Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
kekayaannya. Tidaklah diragukan lagi jika kedudukan antara lakiflaki dan perempuan sebanding, merupakan factor kebahagiaan hidup suami isteri dan
menjamin keselamatan lakiflaki dan perempuan dari kegagalan dan kegoncangan rumah tangga
2
.
\
Hubungan perkawinan merupakan salah satu aspek hidup yang paling utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu bukan
saja merupakan satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, Juga dapat dipandang sebagai satu jalan menuju pintu
perkenalan antara kaum dengan kaum lain, dan perkenalan itu akan menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan antara satu dengan lainnya. Karena perkawinan
termasuk pelaksanaan agama, maka didalamnya adanya tujuan dan maksud mengharapkan keridhaan Allah SWT.
3
Perkawinan merupakan suatu ketentuan Allah didalam menjadikan dan menciptakan alam ini. Perkawinan bersifat umum, menyeluruh, berlaku tanpa
terkecuali baik bagi manusia, hewan dan tumbuhftumbuhan.
4
Sedangkan Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis,
2
Sayyid Sabiq, Bandung, PT. Alma’arif, 1981, Cet. I, hal. 36
3
Sulaiman Rasjid, Bandung, PT.Sinar Baru Algesindo, 1994, Cet.27, hal.375
4
Abd. Qadir Jaelani, ,Surabaya, Bina Ilmu, 1995, hal.41
sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga yang
sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antar anggota keluarga.
5
Tujuan keseimbangan dalam perkawinan ini memang sama dengan tujuan perkawinan yaitu untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan yang Maha Esa. Untuk itu suami isteri perlu adanya rasa saling membantu dan saling melengkapi agar masingfmasing dapat mengembangkan
kepribadiannya, membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material. Sejalan dengan berkembangnya zaman sekarang ini, nampaknya masih
banyak dari kalangan masyarakat kita yang terus menerus mementingkan materi dalam menempuh perkawinan, mereka lupa bahwa ada aspek lain yang tidak
dapat, dihargai dengan nilai materi. Akan tetapi karena pada umumnya, mereka hanya memandang pada aspek yang nyata saja dalam kehidupan ini, maka
akhirnya mereka lupa akan makna dan tujuan perkawinan itu. Dalam menentukan pilihan terhadap calon istri atau suami, Islam telah
Menganjurkan agar kesetaraan antara calon suami dan calon istri hendaknya dipenuhi oleh kedua belah pihak yang setara kedudukannya ditengah masyarakat,
seperti dalam segi ekonomi, intelektual, pendidikan, dan lainnya. Hal ini harus
5
Abd Rahman Ghazaly, , Bogor, Kencana, 2003, hal. 22
diperhatikan dari sejak awal demi menjaga masa depan perkawinan kedua belah pihak.
6
Untuk dapat terbina dan terciptanya suatu rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah, Islam menganjurkan agar adanya kafa’ah atau
keseimbangan antara calon suami dan calon istri. Tetapi hal ini bukanlah merupakan suatu yang mutlaq, melainkan suatu hal yang harus diperhatikan guna
tercapainya tujuan pernikahan yang bahagia dan abadi. Karena pada prinsipnya Islam memandang sama kedudukan umat manusia dengan manusia lainnya.
Kafa’ah itu sendiri mempunyai arti kesamaan, serasi, seimbang, dan lainnya. Kalau dalam artian luas yaitu keserasian antara calon suami dan calon
istri, baik itu dalam agama, akhlak, kedudukan, keturunan, pendidikan dan lainnya. Namun, meskipun konsep kafa’ah ini bukanlah merupakan suatu hal
yang dapat menjamin kebahagiaan keluarga, tetapi pada umumnya masyarakat mempunyai persepsi.
Jika salah satu anggotanya akan melangsungkan perkawinan, maka sudah menjadi keharusan pula pasangan yang akan dijadikan calon mempelainya itu
harus mempunyai kriteriafkriteria yang telah ditetapkan jauh sebelum akad pernikahan dilaksanakan. Masyarakat beranggapan bahwa suatu rumah tangga
akan mencapai kebahagiaan apabila kriteriafkriteria tersebut ada dan dimiliki
6
Syaikh Adil Fathi Abdullah, Jakarta, Pustaka Kamil, 2004,
hal. 50
setidaknya oleh orang tua calon pasangannya dan lebih baik lagi bila dimiliki oleh pasangan yang nantinya mendampingi kehidupan dari salah satu bagian anggota
keluarganya. Berdasarkan pengamatan sementara, bahwasanya di Desa Lebaksiu
Kabupaten Tegal mengutamakan faktor kafa’ah sebagai pertimbangan utama untuk melangsungkan pernikahan dengan tujuan untuk mencapai keharmonisan
rumah tangga, namun kenyataannya tidak semua masyarakat menjalankannya. Factor kafa’ah sebagai pertimbangan utama untuk melangsungkan proses
pernikahan akan tetapi ada juga yang berakhir dengan perceraian. Untuk lebih jelas mengetahui bagaimana masyarakat Desa Lebaksiu
Kabupaten Tegal tentang pemahaman kafa’ah dalam perkawinan dan persepsi masyarakat tentang pengaruh dari kafa’ah itu sendiri dalam melaksanakan
pernikahan. Karena itu sangat penting untuk dikaji sebagai pedoman. Maka penulis akan menguraikan pembahasan mengenai kafa’ah tersebut
dalam skripsi berjudul “PERSEPSI MASYARAKAT LEBAKSIU – TEGAL TERHADAP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN”