!

Buat pengurus HmI yg dketuai dinda rolan.. ada akbar, dika, rijal, afdhal, edo, ayak, amir, indra kocik, ika, wanda, rini, tri, kiki, ozan, dedi, nenda, ferdi, iphin, amin, topik, iskandar, fajri, andre, tama, dini, aling, dll hehehe trus smangat y... yakusa...!!!

Juga ucapan terima kasih buat keluarga besar HMI KOM’S FISIP USU semoga kita semua dapat berhasil sesuai dengan bidang kita masing – masing,amin amin ya rabbal alamin...

Terima kasih juga kepada temen- temen alumni ketahanan nasional pemuda sumatera utara,saiful,monalisa,bg chairul,bg juanda,bg anshor,pak guru ,evi,shanti,muna,bg pasonli,jafar,hendra,iskandar,bg amex,bg umar,bg iman dll untuk pertemanannya sekaligus memotivasi agar skripsi ni menjadi kelar,kita harus tetap berjuang y...

Terima kasih kepada seluruh kawan-kawan pendidikan kesadaran bela negara tingkat nasional angkatan ix semoga kita menjadi manusia yang berguna buat bangsa dan negara amin...


(5)

Buat kawan- kawan ilmu politik 06,fani reno rizki rifki, reza, dila. adith, astri, raden, zia,haikal, sabar, marco, silvi, rika, septi,eka dll pokoknya semuanya ,,,, mksh ya buat pertemanan kita,semoga sukses y... jangan sombong kalau berhasil... hehehehe

Demikian segala rasa syukur,dan ucapan terima kasih ini,mohon maap jikalau masih ada kekurangan dalam isi skripsi ini,semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semuanya

Selamat berlayar dilautan keadilan,

Berperahukan kesejahteraan umat,

Tuk berlabuh dikejayaan agama,bangsa dan negara,

Tuk mencapai ridho ALLAH SWT.

Medan, november 2010


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR... i

DAFTAR ISI... v

ABSTRAK... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.1.1 Komitmen dan konsistensi Muhammadiyah... 4

1.1.2 Pendidikan Politik Dan Dinamika Muhammadiyah... 7

1.2 Perumusan Masalah... 10

1.3 Pembatasan Masalah... 12

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 12

1.4.1 Tujuan penelitian... 12

1.4.2 Manfaat penelitian... 12

1.5 Kerangka Teori... 12

1.5.1 Teori Tajdid Muhammadiyah... 13

1.5.2 Teori Filosofis Pendidikan Politik... 14

1.6 Metodologi Penelitian... 15

1.6.1 Jenis Penelitian... 15


(7)

1.6.3 Teknik analisa data... 16

BAB II SEJARAH ,PERKEMBANGAN DAN FILOSOFIS MUHAMMADIYAH... 17

2.1 Sejarah Muhammadiyah... 17

2.1.1 Perkembangan secara Vertikal... 26

2.1.2 Perkembangan Secara Horizontal... 27

2.2 Filosofis Muhammadiyah... 29

BAB III FILSAFAT PENDIDIKAN POLITIK MUHAMMADIYAH... 35

3.1 Paradigma Pendidikan Politik Muhammadiyah... 35

3.1.1 Filosofis Pendidikan Politik Muhammadiyah... 38

BAB IV GAGASAN DAN AKTIFITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH... 52

4.1 Konsep Tajdid... 52

4.2 Aktifitas Pendidikan Politik Muhammadiyah... 55

PENUTUP... 62

KESIMPULAN... 62

Rekomendasi... 63

DAFTAR PUSTAKA... 65


(8)

ABSTRAK

PENDIDIKAN POLITIK MUHAMMADIYAH

STUDI : ANALISIS FILOSOFIS Nama : Yurial Arief Lubis

NIM : O60906047

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Politik

Pembimbing : Warjio, MA

Muhammadiyah secara khusus mengambil peran dalam lapangan kemasyarakatan dengan pandangan bahwa aspek kemasyarakatan yang mengarah kepada pemberdayaan

masyarakat tidak kalah penting dan strategis daripada aspek perjuangan politik kekuasaan. Pendidikan politik merupakan salah satu fokus Muhammadiyah untuk mewujudkan

masyarakat islam yang sebenar – benarnya.dan oleh karenanya pendidikan politik haruslah mempunyai dasar pijakan yang jelas,agar bisa menjadi substansi dari sebuah orientasi,bukan hanya melalui teori namun implementasi dari prakteknya juga bisa dipertanggung jawabkan dengan baik dan benar.

Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan mana pun berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi kemudharatan, dan bertujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban.

Filsafat yang dianut dan diyakini oleh Muhammadiyah adalah berdasarkan agama Islam,karena bagaimanapun juga organisasi ini merupakan organisasi islam maka sebagai konsekuensi logiknya dari rangakaian implementasi pendidikan,Muhammadiyah berusaha dan selanjutnya melandaskan filsafat pendidikan politik Muhammadiyah atas prinsip-prinsip filsafat yang diyakini dan dianutnya.

Filsafat pendidikan politik memanifestasikan pandangan ke depan tentang generasi yang akan dimunculkan. Dalam kaitan ini filsafat pendidikan politik Muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari filsafat pendidikan Islam, karena yang dikerjakan oleh Muhammadiyah pada hakikatnya adalah prinsip-prinsip Islam yang menurut Muhammadiyah menjadi dasar pijakan bagi pembentukan manusia Muslim.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati.

Karena sasaran penelitian ini adalah organisasi Muhammadiyah yang merupakan organisai kemasyarakatan Islam, maka studi ini didasarkan pada kerangka teori dari ajaran agama Islam (perspektif) dengan kajian filosofis pendidikan politik.penelitian dalam skripsi ini mengeksplorasi beberapa hasil kesimpulan yang dihubungkan dengan tema berikut : komitmen dan konsistensi Muhammadiyah,filosofis pendidikan politik Muhammadiyah, dan gagasan Muhammadiyah.


(9)

ABSTRAK

PENDIDIKAN POLITIK MUHAMMADIYAH

STUDI : ANALISIS FILOSOFIS Nama : Yurial Arief Lubis

NIM : O60906047

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Politik

Pembimbing : Warjio, MA

Muhammadiyah secara khusus mengambil peran dalam lapangan kemasyarakatan dengan pandangan bahwa aspek kemasyarakatan yang mengarah kepada pemberdayaan

masyarakat tidak kalah penting dan strategis daripada aspek perjuangan politik kekuasaan. Pendidikan politik merupakan salah satu fokus Muhammadiyah untuk mewujudkan

masyarakat islam yang sebenar – benarnya.dan oleh karenanya pendidikan politik haruslah mempunyai dasar pijakan yang jelas,agar bisa menjadi substansi dari sebuah orientasi,bukan hanya melalui teori namun implementasi dari prakteknya juga bisa dipertanggung jawabkan dengan baik dan benar.

Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan mana pun berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi kemudharatan, dan bertujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban.

Filsafat yang dianut dan diyakini oleh Muhammadiyah adalah berdasarkan agama Islam,karena bagaimanapun juga organisasi ini merupakan organisasi islam maka sebagai konsekuensi logiknya dari rangakaian implementasi pendidikan,Muhammadiyah berusaha dan selanjutnya melandaskan filsafat pendidikan politik Muhammadiyah atas prinsip-prinsip filsafat yang diyakini dan dianutnya.

Filsafat pendidikan politik memanifestasikan pandangan ke depan tentang generasi yang akan dimunculkan. Dalam kaitan ini filsafat pendidikan politik Muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari filsafat pendidikan Islam, karena yang dikerjakan oleh Muhammadiyah pada hakikatnya adalah prinsip-prinsip Islam yang menurut Muhammadiyah menjadi dasar pijakan bagi pembentukan manusia Muslim.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati.

Karena sasaran penelitian ini adalah organisasi Muhammadiyah yang merupakan organisai kemasyarakatan Islam, maka studi ini didasarkan pada kerangka teori dari ajaran agama Islam (perspektif) dengan kajian filosofis pendidikan politik.penelitian dalam skripsi ini mengeksplorasi beberapa hasil kesimpulan yang dihubungkan dengan tema berikut : komitmen dan konsistensi Muhammadiyah,filosofis pendidikan politik Muhammadiyah, dan gagasan Muhammadiyah.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

Adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak kepada ke-Islaman, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripada keburukan. Mereka itulah golongan yang beruntung

berbahagia " (AlQur'an, S. Ali-Imran:104). 1.1 Latar Belakang Masalah

Muhammadiyah merupakan organisasi Islam diIndonesia, konsistensi muhammadiyah dalam berbagai bidang antara lain bidang sosial, agama, dan pendidikan serta kesehatan dengan konsep pembaharuan diharapkan mampu manjalankan aktifitas yang baik serta konsisten dalam memperjuangkan masyarakat demi kemajuan bangsa dan negara dengan tidak membedakan kelas kelas sosial yang ada.Pegangan ataupun pondasi awal muhammadiyah berada pada Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dapat diwujudkan.

Kekuatan Muhammadiyah berada pada amal usaha yang dijalankan selama ini,sikap resfonsif Muhammadiyah terhadap kemajuan bangsa ini menjadikan kepribadian, keyakinan dan cita-cita hidup, serta khittah perjuangannya sebagai acuan gerakan sebagai wujud komitmen dan tanggung jawab bahwa peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini dapat dilihat melalui amal usaha pendidikan yang sangat berperan penting dalam memperdayakan sumber daya manusia perihal mencerdaskan kehidupan bangsa agar bangsa menjadi besar dan sejahtera.

Muhammadiyah secara khusus mengambil peran dalam lapangan kemasyarakatan dengan pandangan bahwa aspek kemasyarakatan yang mengarah kepada pendidikan politik


(11)

tidak kalah penting dan strategis agar Perjuangan di lapangan kemasyarakatan diarahkan untuk terbentuknya masyarakat utama

Muhammadiyah berangkat dari gerakan tajdid, yang berarti pembaruan, perbaikan, dan modernisasi.1

Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui pendekatan pendidikan politik dalam rangka mencapai rangkaian usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya masyarakat madani (civil society) yang kuat sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan kenegaraan sebagai proses dan hasil dari fungsi politik pemerintahan akan ditempuh melalui Dalam mempromosikan tujuannya, Muhammadiyah memperluas aktivitasnya dalam berbagai bidang keagamaan, sosial dan pendidikan melalui jaringan luas organisasi pemuda dan wanita, klinik, rumah sakit, dan sistem pendidikan Islam yang modern. Selain itu Muhammadiyah memiliki organisasi yang berada di tingkat Nasional, Propinsi, Kabupaten, dan Kecamatan dan biasanya sebagian besar anggota Muhammadiyah tinggal di wilayah perkotaan.

