- Sind National Party SNP, - Tehrik i Nifaz Fiqh i Jafrida TNFJ,
- dan partai-partai kecil independent. 30 kursi
Total 217 kursi
NPP, SNP TI, TNFJ adalah pendukung People’s Democratic Alliance PDA
pimpinan Benazir Bhutto.
Kemenangan IJI ternyata tidak hanya terjadi pada tingkat nasional. Pada pemilihan tingkat propinsi tanggal 27 Oktober 1990, ternyata menghasilkan pola sama.
IJI dan sekutunya memperoleh 325 kursi dari 473 kursi di keempat propinsi, PDA ternyata gagal memenangkan suara mayoritas propinsi asal Benazir Bhutto sendiri, Sindh.
Alhasil, dengan kemenangan telak, IJI pun membentuk pemerintahan propinsi di Punjab. IJI juga menunjukkan kekuatannya di propinsi Sindh dan Baluchistan serta membentuk
pemerintahan koalisi dengan ANP di NWFP. Untuk pertama kalinya pula, IJI dapat membentuk pemerintahan di empat propinsi.
C. Upaya Benazir Bhutto Menggoyahkan Pemerintahan Nawaz Sharif
Dengan keberhasilan IJI memperoleh suara meyoritas maka pencalonan Nawaz Sharif sebagai Perdana Menteri Pakistan semakin terbuka. Kendati sebenarnya ada dua
calon dari IJI ditembak mati oleh pendukung oposisi, namun Benazir Bhutto dan kelompoknya tetap menuduh IJI lah sebagai pihak yang curang dalam pemilu 1990.
selain PPP, partai-partai lain seperti Jamiat Ulema Pakistan. JUP pimpinan Ahmad Noorani ikut pula melontarkan ucapan bahwa selama pemilu dibanyak tempat telah
terjadi manipulasi yang dirancanakan sebelumnya. Presiden Ghulam Ishaq Khan dianggap telah gagal memenuhi janjinya untuk menjamin pemilu dilaksanakan dengan
bebas, jujur dan tidak memihak.
101
Namun demikian pemilu 1990 tetap dianggap sah apalagi setelah diperkuat oleh para Peninjau international yang netral, National Democratic Institute NDI yang
menyatakan bahwa pemilu tersebut telah terlaksana secara bebas, adil, dan tanpa hal-hal yang menyimpang secara serius. NDI adalah suatu lembaga dari partai demokrat
Amerika yang berpusat di Washington yang sengaja datang untuk memonitor pelaksanaan pemilu tersebut. Delegasi NDI terdiri dari 40 orang ahli dari 17 negara,
seperti Amerika Serikat, Sri Langka, Senegal, Turki, Kenya, Namibia, Jepang, Cekoslovakia, Bulgaria, Swedia dan Afrika Selatan, dan lain-lain.
102
Sebagai tindak lanjut dari menangnya IJI, dilaksanakanlah beberapa proses konstitusional di parlemen, yaitu pemilihan Ketua Majelis Nasional, pemilihan perdana
menteri, pemberian mosi percaya pada Perdana Menteri terpilih dan pelantikan perdana menteri. Dalam sidang Majelis Nasional tanggal 6 November 1990, telah dilaksanakan
pemilihan Perdana Menteri. Untuk pemilihan tersebut telah diajukan dua orang calon, masing-masing Nawaz Sharif dari IJI dan Mohammad Afzal Khan dari PDA. Dalam
pemilihan melalui sistem terbuka tersebut, Nawaz Sharif mantan Ketua Menteri Punjab terpilih secara mutlak dengan mengumpulkan 153 suara. Sedangkan Afzal Khan hanya
memperoleh 39 suara.
103
Nawaz Sharif menang mudah dalam pemilihan Perdana Menteri
101
“Ghulam Ishaq
Khan”, data
diakses pada
12 November
2008, dari
http:en.wikipedia.orgwikiGhulam_Ishaq_Khan
102
Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 61-62.
103
Kholda Naajiyah, “Seputar Krisis Politik di Pakistan”, data diakses pada 13 November 2008, dari http:politisi.blogspot.com2007_06_01_archive.html
karena aliansi IJI yang dipimpinnya merupakan mayoritas di Majelis Nasional. Lebih dari itu partainya juga berkoalisi dengan MQM, ANP, JUIF, dan JWP.
Nawaz Sharif memulai jabatannya sebagai Perdana Menteri dengan kekuatan yang cukup besar. Dia memimpin 23 mayoritas kursi di Majelis Nasional dan memiliki
dukungan yang besar di Senat. Keempat propinsi juga diperintah oleh orang-orangnya. Ia pun memperoleh keyakinan dan dukungan dari Presiden Ghulam Ishaq Khan dan Kepala
Staf Angkatan Darat Jenderal Mirza Aslam Beg.
