Makna Filosofis SanggahMrajan Menuju Moksa.

BAB 111 MAKNA DAN FUNGSI SANGGAHMRAJAN

A. Makna Filosofis SanggahMrajan Menuju Moksa.

Tujuan agama Hindu adalah mencapai kesejahteraan didunia dan juga untuk mencapai moksa lepas bebas dari segala ikatan dunia. Untuk melaksanakan aktivitas dalam mencapai tujuan agama dan juga tujuan hidup ini, maka umat Hindu menerima karunia dengan diturunkannya konsep Catur Purusa Artha yaitu dharma kebenaran dan kebajikan, yang menuntun umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan, artha benda-benda atau materi yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan hidup manusia, atau juga disebut dengan tujuan, kama hawa nafsu atau keinginan, juga berarti kesenangan, moksa kebahagiaan dan kesejahteraan yang tertinggi juga kelepasan. 1 SanggahMrajan sebagai media terdekat tentu harus mampu menjabarkan pengetahuan tentang ke empat tujuan ini. Menurut I Ketut Sudana Rimawan : Sanggah Kamulan pada umumnya selalu terletak disebelah Timur menghadap ke Barat. Demikian pula ketika Sulinggih duduk di Bale Piyasan selalu menghadap ke Timur, berhadapan di Sanggah Kamulan. Posisi Sanggah kamulan disebelah Timur tidak terlepas dari arah terbitnya matahari. Manusia Hindu tidak akan pernah mengabaikan arah Timur, karena merupakan salah satu arah yang sakral. Disana ada Sang matahari 1 I Gisti Made Ngurah, dkk, Buku Pendidikan Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi, Surabaya: Paramita,1999h. 70-74 yang memberi kehidupan kepada segenap makhluk hidup; matahari menyinari segala yang ada tanpa membeda-bedakan. Matahari adalah sumber hidup dan kehidupan semua makhluk, termasuk manusia. Sebagai sumber kehidupan, matahari memberikan kekuatan untuk tumbuh dan berkembang semua makhluk, termasuk tumbuh-tumbuhan yang menjadikan gunung sehingga gunung menjadi sumber kesuburan dan kemakmuran. Mataharilah yang sesungguhnya menjadi sumber kemakmuran dan kesejahteraan manusia. Letak Sanggah kamulan di arah timur tidak terlepas dari kemakmuran dan kesejahteraan yang diharapkan akan terpancar dari Sanggah Kamulan ini. Bagi umat Hindu Jawa, matahari diperlakukan dengan sangat hormat, dan arah Timur sebagai arah yang disakralkan dan diyakini sebagai pemberi kehidupan; Sang pemberi kehidupan, sehingga mereka adalah pemuja- pemuja matahari. Sedangkan penguasa matahari adalah Siva Raditya. Begitu hormatnya, umat Hindu Jawa tidak pernah berani untuk buang air kecil mengarah ke Timur. Dalam sejarah, masyarakat Mesir Kuno juga dikenal sebagai pemuja- pemuja matahari, yang disebut Ra, selain itu bangsa Jepang juga memuja matahari. Sanggah Kamulan yang “dijiwai” oleh leluhur yang telah suci dan menyatu dengan Tri Murti Brahma, Visnu, Siva manifestasinya utama dari Tuhan yang paling dekat dengan kehidupan manusia, pada dasarnya memang memancarkan kemakmuran dan kesejahteraan. Didalam teologi Hindu ada dua pandangan yang berbeda tentang eksistensi Tuhan Yang Maha Esa, yaitu: pertama Nirguna Brahman adalah Brahman atau Tuhan yang tanpa sifat, tak terwujudkan, tak tergambarkan, dan tak terpikirkan. Kedua, Saguna Brahman adalah Brahman atau Tuhan yang memiliki sifat yaitu sifat-sifat yang serba maha, antara lain: maha tahu, maha sakti, maha kuasa, maha kasih. Saguna Brahman bisa diwujudkan dalam pikiran, bisa digambarkan dan diarcakan secara fisik. Tri Murti masih merupakan wujud Saguna Brahman 2 Menurut Bhagavadgita 111. 11, para dewa adalah administrator- administrator yang dikuasakan untuk menguruk kegiatan material. Persediaan udara, cahaya, air, dan segala berkat lainnya untuk memelihara jiwa dan raga makhluk hidup dipercayakan kepada para dewa. 3 Dalam Bhagavadgita 111. 12, dinyatakan bahwa antara para dewa berkarma didalamnya untuk “menjunjung” kesejahteraan manusia, sementara manusia berkarma untuk kepuasan para dewa dengan melaksanakan Yadnya. 4 Mengacu kepada sloka ini, maka jelaslah bahwa para dewa memang merupakan sumber kemakmuran dan kesejahteraan, termasuk Tri Murti. Kembali kepada Sanggah Kamulan, dengan menyatunya roh suci leluhur dengan Tri Murti maka kemakmuran dan kesejahteraan yang berasal dari Tri Murti akan “dikucurkan” melalui roh suci leluhur. Perlu dicatat bahwa hanya roh yang telah suci yang bisa menyatu dengan Tri Murti ini, sedangkan roh leluhur yang belum suci terletak menyatu dengan Tri Murti, untuk memasuki areal SanggahMrajan saja belum tentu bisa. Pemahaman ini menjelaskan bahwa SanggahMrajan melalui Sanggah Kamulan adalah sumber kemakmuran dan kesejahteraan serta 2 Wawancara Pribadi dengan I Ketut Sudana Rimawan. Jakarta, 24 Maret 2007 3 Sri Simad A.C, Praphupada, Bhaktivedanta Swami, Bhagavad Gita As It Is, terjemahan, Hanoman Sakti,2000h.174 4 praphupada, Bhagavad Gita As It Is, terjemahan,h. 175 kedamaian pengolalanya, yaitu para keturununannya. Dengan mengerti kondisi dan persyaratan diatas maka kewajiban para leluhur Rna sudah jelas, dan timbal balik yang didapat dari membayar kewajiban ini juga sudah jelas. Maka seorang anak sentana berkewajiban melaksanakan Pitra Yadnya yaitu upacara pemujaan dengan hati yang tulus ikhlas dan suci yang ditujukan kepada para roh-roh leluhur yang telah meninggal dunia. 5 Bukan SanggahMrajan saja yang berperan besar dalam memberikan kemakmuran dan kesejahteraan, tetapi Palinggih Taksu sebagai sumber kekuatan juga berperan. Taksu memberikan sugesti yang kuat dalam mengembangkan bakat dan profesi yang sesuai dari seseorang, Taksu inilah yang akan memunculkan konsep warna atau berbagai profesi manusia sesuai dengan agama dan karmanya. Kekuatan Taksu inilah yang menopang sehingga seseorang akan maksimal dalam malaksanakan kehidupan di dunia ini. Pancaran energi dari Taksu akan menambahkan etos kerja yang tinggi untuk para manusia Hindu yang menyadari konsep Taksu ini. Berarti dari konsep Taksu ini pun memang benar memancar unsur-unsur yang menunjang agar manusia selalu bekerja keras sehingga berhasil maksimal. Dan ini akan menghaturkan orang itu memuja kemakmuran dan kesejahteraan serta kedamaian. Setiap orang harus berupaya untuk meningkatkan “kekuatan” Taksu yang ada dalam dirinya, dengan menyerapnya melalui bhakti di SanggahMrajan. 5 Wawancara Pribadi dengan I Ketut Sudana Rimawan. Tidak berbeda dengan Taksu maka Pengrurah sebagai pengawal, penjaga wilayah dalam memberikan rasa aman; yang kemudian “dirumahkan” di SanggahMrajan, juga tidak tinggal diam dalam menopang manusia untuk menjamin mendapatkan hak-hak atas kemakmuran dan kesejahteraan dan rasa aman ini. Pengrurah ini juga disebut dengan Dalem Gumi, artinya penguasa dunia, dalam hal ini yang dimaksudkan perannya yang lebih dominan kepada hal-hal yang berkaitan dengan materi duniawi, manusia Hindu bisa menjadi kaya, sehat tidak terlepas dari keberadaan Palinggih ini. Dari Palinggih ini manusia akan mampu memancarkan kekuatan yang lebih “kasar” dan lebih bersifat fisik, seperti contoh ditakuti orang lain. Hal ini dikarenakan adanya saudara empat dharma, artha, kama dan moksa yang dikelola di Palinggih ini, yang memang tidak pernah meninggalkan manusia sejak lahir sampai akhir hayat nanti. Demikian pula orang yang lebih suka mempelajari “kesaktian” atau “kawisesan”, maka dukungan dari kekuatan Palinggih ini sangat berperan. Oleh karena itu untuk orang-orang tertentu yang mengandalkan kekuatan fisik dalam hidupnya, Palinggih Pengrurah ini berperan besar.

B. Fungsi SanggahMrajan