negara, telah menempatkan Islam sebagai faktor yang sangat menentukan dalam perkembangan politik di Pakistan. Pihak manapun yang akan memerintah Pakistan, sipil
atau militer, dan apapun corak politiknya, otoriter dan diktatoris atau demokratis, tidak dapat mengabaikan peranan Islam.
45
“Islam” dipakai pemerintah untuk melegitimasi kekuasaannya. Namun bersamaan dengan hal itu, “Islam” pun dimanfaatkan oleh pihak
oposisi untuk menjatuhkan penguasa. Ketika pemerintahan sipil termasuk partai-partai politik dan birokrasi tidak
mampu mengatasi masalah-masalah tersebut, baik yang dilatar belakangi oleh konflik etnis maupun isu agama, akhirnya militer pun seringkali tampil ke kancah politik untuk
mengambil alih kekuasaan dengan alasan menyelamatkan negara.
B. Biografi Politik Benazir Bhutto
B.1. Riwayat Hidup dan Pendidikan Benazir dalam bahasa Pakistan berarti: tak ada duanya dilahirkan di Karachi 21
Juni 1953 dan meninggal kamis, 27 Desember 2007 dalam serangan tembakan dan bom bunuh diri di Rawalpindi.
46
Benazir Bhutto Dilahirkan dari pasangan Ali Bhutto dengan istri keduanya Begum Nusrat. Benazir dikenal dunia sebagai politisi Pakistan yang
menjadi perempuan pertama yang berhasil memimpin sebuah negara yang berpenduduk mayoritas Islam dalam sejarah dunia di masa pasca-kolonial. Ia terpilih dua kali sebagai
Perdana Menteri Pakistan yaitu pada periode 1988-1990 dan 1993-1996.
47
Ia dibesarkan dalam lingkungan masyarakat yang mayoritas masih buta huruf dan feodal yang masih
45
Dhurorudin Mashad, “Pemilu di Pakistan 1990: Kegagalan Benazir Bhutto Dalam Meraih Kekuasaan”, h.73.
46
Zaenal Ali, Tragedi Benazir Bhutto Yogyakarta: Narasi, 2008, h. 36.
47
Zaenal Ali, Tragedi Benazir Bhutto, h. 55.
cenderung memandang wanita sejenis perabot keluarga, dimana laki-laki keluar rumah mencari nafkah dan wanita cukup mengurus rumah tangga. Pembagian kerja demikian
oleh masyarakat Pakistan dipercaya sebagai telah diatur oleh alam secara luhur dan adil, dan oleh karena itu harus dipertahankan.
48
Kepercayaan demikian lebih diperkuat oleh interpretasi sebagian Ulama Pakistan yang 97 penduduknya beragama Islam, bahwa agama Islam tidak mengijinkan pria
menjadikan wanita sebagai Imam dalam shalat berjamaah bersama. Sehingga sebagai
konsekuensi kiasnya, seorang wanita tak diperkenankan menjadi pemimpin, termasuk dalam pemerintahan. Karakteristik masyarakat feodal dengan masyarakat
didomonasi kaum pria ini akhirnya menyebabkan terhambatnya mobilitas hidup dikalangan wanita. Wanita cenderung tertinggal dalam banyak hal, termasuk bidang
pendidikan. Namun, justru dalam situasi demikian ternyata Benazir Bhutto berhasil
memperlihatkan perbedaan mendasar dalam latar belakang kehidupannya. Benazir mengalami proses Sosialisasi, Internalisasi, dan Enkulturisasi
49
secara lebih menguntungkan dibanding umumnya wanita Pakistan. Nilai-nilai yang tertanam dalam
diri Benazir ini, baik yang diperoleh karena usaha aktif lewat bangku sekolah maupun dari berbagai pengalaman hidup yang ia alami sangat berpengaruh dalam membentuk
48
Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam Jakarta: Pustaka CIDESINDO, 1996, h. 7.
49
Sosialisasi adalah proses pengajaran penamaan sikap terhadap seseorang tentang bagaimana
seseorang seharusnya berinteraksi dengan orang lain. Internalisasi adalah proses pengajaran dari penanaman sikap terhadap orang lain. Tentang bagaimana cara seseorang mengemukakan perasaan isi
hati, baik rasa cinta, benci suka maupun duka. Sedang Enkulturisasi adalah proses pengajaran dan penanaman sikap terhadap seseorang tentang bagaimana seseorang menyesuaikan diri terhadap nilai-nilai
dan norma-norma yang dianut masyarakat. Lebih jelas lihat Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam
, h. 8.
watak kepribadian baik sebagai seorang individu maupun sebagai anggota masyarakat serta membedakannya dengan kebanyakan wanita Pakistan.