104
Untuk melaksanakan kebijakan pemerintahannya, Perdana Menteri Nawaz Sharif telah membentuk kabinet yang terdiri
dari 19 orang menteri dan 4 orang penasehat Perdana Menteri. Dari sembilan belas orang menteri tersebut, terdapat sembilan muka lama semasa pemerintahan sementara.
Sebagai politisi, Sharif juga cerdik dengan berhasil menyatukan komponen- komponen partai yang saling berlawanan dalam aliansi IJI yang berkuasa. Nawaz Sharif
juga sukses membentuk konsensus antara pusat dan propinsi mengenai masalah sensitif seperti alokasi sungai Indus dan pembagian pemasukan federal. Kedua pemufakatan yang
baik ini dianggap sebagai salah satu keberhasilan diplomatik yang sangat penting, karena hal ini tidak terpecahkan selama lebih dari 17 tahun.
Tindakan pertama Nawaz Sharif sebagai Perdana Menteri adalah penghapusan keadaan darurat negara yang diberlakukan sejak tanggal 6 Agustus 1990. dalam pidato
pertamanya, ia menyerukan untuk menjauhkan diri dari “pembalasan politik” dan mengobarkan semangat untuk bermusyawarah, pengampunan dan menahan diri. Ia juga
bersumpah untuk mengatasi semua masalah-masalah yang besar dengan dasar kerja sama.
104
Rais Ahmad Khan, “PAKISTAN IN 1992: Waiting for Change”, ASIAN SURVEY, Vol. XXXIII, No. 2,
February 1993, h. 130.
Bermula dari hal ini, pemerintahan Nawaz Sharif dinilai oleh banyak pengamat akan lebih stabil dari berbagai pemerintahan sebelumnya sejak pertengahan tahun 1960-
an. Namun sebenarnya ia tetap dihadapkan pada berbagai masalah dan beberapa isu-isu yang kontroversial, baik dibidang politik maupun ekonomi. Dengan ini beralasan karena
walaupun Perdana Menteri sering menyerukan untuk rekonsilasi, namun Benazir Bhutto ternyata secara terus menerus lebih suka mengambil sikap konfrontasi. PDA mengancam
untuk mengadakan pengunduran diri secara masal dan memboikot pemerintahan federal dan Dewan Propinsi Sindh.
Memang meskipun Benazir telah kalah dalam pemilu 1990, namun tidak berarti ia langsung hilang dalam kancah politik Pakistan. Benazir Bhutto bertekad untuk tetap di
gelanggang politik, meskipun berbagai kesulitan melilitnya semenjak dipecat dari jabatan Perdana Menteri. Kesulitan politik dan hukum yang menghadangnya, tidak akan
menghentikan kegiatannya sebagai politikus Pakistan. Pada bab ini akan dibahas upaya Benazir Bhutto sebagai Oposisi untuk
menggoyahkan Pemerintahan Nawaz Sharif dengan mempengaruhi Opini Publik, Menggalang Demonstrasi dan mendesak untuk diadakannya Pemilu, berikut
penjelasannya. C. 1. Mempengaruhi Opini Publik
Selama Nawaz Sharif memerintah Pakistan sejak kemenangannya dalam pemilu 1990, Benazir Bhutto bertindak sebagai pemimpin oposisi. Benazir mulai melancarkan
aksi-aksi politiknya untuk merongrong kewibawaan pemerintah Nawaz Sharif. Berbagai cara dilakukan mulai dari tuduhan-tuduhan terhadap kesewenang-wenangan pemerintah
yang telah mendiskreditkan PPP dalam kancah politik Pakistan, menyebarkan “White
Paper” yang berisi tentang kecurangan dalam pemilu 1990, melakukan aksi mogok makan sebagai protes terhadap kecurangan yang dilakukan pemerintah atas partainya,
sampai melakukan “Long March”. Tak lama setelah pemilu 1990, Benazir memulai aksi protesnya terhadap
pemerintah dengan menyebarkan “White Paper” yang berisi tuduhan bahwa selama pemilu pemerintah telah melakukan manipulasi yang memungkinkan kelompok Nawaz
Sharif menang mutlak. Oleh karena itu, menurut Benazir Bhutto keberadaan pemerintah Nawaz Sharif tidaklah absah. Oposisi juga meminta agar masalah pro dan kontra
mengenai pembentukan pemerintahan nasional serta perdebatan-perdebatan mengenai pidato Presiden pada Sidang Gabungan Parlemen yang dianggap berat sebelah dan tidak
mencerminkan semua golongan untuk diperdebatkan kembali di parlemen. Belum lagi ketika terjadi Perang Teluk yang pecah pada bulan Januari 1991,
pemerintahan Nawaz Sharif sempat menghadapi krisis kepercayaan karena keputusannya yang menyanggupi pengiriman 11.000 tentara Pakistan untuk bergabung dalam pasukan
multinasional pimpinan Amerika Serikat. Keputusannya ini menimbulkan gelombang protes anti Amerika Serikat. Hal ini dieksploitasi oleh beberapa partai termasuk PPP
untuk mengorganisir protes dan unjuk rasa pro-Irak.
