Persepsi Masyarakat Desa Lebaksiu Tentang Pengaruh Kafa’ah

mengharapkan kehidupan rumah tangganya dapat terbina dengan akhlak yang luhur. Tabel 4.13 Penyebab terjadinya kafa‘ah No Alternatif Jawaban Frekvensi Persentase 1. 2. 3. Faktor Budaya Faktor Usia Faktor Sosial 22 33 35 24,5 36,6 38,9 Total 90 100 Keterangan: Dari tabel diatas bisa diketahui bahwa 24,5 responden penyebabnya adalah factor budaya, persentse 36,6 responden menyatakan faktor usia, sedangkan persentase 38,9 adalah factor sosial. Hal ini menggambarkan factor penyebab terjadinya kafa’ah pada masyarakat desa lebaksiu dikarenakan factor social yang berpengaruh dalam pelaksanaaan pernikahan ketimbang factor usia dan factor budaya. Tabel 4.14 Penyebab factor agama terhadap Kafa’ah No. Alternatif Jawaban Frekvensi Persentase 1. 2. Kebahagiaan Ketentraman 54 36 60 40 Total 90 100 Keterangan: Dari tabel diatas terlihat bahwa 60 responden menyatakan kebahagiaan menjadi yang utama dalam kehidupan berumah tangga, sedangkan yang menyatakan ketentraman adalah persentase 40 responden. Jadi dapat di simpulkan bahwa pengaruh terhadap kafa’ah pada masyarakat desa lebaksiu dalam hal ini adalah kebahagiaan itu sangat diutamakan untuk dijadikan acuan didalam menjalankan kehidupan rumah tangga. Tabel 4.15 Pertimbangan ka’fah dalam perkawinan No. Alternatif Jawaban Frekvensi Pesentase 1. 2. Menguntungkan Untuk mencapai keharmonisan 42 48 46,7 53,3 Total 90 100 1 Menurut data diatas dapat diketahui, bahwa 53,3 responden menyatakan mencapai keharmonisan dapat membuat suatu keluarga terhindar dari permasalahan yang dapat merugikan keluarga itu sendiri, dan untuk persentase 46,7 responden menyatakan bahwa alasan tersebut menguntungkan bagi sebagian masyarakat desa lebaksiu. Dapat di ambil kesimpulan, dari data diatas menunjukkan bahwa masyarakat desa lebaksiu dalam menjalankan pernikahan sangatlah mengharapkan untuk mencapai keharmonisan didalam kehidupan rumah tangganya.Sedangkan pengaruh dalam pernikahan masyarakat mempertimbangkan dengan teliti. Tabel 4.16 Perbedaan suku penyebab dalam pernikahan No Alternatif Jawaban Frekvensi Persentase 1. 2. Sangat berpengaruh Cukup berpengaruh 41 49 45,6 54,4 Total 90 100 Keterangan: Dari tabel 4.16 dapat dilihat, bahwa 54,4 responden menjawab bahwa perbedaaan suku dalam menjalankan kafa’ah cukup berpengaruh antar satu dengan suku lain, 45,6 responden menilai bahwa perbedaan suku dalam pernikahan pada tabel diatas menyatakan kafa’ah sangat berpengaruh dengan suku lain adat. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan sukuadat didalam perkawinan tidak semua di praktekkan dalam kehidupan masyarakat, namun masyarakat desa lebakasiu dengan hal ini tidak menjadi persoalan dalam kehidupan bersosial pada umumnya. Tabel 4.17 Akibat perkawinan dengan dasar kafa’ah No. Alternatif Jawaban Frekvensi Persentase 1. 2. 3. Mendatangkan kemaslahatan Membuat kebahagiaan Mengurangi perbedaan 38 28 24 42,2 31,2 26,6 Total 90 100 Keterangan: Tabel 4.17 menunjukkan bahwa responden dengan persentase 42,2 menyatakan kemaslahatan itu yang di harapkan, sedangkan persentase 31,2 responden menyatakan perkawinan dengan kafa’ah akan membuat kebahagiaa keluarganya, dengan persentase 26,6 menyatakan bahwa dengan kafa’ah dapat mengurangi perbedaan dalam menyelesaikan masalah. Dari data statistik diatas menunjukkan bahwa kemaslahatan sangat berpengaruh dalam perkawinan karena kemaslahatan ini yang diharapkan oleh masyarakat desa lebaksiu sehingga kehidupan rumah tangganya nanti dapat mewujudkan keluarga yang diridhoi oleh Allah Swt. Tabel 4.18 Kafa’ah dalam pelaksanan perkawinan No. Alternatif Jawaban Frekvensi Persentase 1. 2. 3. 4. Baik Sangat baik Cukup Cukup baik 29 25 19 17 32,3 27,7 21,2 18,8 Total 90 100 Keterangan: Tabel 4.18 diatas bahwa persentase 32,3 adalah responden yang menyatakan baik dalam pelaksanaannya, sangat baik adalah responden dengan persentase 27,7 , dengan persentase 21,2 menyatakan cukup, dan responden dengan persentase 18,8 cukup baik. Dengan ini diatas tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan perkawinan dengan pengaruh kafa’ah yang ada, masyarakat desa lebaksiu mayoritas menyatakan hal tersebut baik untuk dijalankan dan dilaksanakan sesuai konsep dalam Islam.

