Fashion Dan Wanita (Studi Korelasional Pengaruh Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan Indonesia Terhadap Imitasi Trend Fashion Oleh Wanita Di Komplek Perumahan Pondok Surya Di Kota Medan)

(1)

FASHION DAN WANITA

(Studi Korelasional Pengaruh Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan Indonesia terhadap Imitasi Trend Fashion oleh Wanita di Komplek Perumahan Pondok Surya di

Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh

AFRIYANTI EKA SARI 040904017

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI INI DISETUJUI DAN DIPERTAHANKAN OLEH :

NAMA : AFRIYANTI EKA SARI

NIM : 040904017

DEPARTEMEN : ILMU KOMUNIKASI JUDUL : FASHION DAN WANITA

(STUDI KORELASI PENGARUH RUBRIK FASHION MAJALAH COSMOPOLITAN INDONESIA TERHADAP IMITASI TREND FASHION OLEH WANITA DI KOMPLEKS PERUMAHAN PONDOK SURYA DI KOTA MEDAN)

DOSEN PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN

Dra.DAYANA, M.Si

NIP 131 676 480 NIP 131 654 104

Drs.AMIR PURBA, M.A

DEKAN FISIP USU

NIP 131 757 010


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Fashion dan Wanita (Studi Korelasional Pengaruh Rubrik Faashion Majalah Cosmopolitan terhadap Imitasi Trend Fashion oleh Wanita di Komplek Pondok Surya di Kota Medan). Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan, dan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas peneliti menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang nantinya berguna di hari yang akan datang.

Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dari dasar hati yang terdalam, penulis persembahkan kepada Ayahanda Rivai,SH dan Ibunda Martini yang selalu memberikan dukungan moril dan materil, serta kasih sayang yang selalu dicurahkan kepada peneliti. Kepada saudara penulis adik Dwi Juliandi, yang telah memberikan semangat, dukungan, dan pengertian kepada peneliti.

Terimakasih yang setulus-tulusnya juga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra.Dayana, M.Si, selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan masukan, bimbingan dan dorongan kepada penulis. Terima kasih atas pengetahuan dan wawasan baru yang diberikan kepada penulis, semua itu sangat berarti bagi penulis.

4. Bapak Zulfakhri Ahmadi S.Sos, selaku Lurah di Kelurahan Helvetia Timur yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di komplek perumahan Pondok Surya di Kelurahan Helvetia Ttimur, Medan.

5. Ibu Dra.Dewi Kurniawati, M.Si, Kak Icut, Kak Ros, Rotua, dan Maya yang selalu ada di departemen yang setia membantu penulis dalam menyelesaikan urusan administrasi.

6. Someone named Clift Vilfredho Mc.Charty, thank you so much for everything. Thank

you for all the love and happiness you gave to me, and thank you for supporting me always. I love you!

7. Filbergh Sbaztyan Mc.Charty, I won’t forget you all my life. I pray you a great happiness in heaven. I love you.

8. My best friends forever Risla Anggun Sari, Aginta Marlina S, Indra Adyatya Pranata,

Ruliyan Septiani Putri, Tapi Tenera Sari Siregar yang selalu siap membantu, memberi dorongan, dan semangat serta selalu ada setiap kali penulis butuhkan. Penulis bersyukur bisa mengenal kalian, semoga persahabatan kita tetap terjaga selamanya. Love you all guys!

9. Erik Mardianto terima kasih banyak atas bantuan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

10. My new best friends Nita, Nisa, Hilda, Nadia, Eka TJ dan Roland, semoga kita


(5)

11. Teman-teman selama masa kuliah : Ina, Icha, Fany, Liya, Chiko, Cheche, Tetty, Budi, Unun, Sally dan yang lainnya yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan perhatian dalam melakukan aktivitas perkuliahan.

12. Bang Hendra dan keluarga, terim akasih penulis ucapkan karena telah menjadi Dosen Wali untuk penulis.

13. Semua pihak yang secara sadar atau tidak, telah ikut serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tulus.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, semoga Allah SWT akan membalasnya dengan limpahan rahmat kepada kita semua. Harapan penulis semoga skripsi ini kelak dapat berguna dan jika terdapat kesalahan penulis memohon maaf serta menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Medan, Desember 2008 Peneliti,


(6)

DAFTAR ISI ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 5

I.3 Pembatasan Masalah ... 5

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 6

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 7

I.5 Kerangka Teori... 7

I.5.1 Komunikasi Massa ... 7

I.5.2 Majalah ... 9

I.5.3 Imitasi ... 10

I.5.4 Teori S-O-R ... 11

1.5.5 Model AIDDA………..13

I.6 Kerangka Konsep ... 14

I.7 Model Teoritis ... 15

I.8 Operasional Variabel ... 16

I.9 Definisi Operasional Variabel ... 18

I.10 Hipotesis ... 20

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Massa ... 21

II.1.1 Definisi Komunikasi Massa ... 21

II.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa ... 23

II.2 Majalah ... 26

II.2.1 Sejarah Terbitnya Majalah ... 26

II.2.2 Pengertian dan Fungsi Majalah……….29

II.3 Imitasi ... 32

II.4 Teori S-O-R ... 34

II.5 Model AIDDA ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 41

III.1.1 Data Monografi Kelurahan ... 41

III.1.2 Bidang Pemerintahan ... 41


(7)

III.3 Populasi dan Sampel ... 42

III.3.1 Populasi ... 42

III.3.2 Sampel ... 42

III.4 Penarikan Sampel ... 44

III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 45

III.6 Teknik Analisis Data ... 45

III.5.1 Analisis Tabel Tunggal ... 45

III.5.2 Analisis Tabel Silang ... 46

III.5.3 Uji Hipotesis ... 46

III.6 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 47

III.6.1 Tahap Awal ... 47

III.6.2 Pengumpulan Data ... 48

III.7 Proses Pengolahan Data ... 48

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Tabel Tunggal …… ... 50

IV.1.1 Karakteristik Responden……….. .. 50

IV.1.2 Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan ... 55

IV.1.3 Imitasi trend Fashion ... 69

IV.2 Analisis Tabel Silang ……….. ... 83

IV.3 Uji Hipotesis ... 92

IV.4 Pembahasan ... 93

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan ... 99

V.2 Saran ... 100 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

Tabel 1 : Operasional Variabel... 16

Tabel 3 : Usia Responden ... 50

Tabel 4 : Tingkat Pendidikan Terakhir Responden ... 51

Tabel 5 : Pekerjaan Responden ... 52

Tabel 6 : Penghasilan Responden... 52

Tabel 7 : Status Responden ... 53

Tabel 8 : Frekuensi Membaca ... 54

Tabel 9 : Isi Pesan ... 55

Tabel 10 : Tata Bahasa ... 55

Tabel 11 : Kebutuhan Pribadi... 56

Tabel 12 : Cara Memperoleh kebutuhan ... 57

Tabel 13 : Sistem Penulisan Rubrik Fashion ... 58

Tabel 14 : Aktualitas Berita Fashion ... 58

Tabel 15 : Membantu kehidupan Sehari-hari ... 59

Tabel 16 : Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan menambah Wawasan ... 60


