Metode penelitian dan penulisan

Metode deskriptif analitis yaitu metode yang memaparkan masalah-masalah sebagaimana adanya disertai argumentasi-argumentasi, dan metode analitis eksplanatoris yaitu metode yang berdasarkan rasional dan logis secara induktif dan deduktif terhadap sasaran pemikiran. Metode bahan rujukan ataupun sumber-sumber yang digunakan berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadist, literatur fiqih klasik dan literatur fiqih modern, dan sumber lainnya yang tidak terbatas sehingga skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan Penjelasan mengenai metode penulisan yang digunakakan penulis sebagai berikut: 1. PENGUMPULAN DATA ANALISIS DATA Induktif, metode a analisa dengan cara membawa data-data yang bersifat umum ke dalam ndingkannya untuk mencapai kmungkinan mengkom Yaitu mencari berbagai literatur yang ada relevansinya dengan permasalahan untuk selanjutnya dikaji guna mencari landasan pemikiran dalam upaya pemecahan masalah. 2. a. nalisis yang berpijak pada data yang bersifat khusus, yang kemudian dikongklusikan dalam suatu generalisasi berdasarkan hubungan dan permasalahan. b. Deduktif , metode aneka pembahasan yang bersifat khusus. c. komperatif, menjabarkan dan memaparkan beberapa pendapat yang berbeda, kemudian memba promikannya. d. Deskriptif, umumnya digunakan dalam menguraikan sejarah, mengutip atau menjelaskan bunyi suatu perundang-undangan Historis, yaitu dalam 3. tekhnik penulisan s penulisan yang diterbitkan Syarief Hidayattullah Jakarta 004 dengan sedikit at Kutipan yang berasal d Istilah-istilah asing yan F. memberikan gambaran y dalam Bab pertama, berisikan pendahulua ungkapkan latar belakang tentang penulisan skripsi ini, merumuskan identifikasi permasalahan, e. mengemukakan sejarah disertai kajian dan sebab keterkaitannya. Tehnik penulisan Mengenai kripsi ini, penulis mengacu kepada pedoman skripsi, tesis, disertasi UIN Syarief Hidayattullah Jakarta, oleh UIN press Cet ke-2 tahun 2 pengecualian yaitu: 1. Terjemahan Al-Qur’an dan hadist diketik satu spasi sekalipun kurang dari enam baris, dengan diberi tanda petik di awal dan di akhir kaliam 2. ari bahasa asing kecuali Al-Qu’ran dan Al- Hadist diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang disempurnakan dengan terjemah bebas 3. g terdapat dalam teks serta catatan di cetak dengan cetakan miring Sistematika Penyusunan Untuk ang jelas, karya ilmiah ini disusun dan dibagi empat bab, dengan susunan sebagai berikut: n dengan uraian yaitu meng menun dipergunakan sebagai kerangka menuju an umum tentang penger ak. n bagian akhir dari seluruh rangkaian tulisan karya i jukan maksud dan tujuan dari penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran dan mengungkapkan metodologi yang uraian yang sistematis dan terakhir sistematika penulisan. Bab kedua, berisikan tentang tinjauan umum pengertian dan tujuan perkawinan, putusnya perkawinan, penyebab putusnya perkawinan, serta akibat dari putusnya perkawinan. Bab ketiga, yaitu, menguraiakan dan menjelaskan tuju tian pemeliharaan anak, syarat-syarat dalam pemeliharaan anak, pihak-pihak yang berhak mendapatkan hak pemeliharaan anak, kewajiban biaya pemeliharaan anak, serta masa pemeliharaan an Bab keempat, berisikan efektifitas pasal 105 point c jo pasal 156 point d Kompilai Hukum Islam yang dilengkapi dengan latar belakang serta analisis pasal 105 point c jo pasal 156 point d Kompilai Hukum Islam. Bab kelima, yaitu merupaka lmiah ini. Penulis akan menarik kesimpulan dari keseluruhan pembahasan untuk kemudian penulis memberi saran-saran yang konstruktif. Dan saran yang dapat mendukung kelengkapan skripsi ini.