105
Posisi Nawaz Sharif dalam hal ini memang sulit, karena disatu pihak dia harus mendapat dukungan dari rakyat, yang menentang kebijakannya dalam Perang Teluk.
Sedangkan di lain pihak harus menjaga hubungan baik dengan Saudi Arabia dan Amerika Serikat yang merupakan donor utama Pakistan. Selain itu pengiriman pasukan
ke Saudi Arabia juga sebagai realisasi dari perjanjian antara kedua negara tahun 1982, di mana keduanya akan saling membantu apabila kemerdekaan dan kedaulatannya
105
Sharif Al Mujahid, “Pakistan History, The Far East And Australia 1993”, h 801.
terancam. Meskipun keputusan tersebut pada akhirnya telah mengakibatkan keduanya partai agama Jamaat Islami JI pimpinan Qazi Hussain Ahmad dari koalisi IJI dan
mundurnya Menteri Agama Pakistan Abdussatar Niazi dari Jama’at Ulama Pakistan JUP, pemerintah masih berhasil mempertahankan posisinya dari protes keras
tersebut.
106
Setelah melakukan perjalanannya ke luar negeri selama sebulan, Benazir Bhutto mulai melancarkan serangannya lagi kepada pemerintah dengan tuduhan bahwa
pemerintah Pakistan telah mencoba menyisihkan peranannya sebagai pemimpin oposisi serta memfitnah suaminya telah melakukan tindakan kriminal. Benazir Bhutto juga
menuduh pemerintah ingin menyingkirkannya dari Majelis Nasional Pakistan dan partai politik, dengan cara melancarkan beberapa tuduhan pemerintah terhadap ketidak becusan
Benazir Bhutto dalam memerintah Pakistan, seperti antara lain: korupsi, nepotisme, ktidakmampuan mengatasi masalah dalam negeri Pakistan, pelanggaran konstitusi,
kegagalan mengendalikan pelanggaran hukum dan tata tertib di propinsi Sindh konfrontasi antara pusat dan daerah. Polisi juga mengajukan tuntutan kepada beberapa
mantan anggota kabinet Benazir Bhutto dengan tuduhan telah berkomplot membunuh Altaf Hussain, pemimpin MQM.
Ditengah kritikan-kritikan Benazir Bhutto ini, pemerintah Nawaz Sharif berhasil menguasai isu yang paling kontroversial mengenai pemberian status legal kepada
Syariah, sebuah Undang-Undang resmi yang menerima hukum Islam. Hal tersebut disampaikan dalam Sidang Majelis Nasional pada pertengahan April 1991. keberhasilan
ini menjadi acuan bagi panitia terpilih untuk meninjau kembali dan mempertimbangkan usul-usul perubahan. Perubahan Undang-Undang Syariah diterima oleh Majelis pada
106
Sharif Al Mujahid, “Pakistan History, The Far East and Australia 1995”, h. 833.
pertengahan bulan Mei 1991 dan disetujui oleh Senat dua minggu kemudian Akhirnya, Presiden Ghulam Ishaq Khan mensahkan Undang-Undang Syariah yang menyatakan Al-
Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai hukum tertinggi di Pakistan.
107
Menurut Pemerintah, Undang-Undang tersebut ditujukan untuk meng-Islamkan sistem ekonomi dan pendidikan Pakistan, serta akan mempercepat proses keadilan bagi rakyat
dan menjadikan Pakistan sebagai negara Islam yang sejahtera
108
Undang-Undang tersebut didukung oleh kaum fundamentalis yang bergabung dalam Jamaat Islami IJI.
Tetapi Benazir Bhutto yang bertindak selaku pemimpin kubu oposisi, menilai undang-undang tersebut sebagai kemunduran dan inkounstitusional. Bahkan menurut
Benazir Bhutto, undang-undang tersebut akan mengandung sentiman atau pertikaian di antara para ulama dan sekte-sekte keagamaan. Sekte minoritas Syiah, sejumlah
intelektual dan kelompok-kelompok kaum feminis juga menentang pemberlakuan undang-undang yang disetujui Majelis Nasional 16 Mei 1991 dan disahkan Senat 28
Mei 1991 itu. Bahkan partai radikal JUI Jamiat ul Ulema i-Islami menganggap undang- undang tersebut hanya sebagai lelucon, dengan alasan undang-undang itu tak melarang
praktek riba dan pemberian bunga atas pinjaman.