(9)

Tabel 18 : Tokoh/Pubic Figure menunjukkan Trend Fashion Terbaru ... 62

Tabel 19 : Gaya Berpakaian ... 63

Tabel 20 : Barang-barang Fashion ... 64

Tabel 21 : Model Pakaian dan Aksesori ... 64

Tabel 22 : Harga Barang yang Ditampilkan ... 65

Tabel 23 : Tampilan Gambar/ Foto ... 66

Tabel 24 : Kualitas Gambar/Foto ... 66

Tabel 25 : Kualitas Kertas ... 67

Tabel 26 : Teknik Pewarnaan ... 67

Tabel 27 : Kualitas Warna... 68

Tabel 28 : Tata Letak ... 69

Tabel 29 : Isi Pesan Menarik Perhatian... 69

Tabel 30 : Aktualitas Berita Fashion Menarik Perhatian ... 70

Tabel 31 : Tokoh/Public Figure Menarik Perhatian ... 71

Tabel 32 : Model Pakaian dan Akseori Menarik Perhatian ... 72

Tabel 33 : Tata Warna Menarik Perhatian ... 72

Tabel 34 : Tata Letak Menarik Perhatian ... 73


(10)

Tabel 36 : Tertarik Mengikuti atau Meniru Trend Fashion ... 75

Tabel 37 : Info dan Tips Membantu Masalah Fashion ... 75

Tabel 38 : Tertarik untuk Mengetahui Trend Fashion Terbaru ... 76

Tabel 39 : Meniru Gaya Tokoh/Public Figure ... 77

Tabel 40 : Keinginan Meniru Semakin Kuat ... 78

Tabel 41 : Keputusan Meniru Trend Fashion ... 79

Tabel 42 : Info dan Tips Membantu Memilih Trend ... 79

Tabel 43 : Meniru atau Mengikuti Trend Fashion ... 80

Tabel 44 : Selalu Membeli Barang yang Ditampilkan ... 81

Tabel 45 : Selalu Membeli Barang Asli ... 82

Tabel 46 : Membeli Barang Mirip Asli agar selalu Stylish ... 82

Tabel 47 : Hubungan antara Isi Pesan dalam Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan dengan Perhatian Wanita di Kompleks Perumahan Pondok Surya untuk Membacanya...83

Tabe48 : Hubungan antara Isi Pesan dalam Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan dengan Perhatian Wanita di Kompleks Perumahan Pondok Surya untuk Membacanya...85

Tabel.49: Hubungan antara Rubrik Fashion majalah Cosmopolitan Membantu Menamba Wawasan tentang Fashion dengan ketertarikan untuk Mengetahui Trend Fashion Terbaru...86


(11)

Tabel 50: Hubungan antara Tokoh/ Public Figure yang Ditampilkan dalam Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan Membantu Menunjukkan Trend Fashion Terbaru dengan Menarik Perhatian Responden untuk

membacany...88

Tabel 51 : Hubungan Antara Model Pakaian dan Aksesori yang Ditampilkan dalam Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan dengan Menarik Perhatian Responden untuk Membacanya ...89

Tabel 52 : Hubungan Antara Model Pakaian dan Aksesori yang Ditampilkan dalam Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan dengan Menarik Perhatian Responden untuk Membacanya...91

Tabel 53 : Hasil Uji Korelasi Spearman Menggunakan Piranti Lunak ... 93

Tabel 54 : Tabel Bagan Struktur Pemerintahan Kelurahan Helvetia Timur ... 103

Tabel 55 : Tabel Fotron Cobol ... 104


(12)

A B S T R A K S I

Penelitian ini berjudul Pengaruh Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan Indonesia terhadap Imitasi Trend Fashion oleh Wanita di Komplek Perumahan Pondok Surya di Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara pengaruh rubrik fashion majalah Cosmopolitan terhadap imitasi trend fashion oleh wanita di kompleks perumahan Pondok Surya, di Kelurahan helvetia Timur, di Kota Medan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, berapa erat hubungan dan berarti tidaknya hubungan antara pengaruh rubrik fashion majalah Cosmopolitan terhadap imitasi trend fashion oleh wanita di komplek perumahan Pondok Surya di kota Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang bertempat tinggal di komplek perumahan Pondok Surya di kota Medan yang berjumlah 86 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane, dengan presisi 10 %.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ada dua cara yaitu penelitian kepustakaan (library research), yakni penelitian yang dilakukan dengan mengimpun data-data dari buku-buku serta bacaan yang relevan dan mendukung penelitian atau berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Melalui penelitian lapangan (field research), yaitu kegiatan dimana peneliti mengumpulkan data-data dari lapangan yang meliputi kegiatan survei di lokasi penelitian, melalui: observasi yakni pengamatan dan pencatatan statistik terhadap segala yang tampak pada objek penelitian dan kuesioner yakni alat (instrumen) pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang ditulis yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Order oleh Spearman dengan menggunakan piranti lunak SPSS versi 12.0. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa : “terdapat hubungan yang tinggi/kuat antara pengaruh rubrik fashion majalah Cosmopolitan terhadap imitasi trend fashion oleh wanita di komplek perumahan Pondok Surya di kota medan“.


(13)

A B S T R A K S I

Penelitian ini berjudul Pengaruh Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan Indonesia terhadap Imitasi Trend Fashion oleh Wanita di Komplek Perumahan Pondok Surya di Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara pengaruh rubrik fashion majalah Cosmopolitan terhadap imitasi trend fashion oleh wanita di kompleks perumahan Pondok Surya, di Kelurahan helvetia Timur, di Kota Medan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, berapa erat hubungan dan berarti tidaknya hubungan antara pengaruh rubrik fashion majalah Cosmopolitan terhadap imitasi trend fashion oleh wanita di komplek perumahan Pondok Surya di kota Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang bertempat tinggal di komplek perumahan Pondok Surya di kota Medan yang berjumlah 86 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane, dengan presisi 10 %.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ada dua cara yaitu penelitian kepustakaan (library research), yakni penelitian yang dilakukan dengan mengimpun data-data dari buku-buku serta bacaan yang relevan dan mendukung penelitian atau berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Melalui penelitian lapangan (field research), yaitu kegiatan dimana peneliti mengumpulkan data-data dari lapangan yang meliputi kegiatan survei di lokasi penelitian, melalui: observasi yakni pengamatan dan pencatatan statistik terhadap segala yang tampak pada objek penelitian dan kuesioner yakni alat (instrumen) pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang ditulis yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Order oleh Spearman dengan menggunakan piranti lunak SPSS versi 12.0. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa : “terdapat hubungan yang tinggi/kuat antara pengaruh rubrik fashion majalah Cosmopolitan terhadap imitasi trend fashion oleh wanita di komplek perumahan Pondok Surya di kota medan“.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah suatu bentuk proses sosial yang sangat vital bagi manusia. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan adanya interaksi dalam hidupnya. Fungsi komunikasi di sini yaitu sebagai alat untuk menghubungkan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Manusia berkomunikasi dengan tujuan untuk memperoleh informasi.