BAB II TINJAUAN UMUM SEPUTAR PERCERAIAN

A. Pengertian dan dasar perceraian

1. Pengertian perceraian Thalak, dari kata “ ithlaq “, artinya “ melepaskan atau meninggalkan. “ dalam istilah agama, thalak adalah melepaskan ikatan perkawinan, atau rusaknya hubungan perkawinan. 1 Menurut Imam Nawawi dalam bukunya Tahdzib, thalak adalah tindakan orang terkuasai terhadap suami yang terjadi tanpa sebab kemudian memutus nikah. 2 Al- Mahalli di dalam kitabnya syarah Minhaz al-thalibin yang dalam artinya: “Melepaskan hubungan pernikahan dengan mengunakan lafazh talak dan sejenisnya”. 3 Langgengnya kehidupan dalam ikatan perkawinan merupakan suatu tujuan yang sangat diutamakan dalam Islam. Akad nikah diadakan untuk selamanya dan seterusnya agar suami istri bersama-sama dapat mewujudkan rumah tangga sebagai tempat berlindung, menikmati curahan kasih sayang dan dapat memelihara anak- anaknya sehinggar mereka tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ikatan antara suami istri adalah ikatan yang paling suci dan paling kokoh, sehingga tidak ada suatu dalil yang jelas menunjukan tentang kesuciannya yang begitu agung selain Allah senndiri yang menamakan ikatan perjanjian antara suami 1 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah , Bandung: PT Al- Ma’rif, 1980 ,h. 7 2 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahab sayyed Hawwas, Fiqih munakahat Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2009 , H, 255 3 Amir Syarifuddin, Garis – Garis besar Fiqih, Jakarta : PRENADA MEDIA, 2003 ,h. 125- 126 14 istri dengan kalimat “ perjanjian yang kokoh “. 4 Jika ikatan antara suami istri demikian kokoh kuatnya, maka tidak sepatutnya dirusak dan disepelekan. Setiap usaha untuk menyepelekan hubungan perkawinan dan melemahkannya adalah dibenci oleh Islam, karena ia merusak kebaikan dan menghilangkan kemashlahatan antara suami dan istri. 2. Dasar Perceraian Adapun dasar diperbolehkannya cerai adalah 1. Surat Al- Baqarah ayat 229 ق ا نﺎ ﺮ كﺎ ْ ﺈ فوﺮْ ْوأ ﺮْ نﺎ ْ ﺈ ةﺮ ا 2 : 229 Thalak yang dapat di ruju, dua kali. Setelah itu boleh diruju lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. QS: Al-Baqarah: 229 ﺎ ﺎﻬ أ ا اذإ ْ ءﺎ ا ﻦهﻮ ﻦﻬ ﺪ اﻮ ْ أو ةﺪ ْا ﻮ او ﷲ ْ ﻜ ر ﻻ ﻦهﻮﺟﺮْﺨ ن ﻦﻬ ﻮ ﺎ و ﻦْﺟﺮْﺨ ﺎ إ نأ ﻦ ْﺄ ﺷ ﺔ ق ا 65 : 1 Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat menghadapi iddahnya dan hitunglah waktu iddah itu dan bertaqwalah kepada Allah tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka diizinkan keluar kecuali kalau mengerjakan perbutan yang keji yang terang Qs: At-Thalak: 1 Seandainya tahap perceraian ini telah terjadi, Al-Qur’an memerintahkan para suami agar tidak menyalahgunakan kekuasaannya dengan sewenang-wenang dan meninggalkan isterinya terkatung- terkatung. 4 Slamet Abidin, Aminudin, fiqih Munaqahat I I Bandung : CV Pustaka setia, 1999 ,h. 9