Dalam mengemban misi da'wah amar ma'ruf nahi munkar muhammadiyah senantiasa bersikap aktif dan konstruktif dalam pendidikan politik untuk tujuan usaha-usaha pembangunan dan reformasi nasional sesuai dengan khittah (garis) perjuangannya meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan negara merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam dalam urusan keduniawian (al-umur ad-dunyawiyat) yang harus selalu dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama dan moral baik melalui pendidikan politik maupun melalui pengembangan masyarakat, pada dasarnya merupakan wahana yang mutlak dengan demikian muhammadiyah harus bisa lebih resfonsif dan aktif dalm mengedepankan pendidikan politik yang sangat diperlukan untuk membangun bangsa.

1


(12)

pendekatan-pendekatan secara tepat dan bijaksana sesuai prinsip-prinsip perjuangan kelompok kepentingan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara.

Muhammadiyah senantiasa memainkan pendidikan politiknya sebagai wujud dari dakwah amar ma'ruf nahi munkar dengan jalan mempengaruhi proses dan kebijakan negara agar tetap berjalan sesuai dengan konstitusi dan cita-cita luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan perekat bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat menuju kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban.

Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan kekuatan-kekuatan politik atau organisasi manapun yang ada. Muhammadiyah senantiasa mengembangkan sikap positif dalam memandang pendidikan politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai dengan prinsip amar ma'ruf nahi munkar demi tegaknya sistem politik kenegaraan yang demokratis dan berkeadaban dan memberikan kebebasan kepada setiap anggota Persyarikatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani masing-masing.Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggung jawab sebagai warga negara yang dilaksanakan secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan Muhammadiyah,demi kemaslahatan bangsa dan negara.

Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif dalam politik untuk benar-benar melaksanakan dengan mengedepankan tanggung jawab (amanah), akhlak mulia (akhlaq al-karimah), keteladanan (uswah hasanah), dan perdamaian (ishlah) aktifitas politik tersebut harus sejalan dengan upaya memperjuangkan misi Persyarikatan dalam melaksanakan da'wah amar ma'ruf nahi munkar dan senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan mana pun berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan.2

2

Mohamad Ali dan Marpuji Ali. Filsafat Pendidikan Muhammadiyah: Tinjauan Historis dan Praksis. Sebuah Makalah.


(13)

1.1.1 Komitmen Dan Konsistensi Muhammadiyah

Komitmen dan konsistensi pendidikan politik oleh Muhammadiyah adalah ideologi gerakan dakwah Islam, amar makruf dan nahi munkar. Dakwah Muhammadiyah adalah dakwah yang merangkul dan merengkuh siapa pun yang peduli Islam, peduli Quran-Sunnah. Agar ideologi Muhammadiyah dapat dipahami dan dilaksanakan oleh warga Muhammadiyah, diperlukan sosialisasi.

Oleh karena itu Muhammadiyah dalam menjalankan proses pendidikan politik prihal komitmen dan konsistensi terhadap pemahaman, keyakinan dan pengamalan Islam sebagai satu-satunya agama Allah dan jalan hidup yang diridhai Allah dengan senantiasa berpegang teguh dan mengikuti dengan cermat langkah-langkah perjuangan pembawa risalah Islam, yakni Nabi Muhammad SAW.3

Dengan kata lain Organisasi ini mempunyai penjelasan mengenai keyakinan maupun harapan yang tergambarkan pada Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah.4

2. Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia Dengan membangun kesadaran dan keyakinan serta pemahaman, dan aktualisasi mengenai hal-hal fundamental juga menjadi penting untuk dilakukan oleh seluruh kader maupun warga Muhammadiyah.Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah tersebut antara lain :

1. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.

3

Suyatno Model Kelembagaan Pendidikan Berbasis Orientasi Akademik Dan Ideologi Muhammadiyah sebuah makalah.

4


(14)

sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi.

3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:

a. Al-Qur'an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW;

b. Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur'an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.

4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang:

a. 'Aqidah

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.

b. Akhlak

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia

c. Ibadah

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.

d. Muamalah Duniawiyah

Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu'amalat duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.

5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan


(15)

bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT.

Muhammadiyah memberikan pendidikan politik kepada waraga persyarikatan maupun masyarakat untuk aktif dalam kegiatan politik dengan batasan–batasan organisasi. Peranan pendidikan Muhammadiyah sebagai suatu pembinaan harus dimaksimalkan dengan ketentuan dan terorganisasi sehingga menjadi kekuatan untuk menciptakan sumber daya yanang tangguh dan mandiri dalam rangka mencapai ridho Allah swt.Upaya masyarakat untuk menunjukkan apa yang dianggap baik (sesuai dengan aspirasi dan kepentingannya) bisa dilakukan dengan melalui berbagai cara, seperti memilih partai politik yang mengangkat isu sesuai dengan prefensinya, memilih kandidat yang memperjuangakan program sesuai dengan prioritasnya, mempengaruhi proses pembuatan kebijakan yang sedang menjadi agenda publik. cara-cara ini bisa dilakukan secara pribadi (sebagai warga negara) maupun kelompok yang terorganisir (sebagai suatu asosiasi).5

5

Muhammad Asfat, PILKADA Dan Demokratisasi Politik Di Tingkat Lokal ( Sebuah pengantar ). Dalam Kacung Marijan, Demokratisasi Di daerah Pelajaran dari Pilkada Secara Langsung. Surabaya : Pustaka Eureka. 2006, hal 4.

Bila kita melihat dari landasan filosofis berdirinya muhammadiyah karena KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah adalah manifestasi dari perjuangan pergerakan politik nasional, muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari wacana pendidikan maupun politik namun keberadaan muhammadiyah sangat erat hubungannya dengan perpolitikan nasional karena pemikiran – pemikiran muhammadiyah melalui pendidikan politik mewarnai perpolitikan nasional. Namun Muhammadiyah sejak Muktamar ke-38 di Ujung Pandang (Makassar) telah memutuskan bahwa Organisasi ini, tidak mempunyai afiliasi apa pun dengan salah satu kekuatan sosial politik, dan elit serta anggotanya di beri kebebasan untuk


(16)

menyalurkan aspirasi politiknya sepanjang tidak menyimpang dari garis persyarikatan.6

6

Syarifuddin Jurdi, Op Cit, hal 10.

Maka dari paparan tersebut, yang menjadi ketertarikan penulis dalam menulis skripsi ini adalah, karena Muhammadiyah merupakan organisasi kemasyarakatan yang memiliki potensi yang besar dilihat dari kualitas maupun jumlah anggota,program dan jaringannya dibandingkan dengan organisasi masyarakat madani lainnya termasuk LSM, oleh karena itu potensi yang dimaksudkan tidak terlepas dari pendidikan politik Muhammadiyah yang pastinya menjadi landasan filosofis dari rangkaian berfikir Muhammadiyah,dengan kata lain pendidikan politik dianggap menarik untuk dijadikan sebuah penelitian dianalisis secara filosofis mengenai pendidikan politik muhammadiyah agar bisa dicermati dan difahami. 1.1.2 Pendidikan Politik Dan Dinamika Muhammadiyah

Politik dalam ranah yang konkret selalu dikaitkan dengan kekuasaan, termasuk di dalamnya pengaruh dan kekuatan. Politik berkaitan dengan beragam kegiatan manusia dalam sistem politik. Politik sering dikaitkan dengan kepentingan atau seni memperjuangkan kepentingan padahal Politik juga menyangkut nilai yaitu dikenal dengan pendidikan politik, yakni alokasi nilai yang dipandang berharga untuk diperjuangkan dalam kehidupan masyarakat.

Pendidikan Politik senantiasa aktual dan seringkali krusial ketika dihadapkan pada dinamika organisasi keagamaan yang memiliki Basis massa yang sangat besar, seperti halnya Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai Organisasi keagamaan tidak berpolitik praktis, artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses perjuangan kekuasaan, sebagaimana diperankan oleh kekuatan politik formal. Namun dalam momentum-momentum tertentu pada perkembangan sejarah yang dilaluinya, persoalan politik senantiasa masuk kedalam percaturan gerak organisasi keagamaan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.


(17)

Pergumulan Muhammadiyah dan pendidikan Politik telah memenuhi sebagian besar lembaran sejarah bangsa. Kontribusi Muhammadiyah terhadap masa depan bangsa tidak diragukan lagi. Ada tiga kategorisasi kesejarahan yang dapat dikelompokkan dalam membaca peta dinamika Persyarikatan Muhammadiyah dalam dunia politik.7

Kedua, generasi pertengahan yang ditumbuhkan melalui perjuangan yang dilakukan

kader persyarikatan dalam menancapkan pilar dan atau pondasi Negara menjelang kemerdekaan. Pada masa generasi ini, dikenal tokoh persyarikatan seperti Ki. Bagus Hadikusuma, (dikenal sebagai arsitek Pancasila). Keteguhan prinsip Ki. Bagus untuk memperjuangkan aspirasi (politik) umat Islam melalui tujuh kata yang terkandung dalam piagam Jakarta.

antara lain :

Pertama, generasi awal, yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah pada masa pra-kemerdekaan. Perjuangan generasi ini, sebagaimana diungkapkan oleh Bernhard Dahm (1917), paling tidak, telah dihadapkan dengan lima tahapan persoalan sosial politik, antara lain ; (a) fase akhir abad ke 19 (the second Islamic Wave), (b) fase ethical policy (Politik Etis) yang dimulai tahun 1900, (c) fase awal pertumbuhan organisasi-organisasi nasionalisme modern sejak 1924, dimana cita-cita kemerdekaan telah mencapai bentuk konkret untuk mendirikan Indonesia merdeka dari jajahan pemerintah Belanda, (d) fase tercapainya konsensus gerakan Nasionalisme Moderen sejak 1924, dimana cita-cita kemerdekaan telah mencapai bentuk konkret untuk mendirikan Indonesia merdeka dari jajahan Belanda dan terakhir adalah (e) fase Perang kemerdekaan.

8

Ketiga, generasi masa kini yang dilukiskan melalui “robohnya” kekuasaan Orde Baru

hingga berganti menjadi Orde Reformasi. Isu suksesi kepemimpinan Orde Baru yang dilontarkan Amien Rais, pada akhir Desember 1993 di sidang Tanwir Surabaya menjadi titik

7

Farid Setiawan, “Muhammadiyah dan Pemilihan Kepala Daerah”. Dalam Suara Muhammadiyah No. 12/TH. Ke-93/16-30 Juni 2006, hal 32.