Media massa merupakan suatu sumber informasi dalam kehidupan modern. Media massa biasa dianggap sebagai sumber berita dan hiburan, selain itu majalah juga membawa pesan-pesan persuasif. Sebagaimana kita ketahui, saat ini penyebaran majalah tidak hanya tertuju kepada masyarakat lokal saja akan tetapi juga di masing-masing negara, bahkan diseluruh dunia.

Majalah merupakan refleksi dari masyarakat atau keadaan zamannya dimana pembacanya diharapkan akan mendapatkam gambaran yang utuh mengenai segala sesuatu yang sedang barkembang saat itu. Oleh karenanya majalah dapat dikatakan sebagai penemuan yang fenomenal. Edisi perdana majalah yang diluncurkan di Amerika Serikat (AS) pada pertengahan 1930-an memperoleh kesuksesan besar. Majalah telah mampu membuat segmentasi pasar tersendiri dan membuat fenomena baru dalam dunia media cetak di AS. Munculnya majalah-majalah seperti Scientific American, Psychology Today, dan Playboy secara aktif memebentuk pembaca baru (Dominick, 2000:209).


(15)

Majalah Cosmopolitan adalah majalah franchise dari Amerika Serikat yang diperuntukkan bagi wanita. Segmen pembacanya adalah wanita dewasa yang modern , baik para wanita yang sudah bekerja ataupun yang sedang bersiap untuk masuk kedalam dunia kerja, cerdas, wanita lajang ataupun yang telah menikah, berani, serta jujur pada diri sendiri. Majalah Cosmopolitan ini telah berhasil terbit di Indonesia selama lebih dari 10 tahun dengan nama Cosmopolitan Indonesia-Fun Fearless Female magazine.

Menurut Dian M. Soedarjo, Managing Director MRA Media sekaligus wakil pimpinan umum Cosmopolitan Indonesia, sejarah berawal saat 10 tahun yang lalu Cosmopolitan United States of America (Cosmo US) sangat ingin masuk ke Indonesia dan meminta bantuannya. Pasalnya, di Amerika, negeri asal majalah ini, banyak sekali mahasiswi Asia yang hobi membaca majalah Cosmopolitan tersebut. Tadinya, pihak Hearst International yang membawahi Cosmopolitan US sempat bertandang ke Singapura tapi ditolak. Akhirnya pihak Hearst datang ke Indonesia karena melihat pangsa market yang besar. Namun akibat birokrasi yang rumit dari Departemen Penerangan, mereka pun kembali ke New York dengan tangan hampa. Berbagai kendala pun dilalui sampai akhirnya Cosmopolitan Indonesia berhasil melaunching edisi perdananya pada bulan September 1997 dengan nama Cosmopolitan Indonesia-Fun Fearless Female magazine. Dan bahkan sebelum kemunculannya pada bulan Juli 1997, Cosmopolitan Indonesia jadi berita Wall Street Journal. Mereka takjub Cosmopolitan US dapat masuk ke Indonesia. Dan kini, majalah Cosmopolitan Indonesia adalah majalah wanita bulanan dengan sirkulasi terbesar di indonesia yaitu sebesar 139.000 eksemplar (Majalah Cosmopolitan Edisi September 2007).

Majalah wanita yang berbobot kira-kira lebih dari 290 halaman ini memuat rubrik-rubrik mengenai bagaimana tips,trik, dan panduan dalam bidang fashion, kacantikan, karier, love and lust, what’s on his mind (menebak isi pikiran pria) konflik-konflik seputar


(16)

kehidupan, kesehatan, serta tak ketinggalan info selebriti. Isinya mengenai seputar gaya hidup wanita yang berpikiran maju, open minded, serta cerdas dalam bersikap. Cosmopolitan Indonesia tidak hanya memiliki tujuan untuk menghibur atau menciptakan seorang wanita modern yang tanpa arah dan tidak bertanggung jawab, akan tetapi juga memiliki tujuan untuk membantu serta mendidik para pembacanya agar dapat menjadi seorang Fun Fearless Female. Maka pada tahun 2000 dimulailah ajang pemilihan Fun Fearless Female sebagai icon wanita masa kini.

Selain ajang tersebut, Cosmopolitan magazine berusaha untuk dapat semakin dekat dengan para pembaca setianya. Salah satu wujud usahanya adalah dengan membentuk Cosmo Club di mana setiap bulannya Cosmopolitan akan menghibur para pembacanya dengan beragam acara menarik sebagai ajang temu dan membahas artikel. Contohnya Book Club, Music Club, Fashion Club, Beauty Club, Fit Club, Fun Club, dan masih banyak lagi. Selain itu Cosmopolitan Indonesia juga sering mengadakan roadshow di berbagai kota besar di Indonesia.

Semakin banyak inovasi yang dilakukan oleh cosmopolitan magazine. Salah satunya, sebelum tahun 2006, Cosmopolitan selalu menghadirkan edisi Cosmo Men secara tergabung dengan edisi regular. Namun sejak Juni 2006, Cosmopolitan Magazine menghadirkan Cosmo Men, versi bacaan pria dengan dijual secara terpisah setiap enam bulan sekali.

Fashion merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, terutama wanita. Siapa yang tidak mengenal fashion, semua orang terutama wanita sangat mencintai bahkan membutuhkan fashion. Baik dari kalangan menengah ke bawah, maupun kalangan menengah keatas selalu ingin tampil gaya. Ibarat makanan, fashion merupakan santapan sehari-hari setiap orang. Wanita mana yang tidak ingin terlihat cantik. Sejak pertama Adam dan Hawa diturunkan ke duniapun, manusia telah mengenal kecantikan.


(17)

Cantik itu relatif bergantug kepada selera masing-masing orang. Banyak aspek yang mendukung kecantikan setiap wanita, mulai dari fisik, gaya berpakaian, sikap (attitude), wawasan, dan hal-hal pendukung lainnya.

