Fungsi bahasa tulis sama banyaknya dengan fungsi bahasa lisan; bahasa tulis digunakan untuk membagi berbagai hal, menyediakan informasi, dan
untuk menghibur. Namun, konteks penggunaan bahasa tulis berbeda dengan konteks penggunaan bahasa lisan. Dalam hal informasi, misalnya, bahasa tulis
digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain yang tidak terikat dalam ruang dan waktu.
Pada prinsipnya, fungsi utama dari sebuah tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan, karena
memudahkan para siswa untuk berpikir secara kritis. Dengan menulis akan memudahkan merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya
tangkap dan persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman.
Menulis dapat dijadikan sarana untuk mengungkapkan diri yaitu untuk mengungkapkan perasaan hati seperti kegelisahan, keinginan, amarah, dan
sebagainya. Menulis sebagai sarana pemahaman, artinya dengan menulis seseorang bisa mengikat suatu ilmu pengetahuan ke dalam otaknya. Menulis juga
dapat membantu mengembangkan kepuasan diri, kebanggaan, dan perasaan diri. Untuk itu, pembelajaran menulis dapat didahului dengan kegiatan
berbicara tentang tema yang dekat dengan apa yang akan ditulis. Selanjutnya siswa dibebaskan sesuai dengan kreasinya.
B. Hakikat Paragraf Persuasi
1. Pengertian Paragraf
Paragraf adalah suatu kesatuan pikiran yang dituangkan dalam kalimat atau kumpulan kalimat yang saling berkaitan untuk membentuk satu ide atau
gagasan pokok. Berikut ini pandangan para pakar mengenai paragraf. Alek Abdullah mengemukakan beberapa pengertian paragraf, yaitu:
1 paragraf adalah karangan mini. Artinya, semua unsur karangan yang panjang ada dalam paragraf; 2 paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari
beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun lengkap, utuh, dan padu; 3 paragraf merupakan bagian dari suatu
karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai
pendukungnya; dan 4 paragraf yang terdiri atas satu kalimat yang berarti tidak menunjukkan ketuntasan atau kesempurnaan. Sekalipun tidak sempurna, paragraf
yang terdiri dari satu kalimat dapat dipergunakan.
13
Menurut Josep Hayon, sebuah paragraf ibarat kereta api yang membawa penumpang. Jika kereta api memiliki lokomotif, gerbong, dan rantai
yang berfungsi untuk menghubungkan lokomotif dengan gerbong pertama dan gerbong-gerbong lainnya. Maka, sebuah paragraf juga memiliki kalimat utama
dan kalimat-kalimat penjelas serta mata rantai yang menghubungkan kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelasnya. Oleh sebab itu, paragraf biasanya
diartikan sebagai kumpulan beberapa kalimat yang saling berkaitan. Pengertian
13
Alek Abdullah dan H, Achmad H.P., Bahasa untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Kencana, 2010, Cet. 1, h. 207.
tersebut menyatakan bahwa sebuah paragraf seharusnya terdiri atas lebih daripada satu kalimat.
14
Keraf dalam bukunya Komposisi; Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa mengatakan bahwa paragraf bukanlah suatu pembagian secara sepakat
dari satu bab yang terdiri dari kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari kesatuan kalimat saja. Paragraf tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu
kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat.
15
Sependapat dengan Keraf, Akhadiah dkk dalam Pembinaan Menulis Bahasa Indonesia juga mengemukakan bahwa paragraf merupakan inti penuangan
buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari
kalimat pengenal, kalimat utama, kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling berkaitan dalam suatu rangkaian untuk membentuk
sebuah gagasan.
16
Sedangkan Ramlan dan Mahmudah dalam Disiplin Berbahasa Indonesia berpendapat bahwa paragraf bukan sekedar kumpulan kalimat. Artinya,
tulisan yang terdiri dari sekumpulan kalimat belum tentu paragraf. Dikategorikan paragraf jika sekumpulan tersebut terdiri dari satu kalimat topik dan beberapa
kalimat penjelas.
17
14
Josep Hayon, Membaca dan Menulis Wacana, Jakarta: Storia Grafika, 2003, h. 33.
15
Gorys Keraf, Komposisi; Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa, Ende Flores: Nusa Indah, 1993, Cet. 9, h. 62.
16
Sabarti Akhadiah, dkk.,Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia,Jakarta: Erlangga, 2003, h. 144.
17
Ramlan dan Mahmudah Fitriyah, Displin Berbahasa Indonesia, Jakarta: FITK Press, 2010, Cet. 1, h. 86.