8


(18)

tolak perlawanan terhadap pemerintah Soeharto. Sekalipun isu tersebut baru direspon selama lima tahun setelahnya, dengan membuahkan hasil reformasi dan demokratisasi bangsa.9

Sesuai dengan Khittah Muhammadiyah tahun 1971 dan Khittah Denpasar tahun 2002. Khittah Muhammadiyah adalah Garis Kebijakan Pesyarikatan dalam hal menghadapi perkembangan pendidikan politik. Khittah Perjuangan Muhammadiyah tahun 1971, yang merupakan hasil muktamar di Ujung Pandang tahun 1971. Khittah inilah yang dikenal secara luas dalam Muhammadiyah selama ini. Secara substansi Khittah tahun 1971 tersebut kemudian disempurnakan dan menjadi satu kesatuan dengan khittah Perjuangan Muhammadiyah “tahun 1978 (Hasil Muktamar ke 40 tahun 1978 di Surabaya)

Walaupun organisasi Muhammadiyah ikut memberikan subangsih terhadap perjuangan kemerdekaan, Muhammadiyah tetap dalam batas-batas sebagai gerakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, dan sama sekali bukan organisasi politik dan sama sekali tidak bermaksud menjadi Partai politik.

10

Dalam bidang politik Muhammadiyah berusaha sesuai dengan khittahnya: dengan dakwah amar ma ma'ruf nahi mungkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoritis konsepsionil, secara operasionil dan secara kongkrit riil, bahwa ajaran Islam mampu mengatur masyarakat dalam Negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, bahagia, materiil dan spirituil yang diridhai

yang menjadi acuan resmi yang utama dan berlaku hingga saat ini dalam menentukan posisi dan sikap Muhammadiyah dengan Politik.

9

Ibid.

10

Laporan Materi TANWIR Muhammadiyah, yang disampaikan Pada Sidang TANWIR Muhammadiyah tahun 2007 di Yogyakarta tanggal 26-29 April 2007.


(19)

Allah SWT. Dalam melaksanakan usaha itu, Muhammadiyah tetap berpegang teguh pada kepribadiannya.11

Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang menyatakan pertanyaan– pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicari jalan pemecahannya,atau dengan kata lain perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah.

Usaha Muhammadiyah dalam bidang politik tersebut merupakan bagian gerakannya dalam masyarakat, dan dilaksanakan berdasarkan landasan dan peraturan yang berlaku dalam Muhammadiyah.Dalam hubungan ini Muktamar Muhammadiyah ke-38 telah menegaskan bahwa:

Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam segala bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari sesuatu Partai Politik atau Organisasi apapun.Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah.

1.2 Perumusan Masalah

12

11

Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-40 di Surabaya .

12

Husani Usman dan Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial, Bandung : Bumi Aksara. 2004, hal 26.

Muhammadiyah mendasari gerakannya kepada sumber pokok ajaran Islam, yaitu Al Qur’an dan Assunnah, meskipun tidak anti madzhab. Dengan sikap ini, Muhammadiyah dikatakan sebagai gerakan Islam non Madzhab. Dalam memahami dan melaksanakan ajaran Islam, Muhammadiyah mengembangkan sikap tajdid dan ijtihad, serta menjauhi sikap taklid.


(20)

Oleh karena itu disamping sebagai gerakan sosial keagamaan, gerakan Muhammadiyah juga dikenal sebagai gerakan tajdid. Perkataan “tajdid” pada asalnya adalah pembaruan, inovasi, restorasi, modernisasi dan sebagainya. Hal ini mengandung pengertian bahwa kebangkitan Muhammadiyah dalam usaha memperbarui pemahaman kaum Muslimin terhadap agamanya, mencerahkan hati dan pikirannya dengan jalan mengenalkan kembali ajaran Islam sejati sesuai dengan jalan Al Qur’an dan Assunnah.

Muhammadiyah sangat resfon dan aktif dalam hal penyelenggaraan pendidikan politik Muhammadiyah juga sangat objektif dan terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat semua tidak terlepas dari filosofis penddikan politik yang dianut Muhammadiyah,Filsafat yang dianut dan diyakini oleh Muhammadiyah adalah berdasarkan agama Islam, maka sebagai konsekuensi logiknya, Muhammadiyah berusaha dan selanjutnya melandaskan filsafat pendidikan politik Muhammadiyah atas prinsip-prinsip filsafat yang diyakini dan dianutnya.13

13

Mohamad Ali dan Marpuji Ali. Filsafat Pendidikan Muhammadiyah: Tinjauan Historis dan Praksis. Sebuah Makalah.

Filsafat pendidikan politik memanifestasikan pandangan ke depan tentang generasi yang akan dimunculkan. Dalam kaitan ini filsafat pendidikan politik Muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari penjelasan filsafat Islam, karena yang dikerjakan oleh Muhammadiyah pada hakikatnya adalah prinsip-prinsip Islam yang menurut Muhammadiyah menjadi dasar pijakan bagi pembentukan manusia Muslim. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah diatas, maka dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah landasan filosofis pendidikan politik Muhammadiyah dalam menjalankan roda organisasi ditengah realitas sosial.Maka dari rumusan masalah di atas, dapat ditarik sebuah pertanyaan sebagai bahan penelitian yang akan diteliti (question

research) yakni;


(21)

1.3 Pembatasan Masalah

Suatu Penelitian membutuhkan pembatasan masalah dengan tujuan untuk dapat menghasilkan uraian yang sistematis dan tidak melebar. Maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah filosofis pendidikan politik Muhammadiyah.

Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana cerminan pendidikan poltik Muhammadiyah secara filosofis.

2. Untuk mengetahui bentuk aktivitas pendidikan politik Muhammadiyah secara substansi. 1.4.2 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian, diharapkan mampu memberikan manfaat, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah 1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengasah kemampuan penulis dalam meneliti Fenomena filosofis pendidikan muhammadiyah, sehingga menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti.

2. Secara teoritis hasil penelitian ini sekiranya dapat bermanfaat menambah Khazanah kepustakaan politik dan sebagai rujukan bagi Mahasiswa Departemen Ilmu Politik FISIP USU.

1.5 Kerangka Teori

Bagian ini merupakan unsur yang paling penting di dalam penelitian, karena pada bagian ini peneliti mencoba menjelaskan fenomena yang sedang diamati dengan menggunakan teori–teori yang relevan dengan penelitiannya. Teori menurut Masri Singarimbun dan Sofian effendi dalam buku Metode Penelitian Survai mengatakan, teori


(22)

adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.14

Menurut paham Muhammadiyah, tajdid mempunyai dua pengertian, ibarat dua sisi dari satu mata uang. Pertama, mengandung pengertian purifikasi dan reformasi. Yaitu pembaruan dalam pemahaman dan pengamalan ajaran Islam ke arah keaslian dan kemurniannya sesuai dengan Alquran dan As-Sunnah Al-Maqbulah. Muhammadiyah sebagai kelompok ”Islamic-Modernism”, yang lebih terfokus bergerak membangun “Islamic society” (masyarakat Islam) daripada perhatian terhadap “Islamic state” (negara Islam); yang fokus gerakannya pada bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, serta tidak menjadi organisasi politik kendati para anggotanya tersebar di berbagai partai politik.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini, untuk menggambarkan masalah penelitian yang menjadi objek di dalam penelitian, penulis menggunakan teori, yaitu :

1.5.1 Teori Tajdid Muhammadiyah

Pengertian tentang tajdid ialah menghidupkan kembali ajaran agama, baik dalam ruang lingkup aqidah, amalan ataupun menghidupkan kembali sunnah-sunnah nabi yg terhapus, menghentikan peruntukan-peruntukan bid’ah dan perkara-perkara baru, sebagaimana yg dilakukan oleh para mujaddid dari kalangan imam-imam agama sepanjang sejarah kaum muslimin hingga hari ini. Merekalah yg memperbaharui kembali amalan-amalan sunnah dan petunjuk-petujuk Salafus Shalih dalam bidang ilmu dan amal. Seperti yg dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Imam Ahmad, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan lain-lain.

15

Dalam pengertian pertama ini diterapkan pada bidang akidah dan ibadah mahdhah. Kedua, mengandung pengertian modernisasi atau dinamisasi ( pengembangan ) dalam pemahaman dan pengamalan ajaran Islam sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

14

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP3ES, 1998, hal 37.

15


(23)

teknologi serta perubahan masyarakat. Pengertian yang kedua diterapkan pada masalah

muamalah duniawi.

Tajdid dalam pengertian ini sangat diperlukan, terutama setelah memasuki era

globalisasi, karena pada era ini bangsa-bangsa di dunia rnengalami interaksi antar budaya yang sangat kompleks. Tajdid dalam khazanah klasik sendiri sebenarnya memberi peluang pada rentangan pemikiran yang luas. Tajdid bukan sekadar ‘iadat al-syaiy ka al-mubtada (mengembalikan sesuatu pada asal mulanya), tetapi juga bermaka al-ihya (menghidupkan sesuatu yang mati) atau bahkan al-ishlah (membangun, mengembangkan, memperbarui). 1.5.2 Teori Filosofis Pendidikan Politik

Pemikiran mengenai kaitan antara filsafat dan politik sebenarnya sudah bisa ditemukan dalam gagasan Plato yang memahami filsafat dan politik dalam terma-terma yang sama; tujuannya adalah untuk merasionalisasikan tatanan politik menurut hasil-hasil permenungan filosofis dan untuk melembagakan pencarian pengetahuan filosofis sebagai prinsip utama tatanan politik. Pemikiran ini juga dilanjutkan oleh Aristoteles yang memandang politik sepenuhnya sebagai praksis, yang banyak bergantung pada kebiasaan-kebiasaan yang baik dan pemikiran yang jernih.

Gramsci pernah mengatakan bahwa filsafat yang sejati bukan merupakan cabang kajian yang terisolasi, tetapi dalam dirinya sendiri mengandung seluruh anasir fundamental yang dibutuhkan untuk mengonstruksi konsepsi tentang dunia yang total dan integral dan segala hal yang dibutuhkan untuk mewujudkan organisasi masyarakat politik yang integral dalam kehidupan manusia.16

16

Gramsci, Selections from Prison Notebooks, 1933.

Oleh karenanya, politik Gramsci mengarahkan dia pada filsafat, dan filsafatnya sepenuhnya bersifat politis Dengan kata lain, Gramsci melihat filsafat sebagai pendidikan politik, dan politik sebagai arena untuk menerapkan pengetahuan filosofis.


(24)

Gramsci sepenuh hati sepakat dengan Sartre bahwa apa yang dibutuhkan adalah sebuah teori yang meletakkan pengetahuan di dalam dunia dan yang menentukannya dalam negativitasnya. Dan harus dipahami bahwa mengetahui bukanlah pengetahuan tentang ide-ide, tetapi pengetahuan praktis tentang segala hal.17

1.6 Metodologi Penelitian

Gagasan mengenai kaitan antara filsafat dan politik sebenarnya sudah bisa ditemukan dalam pemikiran Plato yang memahami filsafat dan politik dalam terma-terma yang sama; tujuannya adalah untuk merasionalisasikan tatanan politik menurut hasil-hasil permenungan filosofis dan untuk melembagakan pencarian pengetahuan filosofis sebagai prinsip utama tatanan politik. Pemikiran ini juga dilanjutkan oleh Aristoteles yang memandang politik sepenuhnya sebagai praksis, yang banyak bergantung pada kebiasaan-kebiasaan yang baik dan pemikiran yang jernih.