Apabila kita bertanya, sejak kapan manusia terutama wanita mulai mengenal fashion? Maka jawabannya adalah sejak tahun 800-an atau sekitar 1100 tahun yang lalu. Sejak saat itu perkembangan fashion terus berputar dari waktu ke waktu. Beragam jenis fashion yang telah pernah memiliki era keemasannya yaitu diantaranya, Victorian style, Ready to wear, Zooties, Western style, Bikers, Folkies, Mods, Punk, Casual, dan lainnya. Perlu diingat bahwa trend fashion selalu berputar (Majalah Cosmogirl Edisi November 2007).

Majalah Cosmopolitan merupakan salah satu majalah wanita yang menggelar fashion sebagai salah satu rubriknya diantara sekian banyak jenis majalah wanita lainnya. Rubrik fashion majalah Cosmopolitan ini memiliki tujuan untuk memberikan panduan fashion bagi para wanita. Dalam setiap edisinya majalah Cosmopolitan selalu berupaya untuk mengetangahkan trend-trend fashion yang sedang berkibar di seluruh dunia.

Tema-tema yang disampaikan selalu merujuk kepada hal-hal yang sedang hangat diperbincangkan. Seperti halnya pada rubrik fashion, para model cantik selalu digunakan dalam pose-pose fashion. Mode-mode terbaru disajikan lengkap dengan keterangan merek, harga dan tempat penjualannya. Informasi lengkap dari dunia fashion di seluruh dunia pun tak ketinggalan dibahas dalam setiap edisinya. Para pembacanyapun dapat mengetahui trend-trend fashion terbaru yang memungkinkannya untuk menjadi trend-trendsetter dalam hal fashion. Dengan berbagai alasan tersebut, maka tak pelak lagi Cosmopolitan akhirnya menjadi teman setia bagi para wanita aktif peduli gaya.


(18)

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang sejauh manakah rubrik fashion majalah Cosmopolitan Indonesia berpengaruh terhadap imitasi trend fashion oleh wanita di Kompleks Perumahan Pondok Surya di kota Medan.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Sejauhmanakah Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan berpengaruh terhadap Imitasi Trend Fashion Wanita di Kompleks Perumahan Pondok Surya di kota Medan?”

I.3. Pembatasan Masalah

Dikarenakan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki serta untuk hasil yang spesifik dan maksimal, maka untuk memudahkannya ruang lingkup penelitian ini akan penulis batasi. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian ini terbatas pada pengaruh rubrik fashion majalah Cosmopolitan terhadap imitasi gaya wanita di Kompleks Perumahan Pondok Surya di Kota Medan.

2. Objek penelitian ini terbatas pada wanita yang berusia 21-35 tahun yang bertempat tinggal di Kompleks Perumahan Pondok Surya di Kota Medan.

3. Penelitian ini terbatas pada rubrik fashion majalah Cosmopolitan Indonesia edisi Januari 2008 – Juni 2008.

4. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2008-Agustus 2008. I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian


(19)

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui isi rubrik fashion majalah Cosmopolitan Indonesia

2. Untuk mengetahui antusias para wanita di Kompleks Perumahan Pondok Surya di kota Medan untuk meniru trend fashion dari majalah Cosmopolitan Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh rubrik fashion majalah Cosmopolitan Indonesia terhadap imitasi trend fashion oleh wanita di Kompleks Perumahan Pondok Surya di kota Medan

I.4. 5. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan menambah pengetahuan bagi penelitian ilmu komunikasi, khususnya komunikasi massa tentang majalah dan fashion.

b. Secara akademis, penelitian ini dapat memperkaya khasanah keilmuan dalam Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai komunikasi massa tentang majalah dan fashion. c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak Majalah

Cosmopolitan Indonesia agar dapat lebih memperbaharui dan melengkapi isi rubrik fashion.

I.5. Kerangka Teori

I.5.1. Komunikasi Massa

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicatio, yang bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2000:9).


(20)

Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik ssehingga pesan dapat diterima secara serentak dan sesaat. (Rakhmat, 1995:189)

Komunikasi massa dapat diartikan pula sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya missal melalui alat-alat yang bersifat mekanis sebagai radio, televisi, dan film. (Cangara, 2002:36)

Sedangkan Severin dan Tankard (dalam Onong, 2005 : 21), menyatakan bahwa komunikasi massa adalah sebagian keterampilan (skill), sebagian seni (art), dan sebagian ilmu (science). Maksudnya, tanpa adanya dimensi menata pesan , tidak mungkin media massa dapat memikat khalayak yang pada akhirnya pesan tersebut dapat mengubah sikap, pandangan dan perilaku komunikan.

Saat ini, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, media komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks, serta memiliki kekuatan yang lebih dari massa-massa sebelumnya, terutama dalam hal menjangkau komunikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Marshall McLuhan, kita sekarang hidup dalam desa dunia (global village), karena media massa modern memungkinkan berjuta-juta orang di seluruh dunia untuk berkomunikasi ke hampir setiap pelosok dunia.

Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut :

1. Komunikator Terlembaga 2. Pesan bersifat umum

3. Komunikannya Anonim dan Heterogen 4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan


(21)

6. Komunikasi Massa bersifat satu arah 7. Stimulasi Alat Indera “Terbatas” 8. Umpan Balik Tertunda (Delayed)

Everette M. Rogers (dalam Onong, 2005 : 20) menyatakan bahwa dalam kegiatan komunikasi terdapat empat elemen yang harus diperhatikan, yaitu source, message, channel dan receiver.

I.5.2. Majalah

Majalah berasal dari kata “magazine” atau yang berarti “storehouse” atau gudang. Dikatakan gudang di sini karena majalah menampung segala jenis tulisan seperti : rubrik atau artikel, puisi, cerita pendek, sketsa, berita dan lain sebagainya dengan gaya tulisan feature. Selain hal-hal tersebut majalah juga dilengkapi dengan cover, gambar, tata letak dan tata warna. Sebuah rubrik dalam majalah tersusun atas isi pesan, tokoh/public figure, model,

gambar, tata letak dan tata warn

Pengertian lain, majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subjek yang bervariasi. Majalah biasanya terbit secara, mingguan, dwimingguan, atau bulanan (www.google.com/search/majalah).

M.O. Palapah dan Atang Syamsudin (1983: 105-106) dalam buku Ilmu Komunikasi membagi majalah dalam tiga kategori, yaitu :

1. Mass Magazine

Majalah yang ditujuakan untuk semua golongan, jadi merupakan majalah umum.

2. Class Magazine


(22)

3. Specialized Magazine

Majalah khusus yang ditujukan kepada para pembaca khusus, umumnya hanya mengkhususkan diri pada bidang-bidang tertentu.

Sedangkan Junaedhi, menggolongkan majalah berdasarkan pangsa pembacanya yaitu jenis kelamin : pria dan wanita, usia : anak-anak, remaja, dan dewasa, hobi dan minat : fashion, interior, psikologi, otomotif , arsetektur dan lain sebagainya. Ia juga menambahkan penggolongannya berdasarkan sifat atau misinya yaitu majalah berita, majalah hiburan, majalah berbahasa daerah, dan majalah agama (Junaedhi, 1995:xiv).

I.5.3. Imitasi

Imitasi merupakan bagian dari Teori Social Learning (Teori Pembelajaran Sosial). Tokoh utama teori ini adalah Albert Bandura. Bandura memandang tingkah laku manusia bukansemata-mata refleks otomatis atas stimulus (S – R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.

Prinsip Dasar Sosial learning :

1. Sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui : peniruan (imitation), penyajian contoh perilaku (modeling).

2. Dalam hal ini, seseorang belajar mengubah perilaku sendiri melalui penyaksian cara orang/ sekelompok orang mereaksi /merespon sebuah stimulus tertentu.

3. Seseorang tersebut dapat mempelajari respons-respons baru dengan cara pengamatan terhadap perilaku contoh dari orang lain, misalnya : tokoh, artis, orang tua


(23)

Imitasi dapat diartikan sebagai peniruan. Seseorang biasanya meniru tokoh-tokoh idolanya, mungkin sikap, cara berbicara, cara berpakaian, dan lain-lain. Masing-masing orang memiliki motif dan pandangan tersendiri untuk melakukan imitasi tersebut (Muhibbin, 2003 : 108).

Media massa, dalam penelitian ini majalah juga memiliki peran penting bagi seseorang untuk meniru. Model atau public figur yang ditampilkan di dalam majalah menanamkan pikiran dibenak mereka, sebagai contoh pakaian dan aksesori yang mereka kenakan akan dianggap oleh sebagaian besar khalayak sebagai suatu high end trend, bahkan sebagian dari mereka beranggapan bahwa barang-barang tersebut harus mereka miliki.

I.5.4. Teori S-O-R

Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah Model S-O-R (Stimulus-Organism-Response). Model ini beranggapan bahwa organism menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus/rangsangan tertentu pula.

Efek yang dihasilkan adalah reaksi dari stimulus yang merangsang organism tersebut, sehingga seorang komunikator dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Apabila kita berbicara tentang perubahan perilaku, maka ada banyak hal pendukung yang dalam proses perubahan perilaku tersebut. Salah satunya yaitu sikap seseorang hanya akan dapat berubah apabila stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi apa yang dialaminya.


(24)

Pada gambar di atas dilihat bahwa response bergantung kepada proses yang terjadi pada individu. Stimulus yang disampaikan kepada komunikan bisa diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi hanya dapat berlangsung apabila komunikan memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan, yang kemudian komunikan akan dapat memikirkan tentang arti, maksud ataupun tujuan dari stimulus tersebut yang pada akhirnya akan timbul pengertian dan penerimaan atau bahkan penolakan. Apabila komunikan telah menerima dan mengolah stimulus tersebut, barulah akhirnya akan dapat terbentuk sikap atau perubahan perilaku.

I.5.5. Model AIDDA

Sehubungan dengan uraian di atas, maka teori yang juga dipandang mendekati permasalahan penelitian ini adalah AIDDA. Teori ini dikembangkan sekitar dasawarsa 1920-an, tahap-tahapnya dapat diuraikn sebagai berikut :

a. Attention (perhatian)

Stimulus

Organism:

- perhatian

- pengertian

- penerimaan


(25)

Dalam tahap ini, kegiatan mulai dilakukan dengan maksud untuk menumbuhkan perhatian khalayak terhadap fashion.

b. Interest (ketertarikan)

Ini adalah tahap kedua, di mana khalayak tidak saja menaruh perhatian kepada fashion tetapi juga mulai tertarik atau berminat.

c. Desire (hasrat/keinginan)

Dalam tahap ini khalayak telah mempunyai motivasi untuk memiliki produk fashion menurut trend fashion yang sedang berkembang.

d. Decision (keputusan)

Pada tahap ini sikap sesungguhya khalayak terhadap produk dan trend fashion mulai terlihat. Di tahap ini juga konsumen mengambil keputusan untuk menyukai atau membenci hal tersebut.

e. Action (tindakan)

Ini merupakan tahap akhir dari formula ini. Pada tahap ini tercermin action atau tindakan kahalayak untuk meniru trend fashion yang sedang berkembang (Kurniawati, 2005 : 19) .

Berdasarkan teori AIDDA di atas dikaitkan dengan tindakan meniru (imitasi) maka dapat disimpulkan bahwa imitasi adalah suatu keadaan dalam individu yang mengarahkan perhatiannya terhadap objek tertentu yang mampu mendorong seseorang untuk cenderung mengikuti atau meniru.


(26)

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995 : 40).

Konsep merupakan generalisai dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Bungin, 2001 : 73).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam merumuskan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variable.

Variabel yang diginakan dalampenelitian ini dalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul menjadi variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada yang muncul (Nawawi, 1995 : 57).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah rubrik fashion majalah Cosmopolitan Indonesia.


(27)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1995 : 57)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah imitasi trend fashion oleh wanita di Kompleks Perumahan Pondok Surya di Kota Medan.

3. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini, antara lain meliputi :

1. Usia 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Penghasilan 5. Status Responden 6. Frekuensi Membaca I.7. Model Teoritis

Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Variabel Terikat (Y) Imitasi trend fashion wanita di Kompleks Perumahan Pondok Surya di Kota Medan

Variabel Bebas (X)

Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan


(28)

I.8. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka untuk lebih memudahkan penelitian, perlu di buat operasional variabel sebagai berikut :

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas

Rubrik Fashion 1. Pesan :

• Isi Pesan • Tata Bahasa • Sistem Penulisan • Aktualitas Berita 2. Tokoh/Public Figure :

• Fashion Icon • Designer • Selebriti / Artis • Socialite 3. Model

• Model

• Model Pakaian • Merek

• Harga 4. Gambar


(29)

• Kualitas Kertas 5. Tata Warna

• Teknik pewarnaan • Kualitas Warna 6. Tata Letak

Imitasi trend fashion Variabel Terikat (Y)

1. Perhatian 2. Katertarikan

3. Keinginan untuk meniru 4. Keputusan untuk meniru 5. Action/tindakan meniru Karakteristik Responden

1. Usia 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Penghasilan 5. Status Responden 6. Frekuensi Membaca


(30)

I.9. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 : 46)

Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan)

a. Pesan : stimulus atau rangsangan yang diberikan suatu sumber akan direspon dengan cara tertentu oleh pihak penerimanya, yang terdiri dari isi pesan, tata bahasa, sistem penulisan, aktualitas berita.

b. Tokoh / Public Figure : seseorang karena kedudukan sosialnya menerima kehormatan dari masyarakat atau pemerintah, yang terdiri dari designer, selebriti / artis, fashion icon dan sosialite.

c. Model :

1. Orang yang berpose di dalam majalah

2. Model pakaian dan aksesoris yang ditampilkan di dalam majalah, yang terdiri dari model-model pakaian, merek dan harga.

d. Gambar : suatu bahasa penting selain kata-kata. Majalah lebih terlihat menarik dengan tulisan-tulisan yang dihiasi dengan foto-foto menarik, yang terdiri dari kualitas gambar/foto dan kualitas kertas.

e. Tata Warna : teknik pemakaian warna untuk menarik perhatian pembaca melalui permainan warna, yang terdiri dari teknik pewarnaan dan kualitas warna


(31)

2. Variabel Terikat (Imitasi trend fashion oleh wanita di Kompleks Perumahan Pondok Surya di Kota Medan)

a. Perhatian : keinginan yang timbul untuk membaca majalah terutama rubrik fashion di dalam majalah tersebut.

b. Ketertarikan : ketertarikan untuk meniru trend fashion yang ditampilkan di majalah.

c. Keinginan untuk meniru : keinginan untuk meniru trend fashion yang ditampilkan di majalah.

d. Keputusan untuk meniru : keputusan untuk meniru trend fashion yang ditampilkan di majalah.

e. Action/tindakan meniru : imitasi atau meniru trend fashion yang ditampilkan di dalam majalah.

3. Karakteristik Responden

a. Usia : umur responden ketika mengisi kuesioner. b. Pendidikan : pendidikan terakhir responden.

c. Pekerjaan : pekerjaan responden pada saat penelitian sedang dilakukan.

d. Penghasilan : seluruh penghasilan atau pendapatan yang diperoleh responden.

e. Status Responden : status responden pada saat mengisi kuesioner, apakah sudah menikah atau belum menikah.


(32)

I. 11. HIPOTESIS

Hipotesis adalah generalisasi atau kesimpulan yang bersifat tentatif (sementara), yang hanya akan berlaku apabila sudah terbukti kebenarannya (Nawawi, 2001 : 161).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara pengaruh rubrik fashion majalah Cosmopolitan dengan imitasi trend fashion oleh wanita di Komplek Perumahan Pondok Surya di Kota Medan.

Ha : Terdapat hubungan antara pengaruh rubrik fashion majalah Cosmopolitan dengan imitasi trend fashion oleh wanita di Komplek Perumahan Pondok Surya di Kota Medan.


(33)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II. 1. Komunikasi Massa

II.1.1 Definisi Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.

Wright mengemukakan definisinya sebagai berikut : “This new form can be distinguished from older types by the following majorcharacteristics : it is directed toward relatively large, heterogenous and anonymous audiences;messages are transmitted publicly, often-tmes to reach more audience member simultaneously, and are transient in character; the communicator tends to be, or to operate within, a complex organization that may involve great expense” (Elvinaro, 2004 : 5).

Definisi komunikasi massa yang diungkapkan Wright ini nampaknya merupakan definisi yang lengkap, yang dapat menggambarkan karakteristik komunikasi massa secara jelas. Menurut Wright, bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut : diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks dan melibatkan biaya yang besar. Definisi wright


(34)

mengemukakan karakteristik komunikan secara khusus, yakni anonim dan heterogen. Ia juga menyebutkan pesan diterima komunikan secara serentak (simultan) pada waktu yang sama, serta sekilas (khusus untuk media elektronik, seperti radio siaran dan televisi).

Definisi Komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni : komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people).

Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi massa yang lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow os messages societies”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Saat ini, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, media komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks, serta memiliki kekuatan yang lebih dari massa-massa sebelumnya, terutama dalam hal menjangkau komunikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Marshall McLuhan, kita sekarang hidup dalam desa dunia (global village), karena media massa ,odern memungkinkan berjuta-juta orang di seluruh dunia untuk berkomunikasi ke hampir setiap pelosok dunia.

II.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa


(35)

1. Komunikator Terlembaga

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah Komunikatornya. Dengan mengingat kembali pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks, mari kita bayangkan secara kronologis proses penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima oleh komunikan.

2. Pesan bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta atau opini, namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat di media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan.

3. Komunikannya Anonim dan Heterogen

Komunikan dalam komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Maksudnya adalah dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa juga bersifat heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.


(36)

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komuniksi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

Effendy mengartikan keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk itu satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

5. Komunikasi Massa mengutamakan Isi ketimbang Hubungan

Dalam komunikasi massa pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.

6. Komunikasi Massa bersifat Satu Arah

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melalui kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, dan komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana yang terjadi dalam komunikasi antarpersonal. Dengan demikian maka komunikasi massa itu bersifat satu arah.

7. Stimuli Alat Indera “Terbatas”

Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada televisi dan film, khalayak menggunakan alat indera penglihatan dan pendengaran.


(37)

Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback, merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikan seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.

Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antarpersona. Dalam komunikasi ini umpann balik atau feedbacknya bersifat langsung (direct feedback) atau juga umpan balik yang bersifat segera (immediate feedback).

Sedangkan dalam komunikasi massa, umpan balaiknya tertunda (delayed), karena komunikasi massa terjadi melalui media, yang artinya komunikator tidak berhadapan langsung dengan komunikannya. Sehingga komunikan tidak dapat memberikan responsnya langsung pada saat komunikator menyampaikan pesannya.

II. 2. Majalah

II.2.1. Sejarah Terbitnya Majalah

Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah di awali dari negara-negara Eropa dan Amerika (Elvinaro, 2004 : 109).

1. Di Inggris

Majalah di Inggris (London) adalah Review yang diterbitkan oleh Daniel Defoe pada tahun 1704. Bentuknya adalah antara majalah dan surat kabar, hanya halamannya kecil, serta terbit tiga kali satu minggu. Defoe bertindak sebagai pemilik, penerbit, editor, sekaligus sebagai penulisnya. Tulisannya mencakup berita, artikel, kebijaksanaan nasional, aspek moral dan lain-lain. Tahun 1790, Richard Steele membuat majalah The Tatler, kemudian bersama-sama dengan Joseph Addison ia


(38)

menerbitkan The Spectator. Majalah tersebut berisi masalah politik, berita-berita internasional, tulisan yang mengandung unsu-unsur moral, berita-berita hiburan (teater) dan gosip .

2. Di Amerika

Benjamin Fraklintelah mempelopori penerbitan majalahdi Amerika tahun 1740, yakni General Magazine dan Historical Chronicle. Tahun 1820-an sampai 1840-an merupakan zamannya majalah (the age of magazine). Majalah yang paling populer saat itu adalah Saturday Evening Post yang terbit pada tahun 1821, dan majalah lainnya North American Review.