Berbeda dengan mayoritas rakyat Pakistan yang hidup dalam kemiskinan, sebagai anak Ali Bhutto dengan latar belakang keluarga tuan tanah yang kaya kehidupan Benazir
tak pernah kekurangan materi. Apalagi Ali Bhutto pun adalah pejabat tinggi yang luas pergaulan dan pengalamannya, yang oleh sebab itu dia punya sikap berbeda dari
umumnya keluarga Pakistan dalam urusan pendidikan anak-anaknya. Bhutto yang dikenal berpandangan cenderung sekuler bersikap sangat moderat dalam mendidik
anaknya. Bahkan walaupun berasal dari keluarga Muslim, Benazir diperkenankan menamatkan pendidikan di sekolah-sekolah Katolik.
Dimasa kecil dan remajanya, Benazir belajar di lady Jennings Nursery School dan sekolah perempuan Jesus and Mary di Karachi, Pakistan. Seterusnya di Rawalpindi
Presantation Convent. Ia lulus O-level ketika berumur 15 tahun. Begitu setelah tamat sekolah menengahnya Benazir telah dikirim ke Amerika untuk melanjutkan
pendidikannya di Radcliffe College, sekolah katolik khusus wanita di bawah bendera Harvard University. Di Amerika dalam waktu relarif singkat ternyata Benazir sudah
mampu menemukan pribadinya dalam menghadapi budaya Barat yang sangat berbeda dari budaya Pakistan. Sehingga ia segera dapat aktif terlibat dalam berbagai kegiatan,
termasuk ikut berpartisipasi dalam demonstrasi anti perang Vietnam.
50
Benazir lulus dari Harvard University pada tahun 1973 dan melanjutkan kuliah di Oxford University di Inggris dan lulus tahun 1977. Dikampusnya Benazir dikenal
sebagai orator ulung, bahkan pada tahun 1976 Benazir terpilih menjadi pemimpin Oxford Union, sebuah kelompok diskusi di kampus Oxford dan ia menjadi perempuan Asia
50
Dhuroruddin, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 9.
pertama yang memimpin kelompok elit tersebut sehingga langsung menarik perhatian media di seluruh dunia.
51
b. 2. Latar Belakang dan Pengalaman Politik Dari latar belakang sosial-budaya dan pendidikan tergambar jelas bahwa jiwa
Benazir mengalami percampuran akulturasi budaya antara nilai-nilai Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan dengan nilai-nilai sekuler Barat, antara nilai-nilai
feodal masyarakat Pakistan dengan nilai-nilai kebebasan Barat. Akulturasi demikian akhirnya membentuk Benazir pada suatu pribadi “mendua” dalam arti tak mempunyai
ketertarikan kuat terhadap suatu nilai tertentu, baik terhadap Islam, adat-istiadat Pakistan, maupun nilai-nilai sekuler Barat. Dalam kehidupannya Benazir pun cenderung berusaha
“mengawinkan” berbagai nilai yang telah tersosialisasi, terinternalisasi dan terenkulturisasi dalam dirinya itu.
52
Benazir sebenarnya telah mulai kenal dunia politik sejak ia masih “kanak- kanak”,hal ini dimungkinkan mengingat ayahnya, Ali Bhutto, sudah menjabat pos-pos
penting di pemerintahan Pakistan mulai dari Menteri Luar Negeri, Ketua Delegasi Pakistan di PBB, dan akhirnya sebagai Perdana Menterti tetkala Benazir masih kecil.
Sedari kecil Benazir memang telah dipersiapkan Ali Bhutto untuk terjun ke dunia politik. Terbukti setelah Ali Bhutto berkuasa pada tahun 1970 segera membina putri
sulungnya untuk melanjutkan aspirasi politiknya. Untuk itu Benazir segera dikirim ke Harvad AS dan selanjutnya ke Oxford Inggris untuk membina ilmu pengatahuan yang
berkaitan dengan soal-soal pemerintahan.
51
Zaenal Ali, Tragedi Benazir Bhutto, h. 56.
52
Dhuroruddin, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 10.
Kendati demikian waktu itu Benazir sebenarnya tak cukup tertarik pada dunia politik praktis, meskipun di kampus dia telah dikenal sebagai orator ulung dan cerdas,
sehingga cukup potensial untuk terjun dalam politik. Bahkan, tetkala pulang ke Pakistan pada pertengahan 1977 pun Benazir masih menyatakan:
“Tapi aku bukanlah seorang aktifis politik…aku hanya tertarik pada masalah- masalah internasional tanpa melibatkan unsur politik dalam kehidupanku.”