109
Persamaan-persamaan anti pemerintah di kalangan partai-partai oposisi telah menimbulkan semangat persatuan, yang diwujudkan dalam All Parties Conference APC
dipimpin ketua Pakistan Democratic Party PDP, Nawabzada Nasrullah Khan. APC ini bukan merupakan aliansi, tetapi suatu kerja sama antara beberapa partai yang bertujuan
107
Ghulam Ishaq
Khan”, data
diakses pada
12 November
2008, dari
http:en.wikipedia.orgwikiGhulam_Ishaq_Khan
108
Yudi Prianto, “Setelah Masa Berkabung Usai”, artikel diakses pada 12 November 2008, dari http:majalah.tempointeraktif.comidemail19880903LNmbm.19880903.LN28105.id.html
109
Hafid Usman, “Political Parties and Leaders” artikel diakses pada 12 November 2008, dari http:surf.de.uu.netbooklandcompendiaciafactbookfieldspolitical_parties_and_leaders.html
untuk menggalang persatuan dalam menghadapi pemerintah. Kerja sama tesebut terdiri dari: PDP, PPP, Tehrik Nifaz Firqah Jafariya, Tehrik i-Istiqlal, PML Qasim Group,
Qaumi Mashrik Awami QMA, Mazdoor Kissan Party MKP, dan Hizb-e-Jebeb ini dimaksudkan untuk mengoreksi dan mengkritik kebijakan pemerintah. Upaya yang
dilakukan di luar parlemen adalah melalui unjuk rasa, pawai demonstrasi, dan rapat-rapat umum. Hal ini tentu saja sangat mendukung People Democratic Alliance PDA sebagai
partai oposisi dalam menghadapi pemerintah. Banyak cara telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi agitasi kaum oposisi.
Untuk mengurangi pengaruh PPP di propinsi Sindh yang dianggap sebagai ancaman utama terhadap kedudukannya misalnya, Nawaz Sharif mengangkat Jam Saddiq Ali, -
seorang mantan pimpinan PPP yang kurang puas pada Zulfikar Ali Bhutto – sebagai Ketua Menteri. Selama masa pemerintahan Jam Saddiq Ali ini, dilakukan berbagai cara
untuk menghancurkan kekuatan PPP, baik di parlemen maupun di luar parlemen. Banyak pemimpin PPP termasuk suami Benazir, Asif Zardari ditahan dengan berbagai tuduhan.
Demikian pula di dalam tubuh IJI, Nawaz Sharif telah melakukan pembersihan kabinetnya terhadap orang-orang yang dianggap terlalu dekat oposisi atau terlalu vokal
menentang kebijkan pemerintahannya, seperti Menteri Dalam Negeri Zahid Sarfraz dan Menteri Komunikasi Murtaza Jatoi.
110
Pada bulan Juli 1991 pemerintah telah pula mengeluarkan Amandemen ke-12. Amandemen ke-12 ini sebelumnya telah disetujui oleh Majelis Nasional dan Senat, dan
pada akhirnya disetujui oleh Presiden Ghulam Ishaq Khan sebagai Undang-Undang No. 151991. Di keluarkannya amandemen tersebut berawal dari situasi keamanan dan
110
“Asif Ali
Zardari”, data
diakses pada
12 November
2008, dari
http:id.wikipedia.orgwikiAsif_Ali_Zardari
ketertiban yang sedemikian buruknya yang tidak bisa diatasi dengan segala perangkat kepolisian dan perundang-undangan yang ada. Dengan disetujuinya Amandemen ke-12
ini telah menjadi bagian dari konstitusi 1973 dan harus ditaati oleh semua pihak tanpa kecuali dan menjadi dasar hukum bagi pembentukan peradilan khusus di keempat
propinsi. Menurut pemerintah amandemen ini merupakan senjata ampuh untuk
menegakkan keamanan dan ketertiban masyarakat, di mana proses peradilan terhadap pelaku kejahatan dipercepat. Namun oposisi meragukan dari amandemen tersebut, karena
kalau sekedar menampung kriminal sebenarnya sudah ada pengadilan. Oleh karena itu oposisi beranggapan bahwa Amandemen ke-12 lebih dimaksudkan untuk menghukum
lawan-lawan politik dan atau kelompok oposisi. Dugaan oposisi ternyata benar, karena setelah berlakunya Amandemen ke-12 tersebut maka pemerintahan propinsi terutama di
propinsi Sindh, melakukan penangkapan terhadap tokoh-tokoh dan anggota-anggota PPP, yang ditangkap sebagai pembunuh, teroris dan penculik.
Untuk memprotes pemerintahan Nawaz Sharif yang dianggapnya akan menghancurkan partainya ini, Benazir dan beberapa tokoh oposisi lantas melakukan aksi
mogok makan pada Minggu tanggal 4 Agustus 1991. Aksi mogok makan selama 12 jam di luar gedung parlemen ini sebagai protes menentang aksi penahanan dan penyiksaan
5.000 pendukung partainya.
111
Bahkan bersamaan dengan tuduhan-tuduhan Benazir tenteng terjadinya kecurangan dalam pemilu 1990 yang menyebabkan kerugian besar
bagi PPP, ternyata muncul pengakuan kecurangan dari Naveed Malik mantan Penasehat Perdana Menteri Nawaz Sharif itu mengaku telah berbuat curang, dengan
111
Rosyadi, “Perjalanan Benazir Bhutto”, artikel diakses pada 12 November 2008, dari http:suryoele.wordpress.compage2
mengkoordinasikan dua sel pemilu yang dibentuk untuk memanipulasi hasil pemilu agar Benazir Bhutto PPP tidak menang. Dengan demikian terungkaplah sebagian dari
kecurangan-kecurangan pemilu 1990. Benazir Bhutto menuduh bahwa Presiden Ishaq Khan lah sebagai penanggung jawab utama dari semua kejahatan ini. Bahkan sebagai aksi
protes bagi pemerintah, Benazir berhasil juga membujuk 18 anggota parlemen PPP untuk mengundurkan diri.
112
Setahun sesudah pemecatannya, Benazir Bhutto mengangkat pula isu skandal ratusan juta dollar yang melibatkan partai yang sedang berkuasa, sebagai tindakan balas
dendam atas isu yang sama ditimpakan pada pemerintahannya, 1988-1990. Isu skandal yang tersebut terutama dituduhkan pada lembaga-lembaga koperasi simpan pinjam yang
dijalankan para anggota partai berkuasa, yang berhenti membayar setoran dan memohon bantuan pemerintah. Koperasi-koperasi itu sebagai salah satu contohnya adalah Lembaga
Keuangan Koperasi Nasional Nation Industrial Credit Financial Corporation – NICFC, dimiliki anggota partai IJI pimpinan Perdana Menteri Nawaz Sharif.
113
Benazir Bhutto menuding Nawaz Sharif dan Menteri Dalam Negeri Shujaan Hussain telah mengambil pinjaman dalam jumlah besar dari koperasi untuk membiayai
usaha pribadi mereka. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang Koperasi Masyarakat tahun 1952 yang tidak membenarkan untuk memberikan pinjaman
kepada Perseroan Terbatas PT. Ada dugaan kuat bahwa perusahaan milik Perdana Menteri dalam semalam meminjam Rs. 300 juta dari Muslim Commercial Bank dalam
112
Serangan-serangan Benazir Bhutto, ditanggapi Nawaz Sharif dalam sebuah pidato hari Kemerdekaan Pakistan, 14 Agustua 1991 di Lahore dengan kemarahan, kebencian dan ancaman. Pada saat
yang sama, Nawaz Sharif telah pula mendeklarasikan dirinya sebagai pembawa panji prinsip-prinsip Ali Jinnah. Juga pada hari ulang tahun kematian Zia Ui Haq tiga hari kemudian, ia mengangkat dirinya tersebut
sebagai penjaga warisan Zia Ui Haq, lihat Rais Ahmad Khan, ASIAN SURVEY, h.131.
113
Zacky Khairul Umam, “Pakistan dan Demokrasi yang Tersisih,”artikel diakses pada 12 November 2008, dari http:klikinter.blogspot.com2007_12_01_archive.html
rangka membayar kembali hutang-hutangnya kepada NICFC. Dinyatakan juga bahwa jaminan atas pinjaman tersebut dinaikan secara tidak wajar, sertifikat-sertifikatnya
dipalsukan dan pinjaman-pinjaman baru disetujui tanpa melihat adanya keganjilan- keganjilan pada pinjaman-pinjaman sebelumnya. Salah satu Perseroan Terbatas yang
dimaksud PDA adalah milik Perdana Menteri, The Itterfaq Group of Industries, yang memberi hak para pemegang deposito NICFC sejumlah Rs. 61 juta dengan diskon sangat
besar. Namun, pada akhirnya para pemegang deposito tersebut justru kehilangan harapan untuk menerima uangnya kembali.
114
Perdana Menteri membentuk komisi untuk menyelidiki sebab-sebab kebangkrutan bank-bank koperasi dan mencari segala cara dan upaya untuk mengembalikan uang para
penyetor. Tetapi komisi tersebut gagal bertindak cepat, bahkan hanya memfokuskan usahanya untuk membersihkan nama Ittefaq Industries tanpa memikirkan cara untuk
memecahkan inti masalah. Pemerintah benar-benar telah dipermalukan dengan tuduhan- tuduhan ini, sebab persoalannya hampir sama dengan tuduhan Presiden atas Benazir
Bhutto dan kelompoknya yang kasusnya justru sedang dalam proses pengadilan. C. 2. Menggalang Demonstrasi
Dalam hal ini menurut Benazir, masalah nasional hanya dapat diselesaikan melalui wakil-wakil rakyat yang murni, baik di Majelis Nasional, Senat, maupun Majelis
Propinsi. Lebih jauh, Benazir Bhutto pada awal September 1992 menyelenggarakan rapat-rapat umum untuk menuntut pengunduran pemerintahan Nawaz Sharif, seperti rapat
di kota Taxila 35 kilometer dari kota Islamabad dan kota Marri sebelah utara
114
Mohammad Waseem, “ ASIAN SURVEY”, h. 628.