1.6.1 Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati. Penelitian deksriptif digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan apa yang sedang di teliti dan berusaha untuk memberikan gambaran yang jelas dan mendalam tentang apa yang diteliti dan menjadi pokok permasalahan.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun tekhnik pengumpulan data yang digunakan yaitu pengumpulan Data sekunder semua data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan ( Library Research) dan pencatatan dokumen antara lain dengan mengumpulkan data dari buku – buku, literature,

17


(25)

jurnal, majalah, Koran, Laporan-laporan Organisasi dan internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

1.6.3 Teknik Analisa Data

Sesuai dengan metode penelitian, dalam menganalisa data, data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Metode kualitatif dapat didefeniskan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa ucapan, tulisan dan perilaku yang diamati.


(26)

BAB II

SEJARAH, PERKEMBANGAN DAN FILOSOFIS MUHAMMADIYAH

2.1 Sejarah Muhammadiyah

Muhammadiyah sering disebut sebagai gerakan pembaharuan sosio-religius. Hal ini cukup beralasan, walaupun Muhammadiyah sendiri tidak merumuskan dirinya sebagai gerakan itu. Alasan utama bagi sebutan tersebut adalah karena Muhammadiyah telah banyak berperan penting dalam perubahan kehidupan sosial keagamaan di Indonesia sejak awal berdirinya.18

Persyarikatan Muhammadiyah sudah dikenal sejak bebarapa puluh tahun yang lalu, organisasi Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam yang ada di Indonesia. Muhammadiyah berdiri pada tanggal 18 November 1912 bertepatan dengan tanggal 18 Dzuhijjah 1330 Hijriah. Perintis berdirinya Muhammadiyah adalah K.H. Ahmad Dahlan, beliau lahir di kampong Kauman, Yogyakarta pada tahu 1868 Masehi dengan Nama Muhammad Darwis. Ayahnya adalah K.H Abu Bakar seorang khatib Masjid besar kesultanan Yogyakarta yang apabila di lacak silsilahnya sampai kepada Maulana Malik Ibrahim. Ibunya bernama Siti Aminah, putri K.H. Ibrahim, penghulu Kesultanan Yogyakarta.19

K.H. Ahmad Dahlan mendapat pendidikan Islam sejak kecil yang dididik oleh ayahnya sendiri yaitu, K.H. Abu Bakar. Pendidikan Dahlan mengikuti pola pendidikan tradisional yang diawali dengan mempelajari Al-Qur’an, kemudian dilanjutkan dengan cara mempelajari kitab-kitab fiqih, Nahwu, tafsir dan sebagainya di Lembaga-lembaga sekitar Yogyakarta.20

Pada tahun 1980, K.H. Ahmad Dahlan mengerjakan haji ke Mekkah disamping itu beliau juga melanjutkan pelajaran dikota suci selama tiga tahun dengan dua kali kunjungan

18

Sutarmo, Muhammadiyah Gerakan Sosial Keagamaan Modernis. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah.2005. hal 33.

19

Ahmad Adaby Darban dan Mustafa Kemal Pasha. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam (dalam perspektif

Historis dan Ideologis) Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000. hal 76.

20


(27)

pertama tahun 1890, sedangkan kunjungan kedua tahun 1902 M.21

Muhammadiyah sebagai kelompok ”Islamic-Modernism”, yang lebih terfokus bergerak membangun “Islamic society” (masyarakat Islam) daripada perhatian terhadap “Islamic state” (negara Islam); yang fokus gerakannya pada bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, serta tidak menjadi organisasi politik kendati para anggotanya tersebar di berbagai partai politik.

berdasarkan pengalaman pengetahuan Islam yang didapat K.H. Ahmad dahlan merupakan landasan pemikirannya untuk mendirikan organisasi yang bernafaskan Islam yang bernama Muhammadiyah.

Pada Mulanya Muhammadiyah hanyalah sebuah kelompok kecil yang mempunyai misi agak bertentangan dengan kebiasaan-kebiasaan penduduk bumiputera. Kelompok yang terdiri dari orang-orang yang penuh pengabdian serta mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi atas tersebarnya apa yang mereka yakini sebagai ajaran yang benar dari Nabi Muhammad SAW dan dalam rangka peningkatan kehidupan keagamaan mereka.

22

21 Ibid. 22

Shepard (dalam Suha-Taji-Farouki & Basheer M. Nafi, 2004: 74)

Pandangan modernis tersebut berbeda dengan pandangan sekular yang memisahkan agama secara diametral dari negara atau sebaliknya pandangan fundamentalisme-Islam yang menghimpitkan secara sama sebangun antara agama dan negara. Pandangan Muhammadiyah ini dalam konteks sejarah Indonesia menjadi penting selain ikut menyelesaikan ketegangan antara Islam dan negara sebagaimana terjadi pada awal kemerdekaan dalam peristiwa Piagam Jakarta, sekaligus memberikan solusi keagamaan dalam kenegaraan yakni menjadikan Indonesia sebagai format negara yang sah yang berdasarkan Pancasila dan memiliki legitimasi secara teologis dan sosiologis yang kuat untuk menjadi lahan persemaian baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur tanpa harus menjadi negara Islam sebagaimana butir terakhir pernyataan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah dan salah satu poin dari Kepribadian Muhammadiyah.


(28)

Bagi kaum reformis-modernis tidak terbatas pada persoalan-prsoalan ritual-ubudiyah, tetapi juga meliputi semua aspek kehdupan sosal kemasyarakatan. Selain itu kaum reformis-modernis menerima perubahan berkaitan dengan persoalan-persoalan sosial; memiliki orientasi waktu ke depan serta menekankan progran jangka panjang; bersikap rasional dalam melihat persoalan; mudah menerim pengalaman baru; memiliki mobilitas tinggi; toleran; mudah menyesuaikan dengan lingkungan baru. Pada awal abad keduapuluh sikap ini terlihat pada kaum modernis Muslim yang menerima sebagian unsur budaya Barat modern dalam program sosial dan pendidikan mereka. Mereka ini berkeyakinan bahwa dari manapun asalnya ide atau gagasan itu, selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam, adalah diperbolehkan.

Modernisme atau reformisme yang ditampilkan Muhammadiyah sedikit berbeda dari arus reformisme Islam atau gerakan kebangkitan Islam (al-sahawa al-Islamy) di dunia Islam sebelumnya yang cenderung mengeras dalam ideologi Salafiyah yang kaku muhammadiyah dalam pandangan Azyumardi Azra, kendati secara teologis atau ideologis memiliki akar pada Salafisme atau Salafiyah, tetapi watak atau sifatnya tengahan atau moderat yang disebutnya sebagai bercorak Salafiyyah Wasithiyyah23

Kesadaran berorganisasi khususnya dikalangan Intelektual Muslim Indonesia selain untuk meningkatkan mutu keagamaan, disisi lain muncul karena akibat pengaruh Ethische

politiek (Politik Etis)

karena itu, kendati sering diposisikan berada dalam matarantai gerakan pembaruan Islam di dunia muslim yang bertajuk utama al-ruju’ ila

al-Quran wa al-Sunnah, Muhammadiyah tidak terlalu kental bercorak gerakan Timur

Tengah, karena watak dan orientasi gerakannya lebih lentur dan tengahan.

24

23

(Republika, 13 Oktober 2005: 12).

24

Pada pidato tahunan 1901, Ratu Wilhelminia mengatakan, Belanda mempunyai kewajiban luhur dan tanggung jawab moral atas rakyat di Hindia Belanda. Dari pernyataan ini muncul istilah Politik Etis. Politik Etis adalah satu politik Kolonial Belanda yang intinya adalah keinginan untuk memajukan pendidikan bangsa Indonesia sebagai alasan keuntungan material yang mereka peroleh dari Indonesia.

yang dilaksanakan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1901,dengan tujuan membangun pendidikan kolonial yang menjauhkan pelajaran - pelajaran


(29)

agama dan mengganti pendidikan yang bersifat sekuler, disamping sebagai penyebar kebudayaan Barat, sehingga dari pendidikan ala kolonial tersebut melahirkan golongan – golongan intelektual yang memuja Barat dan menyudutkan tradisi nenek moyang serta kurang menghargai Islam, agama yang dianutnya.25

Kedatangan bangsa – bangsa eropa terutama Belanda ke Indonesia, khususnya dalam aspek kebudayaan, peradaban dan keagamaan telah membawa pengaruh buruk terhadap perkembangan Islam di Indonesia. Lewat pendidikan model Barat yang mereka kembangkan, dengan ciri – ciri yang sangat menonjolkan sifat intelektualistik, elistis, diskriminatif, serta sama sekali tidak memperhatikan dasar – dasar dan asas – asas moral keagamaan.26

Setelah Muhammadiyah menerima Besluit tersebut selanjutnya organisasi itu merumuskan tujuannya sebagai berikut :

Padat tanggal 20 Desember 1912 Organisasi Muhammadiyah mengajukan permohonan badan hukum (recthtspersoom) kepada pemerintah kolonial Belanda dengan dilengkapi Rancangan Anggaran Dasarnya, namun pemerintah Belanda Belum memberikannya, karena masih merasa keberatan atas teritorial yang meliputi Jawa dan Madura yang tercantum dalam Rancangan Anggaran Dasar itu. Nasehat Liefrinck—Resident kolonial Belanda di Yogyakarta dan Rinkes, seorang penasehat untuk urusan bumi, akhirnya Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengeluarkan Besluit No. 18, bertanggal 22 Agustus 1914 sebagai pengakuan secara legal atas berdirinya Muhammadiyah dengan wilayah operasionalnya terbatas pada residentsi Yogyakarta.

27

1. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Kepada penduduk bumiputera didalam resideni Yogyakarta.

2. Memajukan hal Agama kepada anggota – anggotanya.

25

Arbiyah Lubis, Op.Cit., hal 26. 26

Ahmad Ardaby Darban, Op.Cit.,, hal 76. 27


(30)

Sampai pada tahun 1917 gerakan Muhammadiyah masih terbatas di kota Yogyakarta saja. Kegiatan yang dilaksanakan masih terbatas pada pengajian-pengajian dengan materi keagamaan dan keorganisasian. Bertepatan menjelang diselenggarakan Kongres ke–9 Budi Utomo pada tahun 1917, pembenahan administrasinya pun dimulai untuk menyongsong pengembangan Muhammadiyah ke luar Yogyakarta. Momentum yang sangat tepat telah diperoleh Muhammadiyah ketika K.H.Ahmad Dahlan mendapat kesempatan untuk bertabligh dalam kongres Budi Utomo. Tabligh K.H Ahmad Dahlan tersebut menarik para peserta kongres yang banyak diantara mereka datang dari luar Yogyakarta, sehingga kemudian Muhammadiyah banyak menerima permohononan yang datang dari beberapa daerah di Jawa untuk mendirikan cabangnya.28

Setelah keluarnya izin pemerintah untuk mendirikan cabang – cabangnya diluar Yogyakarta dan Jawa pada tahun 1921, maka mulailah gerakan tersebut meluas hingga ke Surabaya, Serandakan, Imogori, Blora, Kepanjen, (cabang – cabangnya berdiri tahun 1921), Solo, Purwokerto, Pekalongan, Pekajangan, Banyuwangi, Jakarta dan Garut berdiri tahun (1922). Pada tahun 1925 berdiri Muhammadiyah di Kudus dan pada tahun itu juga, Muhammadiyah telah mendirikan cabang – cabangnya di Padang panjang, Sumatera Barat Hingga tahun 1938 cabang Muhammadiyah telah merata ke seluruh daerah di Hindia Belanda.29

28

Ibid

29

Ibid., hal, 44.

Pemberian nama Muhammadiyah oleh K.H. Ahmad Dahlan diharapkan warga Muhammadiyah dapat menyamakan dan mengikuti Nabi Muhammad SAW dalam segala tindakannya. Sedangkan Organisasi itu merupakan alat atau wadah dalam usaha melancarkan kegiatan sesuai tujuan. Hal ini dijelaskan K.H. Ahmad Dahlan yang terkenal dengan wasiatnya kepada organisasi Muhammadiyah yaitu bahwa:


(31)

“Hidup – hiduplah Muhammadiyah dan Tidak mencari penghidupan dalam Muhammadiyah”30

Organisasi Islam yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Kota Yogyakarta itu memiliki tempat dihati masyarakat anatara lain karena kepeloporannya dalam membangun institusi pendidikan dan amal–amal usaha, sosial kemasyarakatan yang terbilang moderen yang benar – benar dapat memajukan dan memenuhi hajat hidup masyarakat. Kepeloporan dan Amaliah yang konkret itu menjadi ciri khas dari gerakan Islam ini. Muhammadiyah menjadi Penting dan strategis karena telah menghadirkan Islam yang bercorak pembaru dan berorientasi Amaliah itu. Ditangan Muhammadiyah itulah Islam menunjukkan Transformasinya yang membumi pada awal abad 20.

Artinya ideology Muhammadiyah yang Beramar Ma’ruf Nahi Mungkar harus murni dilakukan.

31

Sesungguhnya sebagai gerakan sosial keagamaan yang sadar betul tentang keadaan umat yang miskin lahir-batin dan terjajah lagi, Muhammadiyah menemukan gagasan baru dalam format “Islam yang berkemajuan,” bukan Islam yang lumpuh di tangan umat yang lemah yang telah cukup lama menjadi mainan sejarah. Pada mulanya perumusan tujuan Kelahiran Muhammadiyah tahun 1912 mendahului kelahiran bangsa (1920-an) dan negara (1945) Indonesia. Ungkapan nasionalisme memang tidak populer di kalangan Muhammadiyah, tetapi perbuatan yang bercorak nasionalistik telah menjadi wataknya sejak semula kebangkitannya. Muhammadiyah langsung bergerak untuk membenahi kultur umat terjajah melalui proses pencerahan dan kemanusiaan, sesuatu yang sangat mendasar bagi bangunan sebuah bangsa yang bakal lahir. Keterbukaannya terhadap gagasan-gagasan baru yang lebih responsif dan aktif telah menjadi sifat Muhammadiyah selama sekian dasawarsa.

30

Daoed Sampoerno. Membina Sumber Daya Manusia Muhammadiyah Yang Berkualitas.Dalam Edy Suandi Hamid (Ed) . Rekontruksi Gerakan Muhammadiyah Pada Era Multi Peradaban. Yogyakarta : Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2001, hal 176.

31


(32)

Muhammadiyah berangkat dari cita-cita sederhana dan lokal sifatnya, yang dalam Anggaran Dasar 1912 terbaca:

a. menyebarkan pengajaran Igama Kanjeng Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wassalam kepada penduduk Bumiputera di dalam residensi Yogyakarta, dan b. memajukan hal Igama kepada anggauta-angautanya.32

Dua tahun kemudian, dalam Anggaran Dasar 1914, sifat lokalnya berubah secara dramatis dalam rumusan:

a. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Igama Islam di Hindia Nederland, dan

b. Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemaunan agama (Igama?)Islam kepada lid-lidnya.33

Untuk mencapai tujuan itu, Muhammadiyah mendirikan sekolah, menggerakkan pengajian, dan menggalakkan penerbitan dalam berbagai bentuk.34

Nama Hindia Nederland dalam AD Muhammadiyah baru diubah menjadi Indonesia dalam Kongres ke-28 di Medan bulan Nopember 1941,

Dengan cara ini, Muhammadiyah ingin menebus kelumpuhan umat melalui proses pencerdasan dan pencerahan. Adapun gagasan tentang bagaimana menolong kesengsaraan umum (seperti orang sakit) baru muncul tahun 1923, sebagai embrio PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem), dipelopori oleh Kiyai Sudja’ dengan persetujuan Ahmad Dahlan.

35

32

Lih. Mh. Djaldan Badawi (penghimpun), Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tanggal Muhammadiyah,

1912-1985. Jogjakarta, Sekretariat Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 1998, hlm.1, artikel 2. Istilah Kanjeng yang

mendahului nama nabi adalah kebiasaan kultur Jawa santri yang bertahan cukup lama. Tahun 1950-an saya masih mendengar sebutan itu di kawasan Jogjakarta.

33

Ibid., hlm. 4, artikel 2.

34

Ibid., hlm. 1, artikel 3 dan hlm. 4, artikel 3.

35

Ibid., hlm. 41.

beberapa bulan menjelang invasi Jepang untuk mengusir Belanda, sedangkan tujuan dan upaya mencapainya belum mengalami perubahan yang berarti. Rumusan tujuan secara mendasar baru terjadi pada Muktamar Muhammadiyah ke-31 di Jogjakarta, 21-26 Desember 1950 yang berbunyi: “Maksud


(33)

Persyarikatan ini akan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.”36

Salah satu ciri gerakan yang bernuansa Islam baru dapat disebut “Modern”. Manakala gerakan keagamaan tersebut menggunakan metode “organisasi”. Muhammadiyah sejak kelahirannya juga telah menggunakan metode organisasi, maka Muhammadiyah dengan sendirinya sebagai sebuah gerakan keagamaan Islam yang modern.

37

Muhammadiyah sejak awal didirikannya secara tegas mengikrarkan diri sebagai gerakan sosial keagamaan dengan memfokuskan diri pada kerja–kerja sosial seperti halnyapendidikan, kesehatan, dan sebagainya,karena gerakan Islam yang berwajah Kultural dan Transformatif itu, maka Muhammadiyah menjadi suatu gerakan Islam yang cepat diterima dan kemudian meluas dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang tengah mendambakan kemajuan pembaharuan. Muhammadiyah kemudian menjadi ideologi pergerakan bagi perubahan masyarakat.38

Bagian ini dimulai dari sebuah pesan KH Ahmad Dahlan yang mengatakan, "Hendaklah kamu jangan sekali-kali menduakan pandangan Muhammadiyah dengan perkumpulan lain." Pesan ini menjadi penting dan harus dicamkan oleh seluruh jajaran Persyarikatan dan AUM, tanpa kecuali, mengingat KH Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action, pencari kebenaran haqiqi dan pencerah akal. Sedikitnya ada tiga kalimat kunci yang menggambarkan tingginya minat Kyai dalam pencerahan akal, yaitu: (1) pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup yang dapat dicapai dengan sikap kritis dan terbuka dengan mempergunakan akal sehat dan istiqomah terhadap kebenaran akali dengan di dasari hati yang suci; (2) akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia; (3)

36

Ibid., hlm. 49 fasal 2.

37

Muhammad Damami, Akar Gerakan Muhammadiyah, Yogyakarta : Fajar Pustaka. 2004, hal 2. 38


(34)

ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia yang hanya akan dicapai hanya jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah swt39

Saat ini banyak ideologi-ideologi lain yang memberikan nuansa yang berbeda dan memiliki daya tarik tersendiri kepada masyarakat dalam bentuk model lembaga pendidikan.

.

Berdasarkan kutipan atas apa yang dipesankan KH Ahmad Dahlan, ideologi Muhammadiyah harus senantiasa menjadi pedoman warga Muhammadiyah. Pendidikan Muhammadiyah harus menjadi model lembaga pendidikan yang mampu mengakomodasi ideologi Muhammadiyah. Tidak dapat disangkal, sekolah-sekolah Muhammadiyah mulai dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA hingga tingkat perguruan tinggi (PT) sudah mengakomodasi materi ke-Muhammadiyahan. Namun demikian, bobot kredit yang diberikan sangat sedikit dan cenderung hanya formalitas untuk memenuhi kekhasan sebagai lembaga Muhammadiyah. Kenyataannya, masih banyak siswa atau mahasiswa yang belum paham atau kenal bahkan mengimplementasikan apa yang menjadi matan dan kepribadian Muhammadiyah. Sedemikian lemahnya ideologi Muhammadiyah pada diri siswa dan mahasiswa sehingga menyebabkan rasa memiliki Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam “amar ma’ruf nahi munkar” tidak muncul dalam kepribadiannya sehari-hari.

40

Kedua, melakukan perumusan filsafat dan pengembangan kurikulum pendidikan

alternatif serta modifikasi kurikulum.

Untuk mengantisipasi kemungkinan lembaga pendidikan Muhammadiyah ditinggalkan, ada beberapa cara yang lebih inovatif agar lembaga pendidikan diminati masyarakat tanpa meninggalkan ideologi Muhammadiyah itu sendiri, di antaranya:

Pertama,menyelenggarakan pendidikannya dengan sistem full day school (waktu

pembelajaran hingga sore hari) dan menggunakan metode-metode baru dalam pembelajaran.

39

Mohamad Ali dan Marpuji Ali. Filsafat Pendidikan Muhammadiyah: Tinjauan Historis dan Praksis. Sebuah Makalah.

40


(35)

Ketiga, melakukan tafsiran Al-Qur’an dengan pendekatan sistem, atau Tafsir Sistem. Satu konsep kunci yang harus dirumuskan, yakni ide fitrah berupa tauhid. Artinya, orientasi filsafat dan kurikulum pendidikan bertitik tolak dari konsep Tauhid.

Keempat, menggunakan paradigma pendidikan Islam dengan mengaksentuasikan

nilai-nilai tauhid sebagai tujuan yang paling prinsipil dan substansial.

Dan kelima, berikhtiar membangun kurikulum berbasis tauhid (KBT) sebagai program khusus pada tingkat SD.

Selain lima butir di atas, Perlu pengaktifan siswa dan mahasiswa dalam rangka mewujudkan ukhuwah Islamiyah demi pemantapan syariat Islam bagi umat Islam dan keaktifan dalam kegiatan dakwah dan organisasi Muhammadiyah41.