Pada pertengahan abad 20 tidak ada majalah yang sesukses Reader’s Digest yang diterbitkan oleh suami istri Dewitt Wallace dan Lila (keduanya anak pendeta), pada tahun 1922 ketika mereka masih berusia 20 tahun. Pada tahun 1973, Reader’s Digest dapat mencapai pelanggan sebanyak 18 juta untuk pembaca di Amerika saja, dan pembaca lainnya di dunia. Kesuksesan Reader’s Digest telah mendorong anak pendeta lainnya, yakni Henry Luce, lulusan Yale University, untuk menerbitkan majalah Time bersama-sama dengan Britton Hadden. Selanjutnnya Luce juga menerbtkan Life, Fortune dan Sport Illustrated.

3. Di Indonesia.

Sejarah keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai pada massa menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta pada tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama Pantja Raja pimpinan Markoem Djojohadisoeparto (MD)dengan prakata dari Ki Hadjar Dewantoro selaku Menteri Pendidikan Pertama RI.Di Ternate, pada bulan Oktober 1945 Arnold Manoutu dan dr. Hassan Missouri menerbitkan majalah mingguan Menara Merdeka yang memuat berita-berita yang


(39)

disiarkan di RRI. Majalah ini hanya bertahan sampai tahun 1950. Majalah-najalah lain yang terbit setelah kemerdekaan, antara lain Pahlawan (Aceh), majalah satra Arena (Yogyakarta) yang dipimpin oleh H. Usmar Ismail, majalah Sastrawan (Malang), yang diterbitkan oleh Inu Kertapati dan majalah

Seniman (Solo) pimpinan Trisno Soemardjo, penerbitnya adalah Seniman Indonesia Muda Siauw Giok Tjan menerbitkan majalah bulanan Liberty. Di Kediri terbit majalah berbahasa Jawa Djojobojo, pimpinan Tajdib Ermandi. Para anggota Ikatan Pelajar Indonesia di Blitar menerbitkan majalah berbahasa Jawa, Obor (suluh), yang ditujukan untuk memberikan penerangan bagi rakyat yang berada di pelosok-pelosok, yang pada umumnya belum bisa berbahasa Indonesia. Pelajar-pelajar Kediri menerbitkan Majalah bulanan Pelajar Merdeka. Majalah untuk kaum wanita dengan nama Wanita diterbitkan di Solo di bawah pimpinan Suiah Surjohadi. Sedangkan majalah Soeara Perkis dan Bulan sabit diterbitkan oleh Grakan Pemuda Islam Indonesia cabang solo (Elvinaro, 2004 : 110).

a) Awal Kemerdekaan

Soemanang, SH menerbitkan majalah Revue Indonesia, dalam salah satu edisinya pernah mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar, yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. Semuanya terbit dengan satu tujuan, yakni menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Belanda, mengobarkan semangat perlawanan rakyat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat.


(40)

Seperti halnya nasib surat kabar pada massa orde lama, nasib majalahpun tak kalah tragisnya di saat Peperti (Penguasa Perang Tertinggi) mengeluarkan pedoman resmi untuk penerbitan surat kabar dan mahalahdi seluruh Indonesia. Pedoman itu intinya adalah surat kabar dan majalah wajib menjadi pendukung, pembela dan alat penyebar “Maniesto Politik” yang pada saat itu menjadi haluan negara dan program pemerintah. Namun pada massa ini perkembangan majalah tidak begitu baik, kerena relatif sedikit majalah yang terbit. Sejarah mencatat Star Weekly, serta majalah mingguan yang terbit di Bogor bernama “Geledek”, namun hanya berumur beberapa bulan saja.

c) Zaman Orde Baru

Awal orde baru (1966) banyak majalah yang terbit dan beragam jenisnya, diantaranya adalah majalah Selecta pimpinan Sjamsudin Lubis, majalah sastra Horison pimpinan Mochtar Lubis, Panji Masyarakat dan majalah Kiblat – keduanya majalah Islam- yang semuanya terbit di Jakarta, serta majalah Adil yang terbit di Solo. Selanjutnya antara kurun waktu tahun 1971 sampai 1980 majalah tumbuh seperti jamur di musim hujan. Hal ini sejalan dengan kondisi perekonomian yang semakin baik, serta tingkat pendidikan masyarakat yang makain maju. Nama-nama penelola majalah yang perlu dicatat antara lain : Gunawan Muhamad, Sjamsudin Lubis, Widarti Gunawan, Sofjan Alisjahbana, Mitra Kartohadipradjo dan Dawam Rahardjo.


(41)

II.2.2. Pengertian dan Fungsi Majalah

Pengertian majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subjek yang bervariasi. Majalah biasanya terbit secara, mingguan, dwimingguan, atau

bulana

Fungsi majalah, mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama media berebeda satu dengan yang lainnya. Majalah beita, mungkin lebih berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai peristiwa dalam dan luar ngeri, lalu fungsi berikutnya adalah hiburan. Majalah wanita dewasa, meskipun isinya relatif menyangkut berbagai informasi dan tips aeputar masalah kewanitaan, lebih bersifat menghibur. Fungsi informasi dan mendidik mungkin menjadi prioitas berikutnya. Majalah pertanian, fungsi utamanya adalah memberi pendidikan mengenai cara bercocok tanam, sedangkan fungsi berikutnya mungkin informasi.

Majalah Wanita pada saat ini perkembangannya sangat pesat hampir di seluruh dunia, sebut saja Cosmopolitan, Harper’s Bazaar, Elle, Goodhousekeeping, Prodo, Eve, Female, A+, dan masih banyak yang lainnya. Majalah-majalah wanita tersebut biasanya berisi seputar berita tentang gaya hidup dan fashion.

Fashion adalah suatu aturan atau tata cara berpakaian sesuai dengan trend yang sedang berlaku. Ide ide fashion berputar begitu cepat bahkan lebih cepat daripada budaya manusia secara keseluruhan. Aturan dalam fashion itu secara simbolis dapat dikatakan dengan dua kata, yaitu “fashionable” (gaya) atau “unfashionable” (tidak gaya). Fashionable dapat dijelaskan sebagaimana seseorang itu mengenakan dengan baik trend-trend yang sedang berlaku. Orang-orang seperti itu disebut sebagai fashionista.


(42)

Fashion dapat dibedakan secara signifikan melalui usia, kelas sosial, generasi, occupation sexual orientation, dan geografi. Apabila, sebagai contoh, seseorang yang lebih tua berpakaian bergaya anak muda, dia akan terlihat bodoh dimata kedua orang tua maupun muda. Aturan bagi para fashionista atau lebih jauh lagi dapat disebut sebagai fashion victim mengacu kepada seseorang yang terbudak oleh trend fashion yang sedang berlaku dan selalu berubah dengan cepat.

