Candida albicans Sebagai Penyebab Kegagalan Perawatan Endodonti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Mikroorganisme dan produknya erat hubungannya dengan penyebab penyakit pulpa dan lesi periapikal. Mereka dapat menyebabkan nekrosis pulpa oleh karena persistensinya di dalam saluran akar setelah perawatan endodonti dan dapat menginduksi reaksi inflamasi periapikal. Mikroorganisme seperti jamur dapat ditemukan di dalam saluran akar dengan pulpa nekrosis. Jamur terdapat di dalam saluran akar terinfeksi yang tidak merespon baik terhadap perawatan konservatif saluran akar. 13 Penelitian menunjukkan bahwa jamur memiliki peranan dalam menyebabkan kegagalan perawatatan endodonti dan Candida albicans memiliki peranan yang besar dalam menyebabkan kegagalan dibanding jamur lainnya. 3

2.1 Candida albicans Sebagai Penyebab Kegagalan Perawatan Endodonti

Candida albicans berdasarkan taksonominya diklasifikasikan ke dalam Kingdom Fungi, Divisi Ascomycota, Filum Saccharomycotina, Klas Endomycetes, dan digolongkan ke dalam Famili Saccharomycetaceae, serta Genus Candida. 5 Prevalensi Candida pada saluran akar dilaporkan sebanyak 7 pada kasus yang mendapat perawatan. Sedangkan prevalensi Candida pada kasus gigi yang tidak mendapat perawatan endodonti sebanyak 55. Sebagian besar prevalensi dari Candida adalah Candida albicans yang memiliki jumlah paling banyak. Pernyataan ini sesuai dengan laporan yang menyatakan bahwa Candida albicans terdapat di dalam saluran akar yang terinfeksi sebanyak 21. Fakta ini menunjukkan bahwa Candida albicans lebih sering diisolasi daripada jamur lainnya pada saluran akar yang terinfeksi. 14 Universitas Sumatera Utara Candida merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat bertahan pada prosedur kemomekanikal dan medikamen. Telah dilaporkan bahwa Candida spp resisten terhadap beberapa medikamen termasuk perawatan endodonti. 15 Fakta ini menunjukkan Candida albicans juga resisten terhadap medikamen dengan standar penggunaan endodonti, termasuk kalsium hidroksida, 1-2,5,16 sehingga harus diperhitungkan ketika menggunakan irigasi saluran akar dan medikamen saluran akar. Selain itu Candida albicans dapat bertahan pada lingkungan yang keras di dalam saluran akar dan pH yang tinggi. 5 Oleh karena sifatnya yang resisten pada beberapa medikamen setelah kontak langsung dan kemampuannya untuk tumbuh dan bertahan pada lingkungan dengan persediaan nutrisi yang terbatas menjelaskan mengapa jamur ini berhubungan dengan persistensi infeksi saluran akar. 2 Perubahan Candida albicans dari mikroorganisme komensal menjadi patogen tergantung pada perubahan faktor predisposisi yang menyebabkan timbulnya faktor virulensi. Faktor virulensi ini meliputi perlekatan, pembentukan hifa, thigmotropisme, sekresi protease, perubahan fenotip. 5 Semua faktor ini berhubungan dengan keberadaan Candida albicans di dalam saluran akar pada kasus periodontitis apikalis tabel 1 Universitas Sumatera Utara Tabel 1. FAKTOR VIRULENSI DARI C. albicans DAN PERANANNYA PADA PERIODONTITIS APIKALIS. 5 Faktor virulensi Peranannya pada periodontitis apikalis Perlekatan Kolonisasi pada jaringan keras gigi Pembentukan hifa Penetrasi ke dalam tubulus dentin Tigmotropism Penetrasi ke dalam tubulus Sekresi protease Kemampuan bertahan hidup pada lingkungan dengan nutrisi yang terbatas. Perubahan Fenotip Adaptasi terhadap kondisi ekologi yang keras Perlekatan Candida albicans ke permukaan sel sangat kompleks, melibatkan beberapa tipe jenis perlekatan yang berperan pada proses kolonisasi dan infeksi inang. Molekul adhesin utama Candida albicans yang bertanggung jawab terhadap perlekatannya ke permukaan sel adalah mannoprotein dinding sel Sweet,1997 cit Waltimo,2003. Namun beberapa faktor lain juga berkontribusi pada perlekatan yaitu sifat hidropobik dari permukaan sel, pH lingkungan, konsentrasi besi, kalsium, seng, dan karbondioksida. 5 Candida albicans termasuk ke dalam mikroorganisme polimirfik karena sering dilaporkan pertumbuhan bentuk morfologi seperti blastopora, hifa, batang, pseudohifa, dan klamidospora. Meskipun hifa tidak menjadi prasyarat bagi Candida albicans menjadi patogen, tetapi biopsi infeksi Candida memperlihatkan perlekatan dan penetrasi hifa ke jaringan epitel, dan hal ini menunjukkan patogenesitas dibandingkan dengan bentuk ragi yang ovod. Hifa Candida albicans mempunyai kepekaan untuk menyentuh sehingga akan tumbuh sepanjang lekukan atau lubang yang ada di sekitarnya sifat thigmotropisme. Sifat ini yang mungkin membantu dalam proses Universitas Sumatera Utara infiltrasi pada permukaan epitel selama invasi jaringan. 5 Candida albicans melekat di saluran akar dan penetrasi hifa ke dalam tubulus dentin gambar 1 Gambar 1. Scanning electron dari blastospora C. albicans A dan B penetrasi hifa ke dalam tubulus dentin pada saluran akar in vitro. 8 Salah satu kunci virulensi Candida albicans adalah kemampuannya untuk memproduksi dan mensekresikan enzim aspartil protease yang dapat mencerna protein host. Penelitian pada hewan coba memperlihatkan protease yang secara langsung dibandingkan dengan patogenesitasnya. Aktifitas enzim protease dari spesies ini menunjukkan virulensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan spesies Candida lainnya. 5 Selain faktor virulensi utama, Candida albicans memiliki kecendrungan untuk perubahan fenotip, yang berperan untuk adaptasi lingkungan. Perubahan fenotip meliputi perubahan morfologi koloni dan aktivitas protease. Fenomena ini dikenal sebagai switching fenotipic, dan mungkin sering terjadi terutama di bawah tekanan. 5 Universitas Sumatera Utara

2.2 Kalsium Hidroksida Sebagai Bahan Medikasi Saluran Akar