Manfaat Penelitian “Penulisan Paragraf Persuasif pada Tugas Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama Putra Tahun Pelajaran 2012/2013”.
menstrukturkan dan mengintegrasikan informasi atau pesan yang hendak disampaikan ke dalam sebuah paragraf dan teks yang koheren dan kohesif.
5
Selanjutnya Suparno dan Muhammad Yunus mendefinisikan menulis sebagai kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada
pihak lain. Akitivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan dan pembaca sebagai penerima pesan.
6
Dari pendapat para pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis dapat menghasilkan sesuatu yang baik
melibatkan sejumlah kegiatan, yaitu: 1
Menguasai mekanisme pembentukan formasi kata 2
Menguasai dan mematuhi konvensi ejaan dan penggunaan tanda baca 3
Menggunakan sistem gramatikal untuk menyampaikan makna yang dikehendaki
4 Mengatur isi pada tingkatan paragraf dan teks untuk menunjukkan
informasi yang ingin diberikan terstruktur dengan baik 5
Merevisi dan membenahi tulisan awal 6
Memilih gaya yang cocok untuk pembaca tertentu. Menulis sebagai kegiatan yang dapat didekati dari dua titik pendekatan
yang berbeda, yaitu product approach dan process approah. Pendekatan yang pertama memfokuskan pada hasil akhirnya, yang dapat berbentuk surat, esai,
cerita, dan memenuhi kriteria berikut: 1 enak dibaca; 2 kalimat-kalimatnya secara gramatikal benar; dan 3 mematuhi konvensi wacana yang berkaitan
dengan topik utama, rincian pendukung, dan sebagainya.
5
Ibid, h. 36.
6
Suparno dan Muhammad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis ………………….., h. 1.29.
Sedangkan pendekatan yang kedua pendekatan proses lebih memfokuskan perhatian pada sarana, komponen, dan latar belakang dalam proses
sebuah tulisan.
7
Menulis merupakan representasi bagian dari kesatuan ekspresi bahasa. Pertama, menulis merupakan suatu proses tindakan untuk berpikir. Kedua,
menulis merupakan proses yang dialami. Tanpa mengalami melalui pembelajaran tidak mungkin seseorang dapat menulis, sebab menulis merupakan
kemampuan yang berupa keterampilan. Untuk itu, dengan pembelajaran menulis dapat didahului dengan kegiatan berbicara tentang tema yang dekat dengan apa
yang akan ditulis. Selanjutnya siswa dibebaskan sesuai kreasinya menyalurkan ide-idenya yang dituangkan dalam kertas. Hal ini akan lebih memudahkan siswa
dalam menyalurkan idenya. Menulis dapat dianggap sebagai proses. Dilihat dari prosesnya, menulis
mulai dari sesuatu yang tidak tampak. Sebab apa yang hendak kita tulis masih berbentuk pikiran, bersifat pribadi. Jika penulis adalah seorang siswa, guru
hendaknya belajar merasakan kesulitan yang dialami siswanya ketika menulis. Pembelajaran menulis menuntut kerja keras guru untuk membuat pembelajaran di
kelasnya menjadi kegiatan yang menyenangkan, sehingga siswa tidak merasa “dipaksa” untuk dapat membuat sebuah karangan, tetapi sebaliknya siswa merasa
senang karena diajak guru untuk mengarang atau menulis.
8
7
Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra Dalam Berbagai Perspektif, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008, h. 344.
8
Tatat Hartati, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah, Bandung: UPI Press, 2007, h.22.