2.1.1 Perkembangan secara Vertikal

Perkembangan organisasi Muhammadiyah secara vertikal yaitu perluasan organisasi Muhammadiyah ke seluruh penjuru tanah air yang diorganisasikan dari tingkat Pusat, wilayah, daerah, cabang, dan ranting Muhammadiyah. Pertumbuhan ini dimulai sejak masa pemerintahan Hindia Belanda yang telah memberikan izin kepada Muhammadiyah untuk berdiri di luar Yogyakarta. Dengan izin tersebut cabang – cabang organisasi Muhammadiyah bermunculan di Pulau Jawa, tetapi juga menyeberang ke Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Di pulau Jawa antara lain Jawa Timur yang memiliki dua cabang yaitu Surabaya dan Kapajen, daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki dua cabang yaitu Sradakan dan Imogiri, Jawa Tengah yang memiliki enam cabang yaitu Blora, Surakarta, Sala, Purwokerto, Pekalongan, dan Pekajangan. Selain itu berdiri pula cabang di Jakarta, Garut dan Sungai Liat Bangka.

41

Rusmin Tumanggor. Budaya Pembelajaran di Dunia Pendidikan Muhammadiyah: Perspektif Antropologi. Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya di UHAMKA pada tanggal 4 Juni 2009


(36)

2.1.2 Perkembangan Secara Horizontal.

Perkembangan secara horizontal yaitu perkembangan dan perluasan amal usaha organisasi Muhammadiyah yang meliputi bidang agama, pendidikan, sosial Amal usaha dan organisasi Muhammadiyah diamalkan pada setiap cabang organisasi Muhammadiyah. Hal ini disesuaikan dengan kondisi zamannya dan kemampuan masing – masing daerah,konsep amal usaha menurut organisasi Muhammadiyah mengandung dua aspek yaitu aktivitas persyarikatan Muhammadiyah yang merupakan pengamalan kepada masyarakat yang dilandasi dengan iman yang islam yang kuat, sedangkan aspek kedua merupakan aspek amal usaha dibidang sosial, pendidikan, dan kesehatan.

Sesuai dengan maksud dan tujuannya, maka dibentuklah kesatuan-kesatuan kerja yang berkedudukan sebagai badan pembantu pimpinan pesyarikatan. Kesatuan-kesatuan tersebut berupa majelis-majelis dan badan-badan lainnya, antaranya :

a. Majelis Tarjih

Majelis ini bertugas memperdalam penyelidikan ilmu agama Islam untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya,selanjutnya untuk dijadikan pedoman dan tuntutan bagi pinjaman dan anggota-anggota Muhammadiyah.

b. Majelis Tabligh

Majelis ini bertugas :

1. Mempergiat dan menggembirakan dakwah Islamiyah amar mak’ruf nahi mungkar. 2. Memperteguh iman, menggembirakan dan memperkuat ibadah serta mempertinggi

akhlak mulia.

c. Majelis Pendidikan dan Kebudayaan

Majelis ini bertugas, memajukan kebudayaan dan memperbaharui pendidikan, pengajaran dan kebudayaaan serta memperluas ilmu pengetahuan menurut tuntutan Islam.


(37)

d. Majelis Pembina Kesejahteraan Umat

Majelis ini bertugas, menggerakkan dan menghidup-suburkan amal, tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.

e. Majelis Pembina Ekonomi

Majelis ini bertugas, membimbing kearah perbaikan kehidupan dan penghidupan yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.

f. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan Majelis ini bertugas :

1. Mendirikan, menggembirakan dan memelihara tempat-tempat ibadah dan wakaf. 2. Mengurusi masalah tanah dan hak milik Muhammadiyah sebagai barang amanat yang

harus dipergunakan sebagaimana mestinya. g. Majelis Pustaka

Majelis ini bertugas :

1. Mengadakan dan menyelenggarakan penentuan siaran-siaran dalam menyebarluaskan cita-cita dalam perjuangan Muhammadiyah.

2. Menyelenggarakan adanya perpustakaan yang cukup lengkap untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan dokumen Persyarikatan.

h. Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang)

Majelis ini bertugas membina perguruan tinggi Muhammadiyah serta memperluas ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian menurut tuntutan Islam.

Dalam perkembangan selanjutnya, Muktamar Yogyakarta ke 42 yang berlangsung pada tahun 1993 di Yogyakarta memandang untuk menyempurnakan kelembagaan baik yang berupa majelis, atau badan ataupun lembaga demi menampung aspirasi dan amalan yang berkembang ditengah-tengah persyarikatan Muhammadiyah. Penyempurnaan tersebut


(38)

sebagai pemecahan tugas majelis yang dipandang terlalu jauh cakupan kerjanya ataupun bersifat baru.

2.2 Filosofis Muhammadiyah

“Saya mesti bekerja keras, untuk meletakkan batu pertama dari pada amal yang besar ini. Kalau saya lambatkan dan saya hentikan karena sakitku ini, tidak ada orang yang akan meletakkan dasar itu. Saya sudah merasa bahwa umur saya tidak akan lama lagi. Maka jika

saya kerjakan lekas yang tinggal sedikit ini, mudahlah yang datang kemudian menyempurnakannya.42

42

tuntunan hizbul wathan”, yang disusun oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, tahun 1961, pada halaman 3 ”

Petikan di atas merupakan ucapan langsung K.H. Ahmad Dahlan yang tertera di bawah potretnya yang dimuat dalam buku “tuntunan hizbul wathan”, Sesungguhnya petikan di atas merupakan sepenggal dari pembicaraan Kyai dan istrinya, Nyi Dahlan, pada bulan-bulan akhir hayat pendiri Muhammadiyah. Ini terkait dengan permintaan murid-murid Kyai Ahmad Dahlan, agar Nyi Dahlan meminta Kyai untuk istirahat sehubungan dengan sakitnya yang bertambah keras. Dan itulah kata-kata yang keluar dari lubuk jiwanya.

Penggal ucapan pendiri Muhammadiyah menarik untuk diambil kembali dalam pembicaraan kita kali ini guna menarik benang merah bagaimana kegigihan dan komitmen seorang pembaharu terhadap perjuangan yang dirintis dan diretasnya itu perlu melintasi bentangan waktu ke depan, menjangkau hitungan kesinambungan generasi Kalau kata-kata di atas diucapkan oleh K.H. Ahmad Dahlan mendekati tahun 1923, yakni tahun kewafatannya, dan sekarang sudah akhir tahun 2010, maka suara hati beliau dibuktikan oleh sejarah. Generasi demi generasi penerus Muhammadiyah telah memperoleh maupun mengenyam kemudahan itu dengan bentuk-bentuk amal usaha nyata maupun pranata-pranatanya yang takaran jumlah dan jenisnya terus bertambah.


(39)

Menurut Munir Mulkhan, Muhammadiyah mengembangkan keterbukaan, menghargai perbedaan, toleransi dan semacamnya kepada para anggotanya melalui berbagai macam aktivitas atau forum seperti pengajian, training, dan pertemuan pengurus-anggota di berbagai tingkatan (Muktamar, Musyawarah Wilayah, Musyawarah Daerah,Cabang dan Musyawarah Ranting). Lebih lanjut lagi, beberapa organisasi otonom Muhammadiyah seperti Aisyiah, Nasyiatul Aisyiah dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah terlibat langsung dalam penyelenggaraan demokrasi dalam pengertian partisipasi masyrakat dalam politik formal, misalnya pendidikan untuk pemilih; monitoring pemungutan suara,pendidikan anti korupsi dan pengembangan sensivitas gender.

kiprah Muhammadiyah sejak awal kehadirannya, baik sebelum terbentuknya Bangsa Indonesia dan Negara Republik Indonesia maupun sesudah Indonesia merdeka secara konsisten memposisikan dan memerankan diri sebagai organisasi gerakan dakwah Islam yang berwawasan “kemajuan” (tajdid). Dalam hal ini Muha mmadiyah mengembangkan tabligh sebagai kegiatan awal terpenting organisasi.

Bagi Muhammadiyah tabligh merupakan sarana transmisi pengetahuan dan wawasan agama secara terencana. Sebagai kekuatan non politik pada permulaan abad ke-20 tabligh dapat dipandang sebagai unsur baru43 Dan inilah salah satu bentuk maupun cara “gerakan civil society” yang ditempuh Muhammadiyah yang dalam perkembangannya kini telah mewujud dalam berbagai perwujudan gerakan dakwah. Maka kiprah dan peran Muhammadiyah dalam dinamika kebangsaan dan gerak melintasi zaman dapat dilihat dari beberapa unsur atau pilar, antara lain:44

1. Idiil, yang secara filosofis dan normatif terangkum dalam serangkaian landasan dan pandangan persyarikatan dari masa ke masa.

43

Karel A. Steenbrink, 1986, Pesantren, Madrasah, Sekolah, Jakarta, LP3S.hal 54.

44

H.A. Malik Fadjar Peran Muhammadiyah Dalam Gerakan Civil Society Untuk Mewujudkan Cita-Cita Nasional,Sebuah Makalah.


(40)

2. Strukturil, yang secara organisasi dan kelembagaan menjadi wahana gerakan civil society .

3. Amal Usaha, yang secara riil menjadi pengejewantahan gerakan dakwah keragaman, sosial dan kemasyarakatan.

4. Tokoh, yang secara lokal, nasional, dan internasional memainkan peran kepemimpinan.

5. Kader, yang secara berkesinambungan menjadi kekuatan penerus gerakan dakwah melintasi zaman.

Untuk menghasilkan seseorang yang demokratis, Muhammadiyah menanamkan nilai-nilai keadaban secara intensif seperti menghargai orang lain; serta berpikir kritis dan konstruktif kepada masyarakat dan komunitas secara umum. Diakui oleh Haedar Nasir bahwa Muhammadiyah belum memformulasikan pendidikan demokrasi secara khusus, meski Muhammadiyah telah menerapkan prinsip-prinsip demokrasi dalam (a) mencapai konsensus, membuat keputusan, mencari jalan keluar untuk menengahi persoalan publik dan organisasi, (b) berinteraksi sosial. Dalam Muhammadiyah, demokrasi ditunjukan dengan pemikiran rasional dalam mengatasi masalah sosial.45

Prinsip-prinsip pendidikan demokrasi juga diterapkan dalam pemilihan pimpinan dari tingkatan bawah-ranting, cabang, daerah dan propinsi. Selain itu, pendidikan demokrasi, menurut Bustomi adalah proses mewujdkan warga negara yang baik, yaitu mengajarkan manusia memahami dirinya atau identitasnya. Warga negara yang baik adalah mereka yang mencintai negaranya, karena cinta negara merupakan perwujudan dari keimanan. Hizbul Wathan, pramuka Muhammadiyah, merupakan salah satu satu wadah yang memfasilitasi para

45


(41)

siswa menerapkan prinsip demokrasi, seperti mengenal sistem pemerintahan, cinta negara, menghargai orang lain, dan sikap terbuka.46

Pada masa awal, pendidikan Muhammadiyah merupakan proyek besar spiritual

learning sebagai praksis pembaharuan Kiai Ahmad Dahlan yang menyatukan Islamic Studies

dan Secular Studies. Dari sini tumbuh tradisi masyarakat pembelajar (learning society) setelah satu abad setelah gerakan Muhammadiyah itu didirikan. Pengembangan tradisi masyarakat pembelajar demikian mendasari berbagai kebijakan pendidikan masa Kemerdekaan Republik Indonesia terutama bagi warga muslim. Oleh karena itu seharusnya organisasi muhammadiyah bisa mengembangkan pendidikan Muhammadiyah di dalam satu nafas dalam dinamika negara bangsa.

