Syarat-syarat dalam Hadhanah KONSEP DASAR HADHANAH

tertentu ini tidak terpenuhi satu saja maka gugurlah kebolehan menyelenggarakan hadhanahnya. Syarat- syaratnya itu adalah : 1. Berakal sehat, jadi bagi orang yang kurang akal dan gila, keduanya tidak boleh menangani hadhanah. Karena mereka ini tidak dapat menangani mengurusi dirinya sendiri. Sebab itu ia tidak boleh diserahi mengurusi orang lain. Sebab orang yang tidak punya apa-apa tentulah ia tidak dapat memberi apa-apa kepada orang lain. 2. Dewasa, sebab anak kecil sekalipun mumayyiz, tetapi ia tetap membutuhkan orang lain yang mengurusi urusannya dan mengasuhnya, oleh karena itu dia tidak boleh mengurusi urusan orang lain. 3. Mampu mendidik, karena itu tidak boleh menjadi pengasuh orang buta atau rabun, sakit menular atau sakit yang melemahkan jasmaninya untuk mengurus kepentingan anak kecil, tidak berusia lanjut, yang bahkan ia sendiri perlu diurus, bukan orang yang mengabaiakan urusan rumahnnya sehingga merugikan anak kecil yang diurusnya, atau bukan orang yang tinggal bersama orang yang sakit menular atau bersama orang yang suka marah kepada anak-anak, sekalipun kerabat anak kecil itu sendiri, sehingga akibat kemarahannya itu tidak bisa memperhatikan kepentingan si anak secara sempurna dan menciptakan suasana yang tidak baik. 4. Amanah dan berbudi, sebab orang yang curang aman bagi anak kecil dan tidak dapat dipercaya akan dapat menunaikan keawjibannya dengan baik. Bahkan nantinya si anak dapat meniru atau berkelakuan seperti orang yang curang ini. 5. Islam, anak kecil muslim tidak boleh diasuh oleh pengasuh yang bukan muslim. Sebab hadhanah merupakan masalah perwalian. Sedangkan Allah tidak membolehkan orang mukmin di bawah perwalian orang kafir. 6. Merdeka, sebab seorang budak biasanya sangat sibuk dengan urusan- urusan dengan tuannya, sehingga ia tidak ada kesempatan untuk mengasuh anak kecil. 13 7. Wanita yang mengasuh itu tidak bersuamikan dengan seoarng laki-laki yang bukam mahram dari anak yang diasuh itu karena ia sibuk melayani keperluan suaminya sehingga untuk mengasuh anak itu sudah hamper-hampir tidak ada waktu. Tetapi ibunya itu kawin dengan anak asuhan itu, seperti pamannya maka perempuan itu boleh mengasuh. 14

C. Pihak Pihak yang Berhak Mendapatkan Hak Hadhanah

Suatu rumah tangga, idealnya diramaikan oleh anak-anak sebagai buah hati kasih sepasang suami istri. Buah hati yang menyenangkan itu sudah menjadi kewajiban suam istri untuk memeliharanya dengan baik, diberikan pendidikan yang 13 Sayyid Sabiq, fiqih Sunnah 8, Bandung: PT ALMA’RIF , 1980 , h. 179-184 14 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam suatu studi perbandinan dalam kalangan Ahlusunnah wal jamaah, dan Negara-negara Islam Jakarta: PT Bulan Bintang,1988,h.404 berkualitas baik yang menyangkut “ imtak “ maupun “ iptek “sehingga ada keseimbangan antara intelektual quotient dan spiritual quoitieun dalam diri si anak, dan memang begitulah seharusnya orang tua yang baik yang memiliki emosi kebapakan dan keibuan tumbuh pada jiwa yang kedua orang tua, dan dari hati mereka terpancar sumber sensitifitas, tak pelak dalam sesitifits tersebut terdapat pengaruh mulia dan hasil hasil positif dalam memelihara anak – anak dan kesejahteraan mereka dan bergerak menuju kehidupan tentang dan tentram dan masa depan yang mulia dan luhur 15 Ilustrasi dari sebuah rumah tangga di atas dijelaskan oleh banyak pasangan dan itu merupakan perwujudan dari ketaatan kepada Allah SWT, sebagimana ditegaskan dalam Al-Qur’an: ⌧ ﺮ ا 66 : 6 “ Hai orang – orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu penjaganya malaikat- malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendhuharkai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakannya apa yang diperintahkannya “. QS.Al-Tahrim:6 Ayat tersebut memerintahkan untuk semua kaum muslimin untuk mengasuh dan mendidik anak – anaknya. Di antara banyaknya rumah tangga yang bahagia, ada 15 Abdullah Nashih Ulwah, Pemeliharaan kesehatan jiwa anak terj , penerjmh: Khulullah Ahmad Masjkur Hakim, Bandung : Remaja Rosdakarya,1996 , Cet, ke- 3,h.7