Islamabad.
115
Sikap Benazir ini didukung hampir seluruh kalangan oposisi. Mereka yang tergabung dalam PDA itu, berdemonstrasi menentang kepemimpinan Nawaz Sharif.
Dalam arak-arakan yang berlangsung dipimpin Benazir Bhutto, demonstran bergerak dari Rawalpindi menuju Islamabad sejauh 15 kilometer, sambil meneriakkan agar pemilu
dipercepat. Namun polisi Pakistan telah menggagalkan rencana demonstrasi secara besar- besaran tersebut.
Sebelumnya, pemerintah sebenarnya telah melarang Benazir Bhutto memimpin demonstrasi di parlemen. Bahkan pemerintah telah memberlakukan larangan berkumpul
lebih dari lima orang di Islamabad selama dua bulan sejak hari itu juga. Namun Benazir mengatakan akan menentang perintah itu dan meneruskan rencana Long Marchnya
dengan rute sepanjang 18 kilometer dari Rawalpindi ke gedung parlemen di Islamabad pada 18 November 1992.
116
Ribuan personil para militer dan polisi menutup kota Islamabad dan mengepung rumah Benazir Bhutto guna mencegah rencana Long Marchnya ke gedung parlemen.
Tentara menggelar ratusan meter kawat berduri di antara pepohonan di sepanjang rute menuju parlemen. Sementara itu ribuan polisi dan personil para militer beresnjata
senapan berderet di sepanjang jalan, memblokir persimpangan-persimpangan utama dan memeriksa kartu identitas. Polisi menahan ribuan anggota PPP di seluruh Pakistan, mulai
dari desa-desa terpencil di Kashmir hingga ke Karachi. Selain para anggota PPP, Benazir Bhutto dan para pemimpin oposisi lainnya juga ditahan. Bahkan sebelumnya, polisi
setempat pula menembakkan berlusin-lusin bom gas air mata terhadap mantan Perdana
115
Triyono Lukmantoro, “Negara-Bangsa dan Politik Kehidupan”, data diakses pada 13
November 2008, dari http:danielpinem.wordpress.compemikiran- -september-1992-2
116
Arif Budiman, “Pemerintahan Nawaz Sharif”, data diakses pada 13 November 2008, dari
http:zhyntativ.blogspot.com
Menteri Pakistan itu ketika menuju Rawalpindi, di mana ribuan rakyat menunggunya untuk bersama-sama menuju gedung parlemen di Islamabad guna menuntut pemilu baru
dan penggantian pemerintahan. Setelah ditangkap, Benazir Bhutto ditahan di kota Karachi serta dilarang
menginjakkan kakinya di Islamabad selama 30 hari. Di Karachi, ia dan ibunya, Nusrat Bhutto ditahan di rumah masing-masing yang sudah dipersiapkan menjadi penjara kecil
oleh Departemen Urusan Dalam Negeri. Semua peraturan penjara diberlakukan di rumah. Meskipun gagal melaksanakan Long March, namun Benazir Bhutto tetap berhasil
membuat Islamabad menjadi lumpuh. Bahkan sekalipun tanpa Benazir, demonstrasi tetap berlangsung dan melebar bukan hanya di Islamabad dan Karachi tetapi juga di kota-kota
besar lainnya seperti Lahore dan Peshawar. Akibatnya polisi terpaksa menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa. Dalam kerusuhan tersebut belasan orang cedera
serius dan ratusan lainnya terpaksa ditahan.
117
Para pejabat pemerintah tampaknya terpancing oleh provokasi Benazir Bhutto. Mereka, termasuk Perdana Menteri Nawaz Sharif dan Presiden Ghulam Ishaq Khan. Bagi
Nawaz Sharif, Long March yang dimobilisir Benazir Bhutto memang menimbulkan berbagai kekhawatiran. Sharif menyadari bahwa partainya sudah tidak populer lagi,
terutama dengan adanya beberapa kelompok yang memisahkan diri dari koalisi IJI, seperti Jamaat Islami JI dan Pakistan Moslem League PML Chatta group. Sementara
itu di mata pers, Nawaz Sharif juga mendapat nama buruk akibat tindakannya yang mencoba menyingkirkan beberapa wartawan terkemuka, seperti Ghulam Hussain dan
Shareen Sehbai. Berbagai tindakan Benazir Bhutto tadi ternyata memberi keuntungan
117
Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 153.
pada dirinya yang memang sedang berusaha menarik perhatian, baik di dalam negeri maupun dari kalangan masyarakat international.