Satu abad Muhammadiyah, banyak orang mengenal pendidikan sebagai ikon gerakan, tapi sedikit yang mengenal gagasan besar pendirinya, Kiai Ahmad Dahlan bidang pendidikan. Dalam dokumen yang dikenal sebagai transkrip pidato Konggres 1922, berkali-kali Kiai Ahmad Dahlan menyebut Quran suci, hati suci, akal suci sebagai fondasi proyek kemanusiaan Islam. Pendidikan digagas sebagai lembaga pembelajaran kesatuan kemanusiaan berbasis pada kitab suci, dikelola dengan akal dan hati suci. Selain dari beberapa dokumen, gagasan itu bisa dibaca dari kesaksian murid-murid Kiai Dahlan antara lain seperti Kiai Syuja’, Farid Ma’ruf, dan Kiai Hadjid.

47

Basis teoritik pembelajaran dicari dalam God Spot (titik-tuhan) spiritual quotiens-nya Danah Zohan & Ian Marshal, akar historis konversi hidayah makrifat sahabat atau sirah nabawi dan generasi perintis Muhammadiyah. Metodologi pembelajaran dikembangkan dari John P Miller, Paulo Freire dan sejarah pembelajaran generasi awal Muhammadiyah. Seluruh

46

Ibid hal.160. 47

Disusun dan disampaikan dalam acara Seminar Satu Abad Pendidikan Muhammadiyah Revitalisasi Sistem dan Kualitas di Tengah Persaingan Global dengan tema “Profil dan Karakter Pendidikan Muhammadiyah yang

Holistik”, diselenggarakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerjasama dengan Universitas Prof Hamka


(42)

ilmu dan puncak pengalaman bangsa-bangsa ditempatkan sebagai materi ajar disinari kesadaran tentang Tuhan atau tauhid. Isi pokok spiritual learning ialah kesadaran ketuhanan (Islamic Studies), dasar pembelajaran mengelola dan mengolah alam (Secular Studies) dalam hidup sosial dengan seperangkat nilai kesediaan belajar dan mengajar secara terus-menerus.

Dalam perkembangannya Muhammadiyah memiliki konsepsi tentang demokrasi sebagai suatu sistem politik dan sosial muhammadiyah memahami demokrasi dari dua dimensi; prosedural dan subtantif, pertama menyangkut bagaimana lembaga demokratis seperti trias politica dan partisipasi masyarakat dalam politik formal seperti pemilihan umum, berjalan secara efektif, dan Warga Muhammadiyah berpendapat bahwa demokrasi harus diterapkan dalam kerangka menciptakan kesejahteraan bagi semua warga negara terlepas dari latar belakang mereka. Setiap orang harus diperlakukan secara adil agar ia dapat mengakses pendidikan, pekerjaan, dan layanan kesehatan yang lebih baik dan semacamnya.

Demokrasi subtantif, menurut warga Muhammadiyah adalah menanamkan nilai-nilai inti demokrasi seperti menghargai perbedaan atau pluralitas, hak individu, kebebasan, keadilan, keterbukaan, toleransi, kritik, kemerdekaan, amanah dan nilai-nilai keadaban lainnya kepada masyarakat luas, termasuk di Indonesia. Adapun beberapa warga Muhammadiyah saat diwawancarai menyatakan menerima demokrasi dengan setengah hati. Masyarakat yang meragukan demokrasi Barat lebih berpegang teguh pada konservatisme atau paham kelompok salafi dan cenderung literalis.

Selain itu, sebagian warga Muhammadiyah menolak gagasan kesesuaian Islam dengan demokrasi (Barat) karena Islam tidak mengenal kedaulatan rakyat (teokrasi); konsep kebebasan dibatasi oleh peran Tuhan; kelompok ini yakin betul bahwa Islam mengandung nilai-nilai yang sesuai dengan demokrasi, namun gagasan demokrasi Islam tersebut berbeda dari gagasan demokrasi Barat. Tujuan demokrasi Barat adalah untuk mencapai kebahagiaan materi saja, yang berbeda dengan konsep Islam, yakni kebahagiaan material dan spiritual;


(43)

dunia dan akhirat. Lebih lanjut, umat Islam harus menempatkan wahyu sebagai otoritas utama, sehingga kebebasan individu tersebut tidak bertentangan dengan wahyu (teks suci). Dan individu harus bertanggung jawab atas tindakan mereka, termasuk kepemimpinan, di depan publik di dunia dan di hadapan Tuhan di akhirat.


(44)

BAB III

FILSAFAT PENDIDIKAN POLITIK MUHAMMADIYAH

3.1 Paradigma Pendidikan Politik Muhammadiyah

Salah satu faktor kebertahanan dan keberhasilan Muhammadiyah sepanjang sejarah menjalankan missinya adalah kemampuannya memelihara jarak (disengagement) dengan negara, kekuasaan (power) dan politik. Muhammadiyah dalam banyak bagian sejarahnya cenderung melakukan “political disengagement”, menghindari diri dari keterlibatan langsung dalam politik, apakah “politik negara” (state politics) maupun “politik kepartaian” (party

politics), atau politik kekuasaan (power politics). Dengan watak seperti ini Muhammadiyah

dapat terhindar dari koptasi negara atau, lebih parah lagi, bahkan menjadi bagian dari negara itu sendiri; dengan begitu pula, mengambil jarak dengan parpol-parpol yang ada, sehingga tidak terjadi identifikasi Muhammadiyah dengan parpol tertentu. Hasilnya, Muhammadiyah dapat memelihara karakter dan muru’ahnya sebagai organisasi civil society.48

Keberadaan sruktur – sruktur atau instistusi – institusi politik di tingkat masyarakat, seperti partai politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan, dan media massa yang kritis dan aktif, merupakan satu indicator adanya keterlibatan rakyat dalam kehidupan politik. Dengan dilandasi suatu kesadaran bahwa aktivitas- aktivitas politik pemerintah dengan serta– merta secara langsung maupun tidak langsung akan memiliki dampak terhadap kehidupan rakyat secara keseluruhan maka keterlibatan rakyat adalah suatu kelaziman.49

Dalam politik juga tidak boleh dilupakan faktor orang atau manusianya. Faktor aktor atau pelaku yang bertindak menentukan apakah politik itu menjadi serba pragmatis atau tidak. Politik itu pada dasarnya baik sebagaimana aspek kehidupan lainnya, tetapi politik

48

Azyumardi Azra Makalah untuk Semiloka Pra-Muktamar Satu Abad Muhammadiyah‘Peran Muhammadiyah dalam Dinamika Kebangsaan’UMS, 14-15 Desember 2009.

49


(45)

menjadi kotor karena dikotori oleh pelakunya, di mana hukum seperti ini berlaku untuk ranah kehidupan lain termasuk agama. Politik dalam tradisi Islam itu “sawasa al-amr”, mengurus urusan dengan sebaik-baiknya. Menurut Ibn ‘Aqil, as-siasatu ma kana fa’ala yakunu minhu

al-nasu aqrabu ila al-shalah wa ab’adu ‘an al-fasad, wa an lam yakun yasyra’ahu al-Rasulu wa la nazala bihi wahyu (Politik itu adalah segala perbuatan yang membawa manusia lebih

dekat pada kemaslahatan dan lebih jauh dari kemafsadatan, kendati Rasulullah tidak menetapkannya dan Allah SWT tidak mewahyukannya). Muhammadiyah memandang politik sebagai alat perjuangan Islam melalui kekuasaan negara, yang termasuk dalam wilayah al-umur al-dunyawiyyat. Karena itu perjuangan politik harus ditempuh oleh para kader politik Muhammadiyah dengan segenap kemampuan dan komitmen yang tinggi.

Di sisi lain, dengan ber-khittah pada 1912, Muhammadiyah sudah sedari awal sadar bahwa perubahan paling bermakna adalah pergerakan dari pinggir ke pusat; perubahan melalui jalur sosial dan budaya. Jauh sebelum Nurcholish Majid menyerukan sokongan pada pembentukan Islam kultural, Muhammadiyah sudah memikirkan dan melaksanakannya. Hanya sayang kadang tidak disadari bahwa keputusan strategis yang dirancang oleh pendiri Muhammadiyah tidak diapresiasai semestinya.50

Keterkaitan Muhammadiyah dengan pendidikan politik mengalami pasang surut. Ketika berdiri,Muhammadiyah sama sekali tidak terlibat politik sekalipun beberapa tokohnya juga menjadi anggota SI (Sarekat Islam). Kemudian, semakin jelas perannya dalam politik ketika semakin banyak rangkap anggota antara Muhammadiyah dan SI. Ketika muncul konflik kepentingan, Muhammadiyah melarang keanggotaan rangkap. Pada zaman pendudukan Jepang, tokoh-tokoh Muhammadiyah menjadi motor MIAI (Majlis Islam A’la Indonesia), yang sekalipun bukan partai tetapi menjadi wadah aspirasi politik Islam.

50


(46)

Sikap netral tersebut disempurnakan lagi dalam Khittah Surabaya 1978, yang memuat sikap bahwa Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam segala bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari suatu Partai Politik atau Organisasi apa pun. Lebih dari itu, ditegaskan bahwa setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah.

Netralitas Muhammadiyah terus berlanjut sampai sekarang, sekalipun dalam 10 tahun terakhir ini, diperjelas bahwa Muhammadiyah harus mengambil peran dalam membangun bangsa demokratis, bemoral dan bermartabat. Kehancuran moral bangsa menuntut peran Muhammadiyah secara lebih aktif.

Namun demikian, netalitas sikap Muhammadiyah terhadap partai politik dan disenggagement-nya dalam waktu yang lama dari politik praktif mengakibatkan munculnya dua hal, positif dan negatif. Yang positif adalah bahwa Muhammadiyah bisa berkonsentrasi di bidang usahanya, speperti pendidikan, kesehatan dan santunan sosial. Jumlah AUM semakin banyak dan berakar di masyarakat. Juga, stigma yang menimpa partai politik bisa dihindari oleh Muhammadiyah. Tetapi, di samping itu, yang negatif adalah bahwa Muhammadiyah mengalami kelangkaan kader politik yang kompeten, gagap menyikapi perkembangan politik, dan tidak sensitif terhadap siyuasi politik.

