Palinggih Pengrurah Padmasari Taksu Agung

Dari segi bentuk bengunan fisik Palinggih Taksu dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:

A. Taksu Tenggeng

Taksu Tenggeng dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian bawah disebut bataran, diatas bataran menggunakan sebuah tiang yang menyangga semua ruangan atau ruang lengkap dengan atapnya. Jadi Taksu Tenggeng adalah Palinggih yang bagian dibawahnya bataran, ditengahnya sebuah tiang dan bagian atasnya sebuah ruangan yang beratap.

B. Taksu Nyangkil

Bentuk bangunannya hampir sama dengan Taksu Tenggeng, cuma ruangannya terdiri dari dua ruangan rong, bagian bawahnya bataran, bagian tengah disebut tiang saka, dibagian atas dua buah ruangan yang menyangga atap.

C. Taksu Agung

Bentuk bangunan dari Taksu Agung, terdiri dari bataran dibagian bawah, dibagian tengah badan bangunan, diatasnya sebuah ruangan disangga oleh sepasang “saka ada” dan ditutupi oleh atap bangunan. Penggunaan masing-masing bangunan Palinggih Taksu ini tergantung dari latar belakang sejarah dari keluarga yang memiliki SanggahMrajan tersebut. Meskipun berbeda-beda bentuknya fungsi taksu adalah sama.

3. Palinggih Pengrurah

Bentuk Palinggih Pengrurah adalah seperti tugu biasa, terdiri dasar sebagai bataran yang menyangga sebuah ruangan rong. Letaknya pada umumnya disebelah kiri di Sanggah Kamulan, namun ada juga yang di bangun disebelah kanan. Pengrurah boleh dikatakan sebagai ajudan, pendamping roh-roh suci yang di Sanggah Kamulan. 27 Kata Pengrurah dapat disebut juga Penglurah yaitu berasal dari kata lurah yang artinya pembantu pepatih jadi Penglurah artinya bertugas menjadi pembantunya para dewa atau dewata pada setiap Pura Pamerajan. 28 Terkadang di dekat Palinggih Pengrurah, berdiri tegak sebuah “baturan” dan diatasnya diletakkan kendi berisi air, yang digunakan sebagai “toya anyar” untuk membuat tirta atau air suci. Bangunan sederhana ini merupakan wujud lingga yang sederhana dan merupakan bentuk yang amat tua. Air yang diletakkan diatasnya merupakan simbol bahwa kehidupan yang pertama berupa air dan berasal dari air. Tetapi tidak semua Palinggih Pengrurah dilengkapi dengan baturan. Bentuk dan struktur Palinggih Pengrurah yang sederhana dan alami serta menyatu antara badan dan atapnya; umumnya terbuat dari batu, ini juga merupakan peninggalan yang sudah tua, jauh sebelum muncul Palinggih Taksu maupun Sanggah Kamulan. Disamping ketiga Palinggih utama tadi ada lagi beberapa Palinggih yang ada didalam kawasan SanggahMrajan, yaitu: 27 Wawancara Pribadi dengan I Made Biasa. Jakarta, 17 Maret 2007 28 I.B Putu Sudarsana, Ajaran agama Hindu Manifestasi Sang Hyang Widhi, Denpasar,1998, h. 74

1. Padmasari

Dewasa ini, disebelah kanan Sanggah Kamulan, biasanya di sudut Timur dikembangkan bentuk Palinggih untuk penyawangan dewa-dewa atau Sang Hyang Widhi Wasa. Padmasari ini biasanya dibangun agak tinggi, Palinggih ini juga disebut Palinggih Surya, bangunan ini terdiri dari badan dan bagian atas tanpa atap. Ini merupakan Palinggih yang merupakan perkembangan baru dari SanggahMrajan. Tetapi tampaknya keberadaan bangunan ini cukup membingungkan umat Hindu, karena itu tidak semua SanggahMrajan memiliki bangunan ini. Ada umat Hindu mengindentikkan bahwa bangunan ini adalah Sanggah Kamulan dan Palinggih lainnya, sehingga ketika ia sembahyang hanya merasa perlu di Padmasari ini. Disisi lain ada umat yang merasa tidak memerlukan Padmasari ini karena sudah memiliki Sanggah Kamulan. Palinggih ini disebut juga Palinggih Surya, yang berperan sebagai saksi atas segala perbuatan manusia termasuk setiap upacara. Namun dalam setiap upacara walaupun sudah ada Palinggih ini, umat Hindu tetap membuat Sanggar Surya sementara yang beratap, ini menunjukkan bahwa Palinggih Surya tanpa atap lebih tinggi tingkatannya dari Sanggar Surya dengan atap.

2. Bale Piyasan