53
Dengan kata lain waktu itu Benazir belum berniat terjun ke dunia politik kendati sang ayah, Ali Bhutto, sudah mempersiapkan Benazir untuk dunia tersebut. Hal demikian
terefleksi dari tindakkan-tindakkan Ali Bhutto, misalnya, pada usia 18 tahun oleh sang ayah Benazir diikut sertakan dalam perjalanan bersejarah ke Simla, India, dimana Bhutto
dan Ghandi menandatangani perjanjian Simla untuk mengakhiri krisis Bangladesh. Bahkan tetkala berusia 25 tahun Benazir diangkatnya menjadi anggota komite sentral
Partai Rakyat Pakistan. Setelah ayahnya dieksekusi pada 1979 oleh rezim militer Zia ul-Haq, Benazir
secara tidak resmi menjadi pemimpin sementara Partai Rakyat Pakistan. Namun ia dikenai penahanan rumah pada 1979-1984. Sejak tahun 1984 hingga 1986 ia bahkan
diasingkan walau kemudian bisa kembali ke Pakistan dan segera menjadi tokoh penting yang memposisikan diri sebagai oposisi Presiden Zia ul-Haq.
54
Pada 8 Desember 1987, Benazir menikah dengan Asif Ali Zardari di Karachi. Mereka mendapat tiga anak, yaitu Bilawal, Bakhtwar, dan Aseefa.
55
Pada Agustus 1988, Presiden Zia ul Haq tewas dalam kecelakaan pesawat terbang. Akibatnya, terjadi
kekosongan kekuasaan di Pakistan. Dalam pemilu yang dilakukan kemudian, Partai
53
Dhuroruddin, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 73.
54
Zaenal, Tragedi Benazir Bhutto, h. 58
55
Zaenal, Tragedi Benazir Bhutto, h. 58
Rakyat Pakistan memenangkan mayoritas kursi di Dewan Nasional yang berujung pada pengangkatan Benazir Bhutto sebagai perdana menteri pada 1 Desember 1988. Benazir
Bhutto menjadi perempuan Muslim pertama di dunia yang menjadi perdana menteri. Pada awalnya, Benazir sangat popular dan dilihat sebagai tokoh yang sangat
berbeda dengan pemerintah militer. Tetapi dua kali masa jabatannya sebagai perdana menteri berakhir dengan pemecatan atas dakwaan korupsi. Benazir meninggalkan kantor
perdana menteri dengan reputasi yang hancur. Selama berkuasa, Benazir banyak menghadapi perlawanan dari gerakan-gerakan Islam ekstrim yang tidak menyukai
kepemimpinan seorang perempuan. Dalam pemilu berikutnya yang berlangsung pada Oktober 1993, Partai Rakyat
Pakistan menang kembali dan untuk yang kedua kalinya Benazir Bhutto menjadi Perdana Menteri Pakistan. Namun kembali masalah korupsi, maka Presiden Pakistan Farooq
leghari membubarkan pemerintahan pada November 1996.
56
Setelah Jenderal Pervez Musarraf melakukan kudeta pada 1999, kondisi Benazir tidak mengalami perubahan berarti. Permohonan agar tuduhannya terhadap dirinya dan
suaminya dicabut, ditolak oleh pimpinan Pakistan Pervez Musarraf. Ia kemudian diasingkan dan diancam akan ditangkap jika berani kembali ke Pakistan. Benazir Bhutto
pun hidup dalam pengasingan di London dan Dubai sejak akhir tahun 1999.
57
Karena dekrit Musharraf tahun 2002 melarang mantan perdana menteri mencalonkan diri untuk ketiga kalinya, maka Benazir tidak bisa ikut pemilu tahun itu.
Benazir pun mendapat ganjalan karena statusnya sebagai terpidana tidak memungkinkannya memimpin sebuah partai.
56
“Sekilas Perjalanan Politik Bhutto”, KOMPAS, 27 Desember 2007. h. 4.
57
Ririn, “Perjalanan
Benazir Bhutto”
data diakses
pada 6
Juni 2008
dari http:suryoele.wordpress.com20080519perjalanan-benazir-bhutto
Pada tahun 2007 ketika akan dilangsungkannya pemilu, dimulailah pembicaraan mengenai kemungkinan kembalinya Benazir Bhutto ke Pakistan. Musharraf akhirnya
memberi amnesti terhadap tuduhan korupsi yang ditimpakan pada Benazir di masa pemerintahan Nawaz Sharif.
Pada Oktober 2007, Benazir bisa kembali ke Pakistan setelah delapan tahun hidup di pengasingan di Dubai. Tapi ancaman terhadapnya tidak pernah surut. Selain
pemerintah, banyak kalangan yang kurang menyukainya. Pada tanggal 27 Desember 2007, terjadi tembakan dan ledakan bom yang mengakhiri perjalanan Benazir Bhutto
dalam kancah politik Pakistan, dan akhirnya Benazir meninggal bersama puluhan orang yang mengikutinya.
58
BAB III BENAZIR BHUTTO DALAM KANCAH POLITIK