Dalam konteks kekinian, pendidikan politik Muhammadiyah diharapkan tidak hanya mampu melahirkan kader-kader Persyarikatan Muhammadiyah, namun ia juga harus mampu melahirkan kader-kader bangsa. Untuk mewujudkan itu semua, apalagi dalam kompetisi global, tidaklah mudah. Banyak tantangan yang perlu dihadapi untuk melakukan terobosan-terobosan atau tindakan inovatif sehingga cita-cita yang menjadi tujuan akhir.


(47)

3.2 Filosofis Pendidikan Politik Muhammadiyah

Pendidikan politik dalam Muhammadiyah telah dimulai oleh K.H Ahmad Dahlan ketika melakukan pembinaan khusus pada para Pemuda Islam melalui kegiatan-kegiatan pengajian dan perlibatan dalam tugas-tugas dakwah pada masa awal berdirinya persyarikatan. Dan para Pemuda inilah belakangan yang menjadi tokoh-tokoh elit Muhammadiyah seperti Ki bagus Hadikusumo, K.H Fakhruddin, Ki H.R. Hadjid dan lainnya.baik dalam perspektif program maupun politik dapat dikatakan sebagai suatu proses pendidikan, yakni pendidikan khusus yang didesain untuk kepentingan tertentu. Yakni menyiapkan orang atau sekelompok orang yang memiliki kualitas tertentu, sebagai inti gerakan yang berperan mengemban misi pencapaian tujuan suatu organisasi atau gerakan.51

Namun politik memang penting dan strategis, kerana itu tidak dapat dinegasikan apalagi dibuang jauh-jauh dari kehidupan. Kini yang diperlukan ialah bagaimana menegakkan politik yang sehat dan para pelaku politik yang sama sehatnya, sehingga politik menjadi alat strategis untuk sebesar-besarnya kemaslahatan hidup umat manusia. Dalam kaitan inilah Muhammadiyah mencoba memilah atau melakukan pembagian kerja antara Politik secara klasik berkaitan dengan urusan negara atau pemerintahan. Politik dalam ranah yang konkret selalu dikaitkan dengan kekuasaan, termasuk di dalamnya pengaruh dan kekuatan. Politik berkaitan dengan beragam kegiatan manusia dalam sistem politik. Politik sering dikaitkan dengan kepentingan atau seni memperjuangkan kepentingan. Politik juga menyangkut nilai, yakni alokasi nilai yang dipandang berharga untuk diperjuangkan dalam kehidupan masyarakat, yang nilai itu sering direduksi menjadi nilai kekuasaan dan kepentingan. Politik tidak pernah lepas dari denyut nadi masyarakat sebagai makhluk politik. menjadi pragmatisme, sehingga nilai-nilai politik yang ideal dikalahkan oleh kepentingan-kepentingan kegunaan yang beraroma perjuangan kekuasaan belaka.

51


(1)

berkembang diseluruh pelosok tanah air, dipandang sangat potensial untuk mewadahi siswa dan generasi mudanya yang semula Pramuka, beralih kedalam Kepanduan Hizbul Wathan.72

72

Laporan Organisasi Otonom, Pada Lampiran Laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang disampaikan pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di Yogyakarta, tanggal 26-27 April 2007.


(2)

PENUTUP

KESIMPULAN

Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, bahwa pertanyaan utama penelitian ini adalah bagaimana pendidikan muhammadiyah dalam kerangka analisis filosofis? Sebagai organisasi Islam di Indonesia telah memberikan corak yang beragam dalam mengekplorasi gagasan dan praktik (pengalamannya). Karena kelompok sasaran penelitian ini adalah organisasi kemasyarakatan Islam, maka studi ini didasarkan pada teori Tajdid dan Filososofis pendidikanpendidikan politik (perspektif). Dalam penelitian ini mengeksplorasi beberapa hasil kesimpulan yang dihubungkan dengan tema berikut : landasan ideologi,filosofis pendidikan politik Muhammadiyah, dan gagasan Muhammadiyah.

Pertama, secara ideologis Muhammadiyah berafiliasi ke idiologi Sunni dan menyatakan dirinya sebagai gerakan tajdid, yang mendukung gerakan ijtihad dan seruan kembali kepada kemurnian ajaran agama dengan semboyan kembali ke sumber murni (kitab suci).

Kedua, pendidikan politik Muhammadiyah secara filosofis sepakat bahwa Islam memiliki ajaran, seperti syura dan ‘adil (keadilan), yang sesuai dengan gagagsan demokrasi, namun respon mereka terhadap konsepsi demokrasi barat sangat bervariasi.Pendidikan politik muhammadiyah mengedepankan nilai – nilai islam yang sebagai kekuatam moral masyarakat dalam menjalankan aktifitas sesuai dengan fungsinya.

Ketiga, Muhammadiyah mengadvokasikan gagasan masyarakat pluralistik, partisipatif, dan terbuka. Meletakkan pondasi islami dalam setiap gagasannya ini bertujuan agar kesatuan dan persatuan umat dapat terjaga dan Muhammadiyah berupaya mendidik warganya dan masyarakat luas dengan mempromosikan nilai-nilai demokratis dan keadaban, kesadaran politik, partisipatif serta responsif. Mengusahakan norma islami mampu menjadi pengendali


(3)

Keempat, Muhammadiyah lebih memilih perjuangan membangun bangsa dan negara melalui jalur gerakan kemasyarakatan non-politik-praktis atau di luar perjuangan partai politik.

kehidupan pribadi dalam menghadapi dinamisai kehidupan dalam era globalisasi ini sehingga seluruh lapisan masyarakat mampu menjadi sumber daya insani yang berkualitas.

Filsafat yang dianut dan diyakini oleh Muhammadiyah adalah berdasarkan agama Islam, maka sebagai konsekuensi logiknya, Muhammadiyah berusaha dan selanjutnya melandaskan filsafat pendidikan politik Muhammadiyah atas prinsip-prinsip filsafat yang diyakini dan dianutnya. Filsafat pendidikan politik memanifestasikan pandangan ke depan tentang generasi yang akan dimunculkan.Dalam kaitan ini filsafat pendidikan politik Muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari filsafat pendidikan Islam, karena yang dikerjakan oleh Muhammadiyah pada hakikatnya adalah prinsip-prinsip Islam yang menurut Muhammadiyah menjadi dasar pondasi bagi pembentukan manusia Muslim.

REKOMENDASI

Dibagian ini, penulis memberikan rekomendasi yang berkaitan skripsi yang berjudul Pendidikan politik muhammmadiyah Studi Analisis Filosofis, sebagai berikut :

1. Muhammadiyah Apabila berdasarkan Khittah nya, harus mempertegas lagi konsep yang jelas dan sistematis mengenai pemikiran mendasar mengenai pendidikan politik Muhammadiyah agar kedepan pendidikan politik muhammadiyah tidak dianggap hanya simbolis ,akan tetapi menjadi panutan yang wajib dijalankan kader muhammadiyah

2. Muhammadiyah harus lebih fokus dan mempunyai implementasi yang objektif maupun sangat realistis berkaitan dengan pendidikan politik Muhammadiyah,agar organisasi Muhammadiyah memiliki orientasi secara filosofis agar tidak terpancing


(4)

masuk kearena kepentingan,dikarenakan pemerintah memiliki kepentingan untuk memuluskan kebijakan yang ada.

3. Pendidikan politik muhammadiyah haruslah bisa menjawab realitas masyarakat yang hari ini secara keseluruhan dikategorikan masyarakat yang belum sejahtera ,sehingga apa yang dilakukan Muhammadiyah dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia yang kurang mampu atau tidak mapan dalam bidang ekonomi.

4. Muhammadiyah haruslah mampu menyoroti keadaan sosial masyarakat, realitas pluralisasi masyarakat Indonesia dengan keaneka ragaman agama,suku,ras maupun karakteristik masyarakat dihubungkan dengan letak wilayah yang jaraknya berbeda menghasilkan analisis problematika sendiri prihal kehidupan sosial,ini semua bisa diretas ketika pemerintah fokus dan segala kebijakan harus berorientasi terhadap masyarakat banyak,ketika pemerintah tidak mampu dalam menyelesaikan permasalan sosial yang ada, ini sebenarnya peluang besar kepada muhammadiyah dalam nenunjukkan komitmen dan konsistensi dalam menjalan aktifitas pendidikan politik sesuai dengan gagasan yang ada demi kejahteraan dan persatuan bangsa.


(5)

Daftar Pustaka

Adaby, Ahmad, Darban dan Mustafa Kemal Pasha. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam (dalam perspektif Historis dan Ideologis) Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000.

AlQur'an, S. Ali-Imran:104.

Damami, Muhammad, Akar Gerakan Muhammadiyah, Yogyakarta : Fajar Pustaka. 2004.

Edy Suandi Hamid (Ed) . Rekontruksi Gerakan Muhammadiyah Pada Era Multi Peradaban. Yogyakarta : Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2001.

Faturohman, Deden dan Wawan Sobari. Pengantar Ilmu Politik. Malang : UMM Press. 2004.

Fachruddin, Fuad, Agama dan Pendidikan Demokrasi. Jakarta : Pustaka Alvabet, 2006.

HA. Mukti Ali, Muhammadiyah di Penghujung Abad 20, UMS Press Surakarta, 1989.

Jurdi, Syarifudin, Elite Muhammadiyah Dan Kekuasaan Politik Studi Tentang Tingkah laku Politik Elit Lokal Muhammadiyah Sesudah Orde Baru. Yogyakarta : UGM Press. 2004.

Mua’rif (dkk). Ber-Muhammadiyah Secara Kultural. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2004.

Nashir, Haedar, Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah. Yogyakarta : BIGRAF Publishing. 2000.

Sampoerno, daoed Membina Sumber Daya Manusia Muhammadiyah Yang Berkualitas, Dalam Edy Suandi Hamid (Ed) . Rekontruksi Gerakan Muhammadiyah Pada Era Multi Peradaban. Yogyakarta : Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2001.


(6)

Streenbrink Kareel A, Pesantren, Madrasah, Sekolah, LP3ES, Jakarta, 1986.

Sutarmo, Muhammadiyah Gerakan Sosial Keagamaan Modernis. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah.2005.

Syaifullah, Gerak Politik Muhammadiyah Dalam Masyumi, Jakarta : Grafiti. 1997.

U,Pramono, Tanthowi. Muhammadiyah dan Politik Mencari Landasan Pemikiran bagi Partisipasi Politik. Dalam Jurnal TANWIR. Volume 4 Nomor 1, Juni 2005.

Usman, Husani dan Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial, Bandung : Bumi Aksara. 2004.

Varma, SP (terj), Teori Politik Modern. Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2001.

Makalah –makalah :

Azyumardi Azra, Makalah untuk Semiloka Pra-Muktamar Satu Abad Muhammadiyah‘Peran Muhammadiyah dalam Dinamika Kebangsaan’UMS, 14-15 Desember 2009.

Haedar Nashir, Aktualisasi Khittah Muhammadiyah Dan Format Peran Politik Kebangsaan UMS, 14-15 Desember 2009.

Internet :