D. Analisis Hasil Penelitian

Mengacu pada beberapa inti permasalahan yang dirumuskan pada bagian terdahulu, permasalahan yang ada adalah: Pemahaman masyarakat tentang kafa’ah dan persepsi masyarakat desa lebaksiu tentang pengaruh kafa’ah dalam perkawinan. 1. Pemahaman masyarakat tentang kafa’ah dalam perkawinan Keseimbangan antara calon suami dan calon isteri dalam perkawinan sangatlah diutamakan agar kehidupan rumah tangganya kelak tidak ada persoalan. Masyarakat desa lebaksiu, pada umumnya sangat berharap anaknya mendapatkan pasangan yang seimbang atau pilihan yang , baik dari segi agamanya, segi hartanya, segi nasabnya, segi pekerjaaannya, maupun dari segi kecantikannya. Dari hal tersebut diatas walaupun pilihannya tidak mampu terpenuhi, maka setidaknya ketaatan yang paling diutamakan karena sebagai acuan pada kehidupan keluarga dan anak cucunya. Didalam suatu pernikahan pemahaman tentang kafa’ah selalu menjadi persoalan yang sangat mendasar oleh setiap masyarakat khususnya suatu keluarga yang menginginkan adanya rumah tangga yang tentram. Masyarakat Desa Lebaksiu sudah memahami aspekfaspek yang ada dalam sebuah perkawinan untuk menuju kehidupan rumah tangga sakinah, mawaddah, warahmah, sehingga masyarakat desa lebaksiu selalu peduli dengan konsep tersebut yaitu melalui pemahaman agama yang telah diajarkan dalam lingkungan masyarakat. Kedudukan seseorang dimasyarakat sangat diperlukan untuk dapat dijadikan tauladan bagi lainnya dalam masalah pernikahan, dengan memperhatikan aspek yang ada dalam konsep kafa’ah. Semoga dengan hal tersebut mendapatkan ridhoi dari Allah SWT. Dengan faktor yang ada masyarakat Desa Lebaksiu dapat menjalankan kafa’ah dalam perkawinan dengan pemahaman yang telah dimilikinya. Oleh karena itu dalam pernikahan lebih dilatar belakangi oleh factor agama, sehingga factor tersebut menjadi pedoman sebagian masyarakat Desa Lebaksiu. Sehingga masyarakat yang menjalankannya merasakan ketenangan jiwa, ketenteraman batinnya, dan untuk membentuk keluarga yang bahagia. Jadi, dalam pernikahan yang berdasarkan tersebut oleh sebagian masyarakat masih tetap dilestarikan, walaupun dampak yang sudah mereka alami sebelumnya. Factor agama dan ada factor lainnya dalam menyebabkan sebagian masyarakat melakukan pernikahannya dengan baik dan dapat menjalankan perkawinannya sesuai konsep agama yang telah dianjurkan oleh Islam dan mudahfmudahan masyarakat mendapatkan kehidupan yang tentram, mendapatkan selalu barokah dari Allah SWT amin. 2. Persepsi masyarakat tentang pengaruh kafa’ah Persepsi yang muncul dalam lingkungan masyarakat desa Lebaksiu tentang pengaruh kafa’ah dalam perkawinan hanyalah sebatas pandangan yang sebagian masyarakat tingkat pengetahuan dan tingkat pemahaman cukup. Sebab ada kekhawatiran bagi mereka apabila menikahkan anaknya dengan tidak seimbang atau sebanding, maka sangat berpengaruh pada perkawinan anaknya terutama keluarga dengan tingkat kedudukan sosialnya tinggi. Pada dasarnya hal tersebut tidak menjadi persoalan dalam perkawinan, menjadi persoalan hanya pada masyarakat pengetahuannya kurang memahami tentang hal perkawinan. Dalam kehidupan masyarakat masalah tersebut tidak mereka praktekkan namun pada kehidupan nyata dan ini menunjukan masyarakat desa lebaksiu mampu untuk melaksanakan perkawinan yang sesuai syari’at Islam. Perkawinan selalu diharapkan oleh semua masyarakat desa lebaksiu yang senantiasa menjalankan kehidupan agamis dengan tuntunannya. Hal ini berpengaruh pada kehidupan keluarga didalam mengarungi mahligai rumah tangga yang selalu mengharapkan kebahagiaan. Dalam masyarakat Desa Lebaksiu masih menggunakan madzhab Syafe’I yang mana dalam menyikapi tentang keseimbangan dalam perkawinan selalu pendapatnya. Persepsi masyarakat desa Lebaksiu mengenai pengaruh didalam menjalankan perkawinan menunjukan bahwa masyarakat desa lebaksiu melakukan pernikahan bertujuan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT dan agar dilancarkannya perkawinan rumah tangga sampai akhir khayat. Sesuatu hal apalagi dalam sebuah perkawinan tentunya terdapat pengaruh yang terjadi akibat persoalan yang menyangkut hubungan suami isteri dalam satu keluarga. Ini bahkan akan menjadi pengaruh yang bisa membuat perkawinan itu cerai berai pada kehidupan keluarganya dan berujung dengan hak suami dan hak isteri.