Gagal melakukan Long March, Benazir Bhutto mengubah rencana menjadi suatu perjalanan kereta api sepanjang 1600 kilometer dari selatan ke Utara menuju Rawalpindi
dan diteruskan ke gedung parlemen di Islamabad guna berkampanye untuk menggulingkan pemerintahan Nawaz Sharif. Benazir dan ibunya ingin memborong tiket
kereta api untuk para pemimpin partai yang tergabung dalam PDA, tetapi ditekan pemerintah dengan alasan kehabisan tempat duduk. Namun akhirnya pemerintah tidak
dapat mencegahnya lagi karena pada tanggal 23 November 1992, kereta api Khyber Mail berhasil membawa Benazir Bhutto dan para pemimpin partai yang tergabung dalam PDA
ke kota-kota Selain Pakistan, Hyderabad dan Bahawalpur. Ribuan massa mengelu-elukan kedatangan para pemimpin oposisi tersebut, terutama ketika Benazir Bhutto mengunjungi
Lahore dengan berkunjung ke tempat ziarah Muslim untuk berdoa demi keberhasilan kampannyenya untuk menggulingkan pemerintah.
118
Melihat gelagat yang tidak menguntungkan ini, pemerintah kemudian menyatakan kesediaannya untuk berdialog dengan oposisi, namun dengan syarat oposisi harus
mengakui keberadaan parlemen dan tidak akan melakukan provokasi terhadap pemerintah. Oposisi ganti mengajukan syarat: pemerintah harus membebaskan semua
tahanan politik; menarik semua tuduhan terhadap oposisi; mempekerjakan kembali buruh-buruh atau pegawai negeri yang telah dipecat; serta diadakannya pemilu yang
bebas dan jujur untuk pembentukan pemerintahan nasional. Sebenarnya keinginan Nawaz Sharif untuk berdialog dengan oposisi tersebut
masih dihalangi beberapa tokoh IJI, termasuk Presiden Ishaq Khan. Upaya kerja sama
118
Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Isla, h. 155-159.
antara oposisi dan pemerintah hanya terlihat “berhasil” di propinsi Sindh, terutama dibentuknya pemerintahan baru dipimpin Muzzafar Hussain Shah. Sedangkan di
propinsi-propinsi lain apalagi di propinsi Punjab kerja sama sulit diwujudkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa dialog tersebut masih belum berhasil diwujudkan karena antara
kedua belah pihak saling memberikan persyaratan yang sulit diterima oleh masing- masing pihak.
Mantan Perdana Menteri sementara Ghulam Mustafa Jatoi telah berusaha menjembatani perbedaan antara Presiden Ghulam Ishaq Khan dengan pemimpin oposisi
Benazir Bhutto. Upaya ini belum menampakan hasil. Satu-satunya instrument yang bisa mengarah kepada pendekatan antara pemerintah dengan oposisi adalah dengan
diterimanya tawaran pemerintah oleh Benazir Bhutto untuk menjadi Ketua Standing Committee Parlemen Luar Negeri.
Pencalonan Benazir Bhutto tersebut adalah atas inisiatif Menteri Luar Negeri Mohammad Siddique Khan Kanju. Inisiatif tersebut diterima baik oleh Nawaz Sharif,
dengan menyatakan bahwa tawaran pemerintah ini tulus dan beritikad baik, yang diharapkan akan dapat membuka saling pengertian dan kerja sama yang baik antara
pemerintah dengan oposisi mengenai masalah nasional. Benazir Bhutto meskipun menanggapi pemilihannya tersebut sebagai tanda-tanda yang baik dalam membentuk
hubungan kerja sama yang positif antara pemerintah dengan oposisi, namun hal ini tidak dapat dikaitkan dengan usaha kearah dialog antara oposisi dengan pemerintah. Apalagi
Komite urusan Luar Negeri ini tidak mempunyai otoritas yang memadai, karena hanya mampunyai kekuasaan administratif dan keuangan saja. untuk itu, Benazir Bhutto tetap
akan terus menuntut pemerintah agar segera dilaksanakan pemilu yang baru. Namun,
Majelis Nasional pun akhirnya secara bulat memilih ketua oposisi Benazir Bhutto sebagai Ketua Panitia tetap Majelis Nasional urusan Luar Negeri, tanggal 12 januari 1993.
119
C. 3. Mendesak untuk diadakannya Pemilu Dengan ini terlihat jelas bahwa berbagai tekanan yang dilakukan Benazir Bhutto
oposisi untuk menjatuhkan pemerintahan Nawaz Sharif semakin hari kian gentar, baik di forum parlemen maupun di luar parlemen. Di parlemen, usaha-usaha oposisi selalu
gagal karena mayoritas suara dipegang oleh partai pemerintah IJI. Sedangkan di luar parlemen Juga tidak menunjukan hasil karena pihak pemerintah dan Angkatan Bersenjata
ikut terlibat dalam menggagalkan usaha oposisi tersebut. Beberapa kali oposisi mengadakan “Long March” yang dimulai pada tanggal 18 November 1992, dari kota-
kota besar seperti Karachi, Multan, Lahore dan Peshawar menuju ibukota Islamabad. Kondisi Long March didukung tidak hanya aliansi PDA yang berintikan PPP pimpinan
Benazir Bhutto, tetapi juga beberapa aliansi oposisi lain seperti National Democratic Alliance NDA dan Islamic Democratic Front IDF. Namun selalu gagal menembus
pertahanan pemerintah yang melibatkan Angkatan Bersenjata. Selama Long March telah dilakukan protes-protes keras terhadap pemerintah,
baik melalui media massa maupun parlemen, namun tampaknya pemerintah masih kuat untuk meredam gejolak politik tesebut. Perdana Menteri Nawaz Sharif dalam
mengimbangi Long March oposisi telah mengadakan rapat-rapat umum di daerah. Hal ini dilakukan karena Nawaz Sharif khawatir akan kehilangan pengaruh akibat Long March
oposisi tersebut. Bahkan pemerintah telah berusaha untuk melakukan pendakatan terhadap oposisi dengan mengadakan diolog antara pemerintah dengan oposisi. Namun
119
Usman Hamid, “Perjalanan Benazir Bhutto”, artikel diakses pada 14 November 2008, dari
http:www.ciptapangan.comindex.php?action=view_all_newsmodule=newsmodulesrc=40random44 bde58d708c5
usaha pemerintah tersebut tidak berhasil karena adanya persyaratan dari kedua belah pihak yang tidak bisa diterima oleh masing-masing pihak maupun pihak lain.
Meskipun Benazir Bhutto berusaha semaksimal mungkin dalam upaya-upaya menggoyahkan pemerintahan Nawaz Sharif, tetapi selama Presiden dan Angkatan Darat.
Masih dalam satu barisan dengan pemerintah, sulit bagi oposisi untuk menjatuhkan Perdana Menteri Nawaz sharif walaupun dengan dalih atau cara apapun.
Oposisi berharap bahwa kampanye menentang Presiden itu akan menunjukkan bahwa sistem pemerintah yang dijalankan oleh pemerintah Nawaz Sharif tidaklah lebih
baik dari apa yang telah dijalankan oleh pemerintahan Benazir Bhutto.
120
Oleh karena itu, oposisi berpendapat bahwa untuk mengatasi memburuknya keamanan dan ketertiban
Pakistan perlu diambil tindakan drastis, yaitu penggantian Presiden dan Perdana Menteri. Oposisi mendesak agar segera diadakan pemilu bebas dan jujur di bawah pemerintahan
sementara yang netral tanpa adanya intervensi Angkatan Bersenjata.
120
Shahid Javed Burki, “Pakistan’s Cautious Democtatic Course, Current History”, h. 122.
BAB IV KEMBALINYA BENAZIR BHUTTO DALAM KEKUASAAN POLITIK
TAHUN 1993
Nawaz Sharif akhirnya mengalami nasib yang sama dengan Benazir Bhutto. Presiden Ghulam Ishaq Khan yang pada masa sebelumnya merupakan sekutu dekat
Nawaz Sharif, akhirnya membubarkan pemerintahan Nawaz Sharif pada tanggal 18 April 1993 dengan tuduhan korupsi, melakukan malperaktek di bidang administrasi
pemerintahan, serta dituduh berbuat subversive terhadap kekuasaan Presiden.
121
Atas dasar tuduhan-tuduhan itulah kemudian dia dipecat dan Majelis Nasional dibubarkan.
Selain itu pemilihan umum yang baru ditetapkan untuk dilaksanakan bulan Juli 1993. Berakhirnya kekuasaan Nawaz Sharif dalam memimpin Pakistan 1990-1993 ini,
tentu saja membawa kegembiraan bagi Benazir Bhutto yang memang telah lama berambisi untuk menyingkirkan Nawaz Sharif dari kekuasaannya. Kegembiraan tersebut
menjadikan lengkap setelah Ghulam Ishaq Khan pada akhirnya sepakat mundur dari panggung politik Pakistan bersama-sama dengan Nawaz Sharif. Hal itu memperlancar
121
“Biography of Nawaz Sharif ,” data ini diakses pada 13 November 2008, dari http:www.pmln.org.pkprofile.php