Fashion, dapat pula didefinisikan sebagai perubahan konstan. Perubahannya bahkan dapat terproses lebih cepat daripada bidang-bidang lain dalam kehidupan manusia, seperti misalnya bahasa, cara berpikir dan lain sebagainya. Bagi beberapa orang, perubahan gaya yang sangat cepat dalam tubuh fashion menumbuhkan banyak aspek negatif kapitalisme. Hal ini menyebabkan orang-orang menghabiskan uang untuk sesuatu yang tidak begitu diperlukan. Bagi yang lainnya, terutama bagi anak muda, menikmati perubahan fashion akan sangat menyenangkan, melihat perubahan konstan sebagai sebuah cara untuk memuaskan keinginan mereka untuk mencoba hal baru dan menarik.

Namun yang perlu diingat adalah fashion berbeda dengan style. Bahkan nama besar dalam dunia fashion pun mengatakan hal yang sama, yaitu Yves Saint Laurent mangatakan bahwa “fashion is fade, style is eternal”. Setiap orang akan dapat dikatakan sebagai fashionista sejati apabila mereka memiliki signature key-nya sendiri dalam berfashion. Mereka bisa saja selalu mengikuti trennd-trend yang berputar, akan tetapi mereka juga harus pandai memilih trend yang mana yang akan cocok untuk mereka gunakan.

Style atau signature key dapat pula digambarkan sebagai identitas diri. Style maupun signature key adalah masalah kepribadian dan karakter. Sesuatu yang tidak dapat dibeli dengan uang dan tidak dapat digantikan dengan brand. Seperti aura chic yang kita dapati secara instan dari Parisian women meski mereka hanya mengenakan jeans dan t-shirt, atau


(43)

aura regalia classic yang kita dapati dari para English lady meski mereka hanya mengenakan coat dan skirt.

Pada dasarnya style adalah kumpulan dari signature key. Bisa berupa charm, dan misalnya scarf yang dililitkan di leher, bangle yang selalu dikenakan, atau bisa berupa flowery pattern atau bohemian look yang dikenakan. Sebagai contoh, tentu kita masih ingat potongan rambut bob milik Victoria Beckham yang fenomenal dan bahkan menjadi trend dan ditiru oleh sebagian besar wanita di dunia. Namun bukan hal tersebut yang akan kita lihat, tapi adalah bagaimana seorang Victoria Beckham membuat sebuah signature key dirinya dengan potongan rambutnya. Hal-hal kecil seperti itulah yang akan membuat anda berbeda. Hal-hal yang dapat membuat orang lain mengatakan “itu kan gayanya dia banget”.

Intinya adalah seseorang dapat menjadi seorang fashionista sejati tanpa harus kehilangan jati dirinya sendiri. Seperti yang dikatakan Coco Chanel, pencipta brand Chanel yang fenomenal, “I didn’t do fashion, I am fashion”.

II. 3. Imitasi

Imitasi atau meniru adalah suatu proses

aksi seperti yang dilakukan ole

dan pemasangan kemampua

kemampuan

Imitasi saat ini dipelajari dari berbagai sudut pandang ilmu seperti


(44)

pada anak, maupun kemampuan manusia untu

penuruna

Dalam kajian psikologi, Imitasi harus dibedakan dengan peniruan gerakan yang sama

saj

melakukan prinsip peniruan suat

pencapaian target tujuan (goal).

Imitasi sering dikaitkan pula dengan teor

Selain itu dengan imitasi, dikatakan bahwa anak membentuk teory pemikirannya

(Theory of Mind) melalui imitasi terhada

yang diterima dari lingkungannya.

Imitasi dapat diartikan sebagai peniruan. Seseorang biasanya meniru tokoh-tokoh idolanya, mungkin sikap, cara berbicara, cara berpakaian, dan lain-lain. Masing-masing orang memiliki motif dan pandangan tersendiri untuk melakukan imitasi tersebut (Muhibbin, 2003 : 108).

Media massa, dalam penelitian ini majalah juga memiliki peran penting bagi seseorang untuk meniru. Model atau public figur yang ditampilkan di dalam majalah menanamkan pikiran dibenak mereka, sebagai contoh pakaian dan aksesori yang mereka kenakan akan dianggap oleh sebagaian besar khalayak sebagai suatu high end trend, bahkan sebagian dari mereka beranggapan bahwa barang-barang tersebut harus mereka miliki.

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer wanita adalah perempuan dewasa atau putri dewasa. Saat ini wanita Indonesia banyak yang memiliki peran ganda, tidak hanya berperan dalam kegiatan rumah tangga saja akan tetapi mereka juga memiliki peran yang sangat berarti yaitu bekerja atau mereka biasa disapa dengan sebutan wanita karier.


(45)

Beberapa hal yang menjadi pemicunya yaitu faktor ekonomi, mereka bekerja dikarenakan faktor ekonomi atau alasan lainnya yaitu bekerja hanya untuk meniti karier. Emansipasi wanita yang masih terus berlangsung sampai pada saat ini membuat peranan wanita sudah semakin luas. Wanita memiliki peranan sebagai mitra dengan pria, peranan dalam pekerjaan dan pendapatan, peranan sebagai ibu dan pendidik. Selain itu para wanita bekerja selain untuk mendapatkan penghasilan, mereka juga ingin memperoleh karir yang bagus dengan tujuan untuk pemenuhan diri yang biasa disebut dengan aktualisasi diri.

II. 4. Teori S-O-R

Teori ini merupakan turunan dari bullet theory dan teori hipodermik. Terdapat beberapa dasar pemikiran yang mempelopori lahirnya teori ini. Yang pertama, latar belakang filosofis (philosophical ground), yaitu gambaran dari seseorang yang pasif dan mudah terpengaruh terpaan media. Kedua, perkembangan teori ilmu psikologi dan sosiologi (theoretical developmentin psychology ang sociology), yang mendiskreditkan pandangan individu yang berbeda dalam teori komunikasi massa.

Model ini menjelaskan bagaimana stimuli yang diterima oleh organism tersebut diolah sedemikian rupa, yang seterusnya diubah ke dalam beberapa respons ataupun seperangkat respons yang dapat diamati. Pengolahan stimuli dalam S-O-R merupakan konsep black box (kotak hitam) ; yakni, struktur khusus dan fungsi proses antara yang internal dianggap kurang penting dibndingkan dengan proses pengubahan masukan menjadi pengeluaran. Karena itu, menurut pengertian black box ini, penjelasan memerlukan pengamatan masukan dan pengeluaran namun tidak menuntut pengamatan langsung pada kegiatan dalam diri organisme yang besagkutan, sekalipun mungkin dapat dilakukan. Pertama-tama pengamatan langsung pada proses internal memang merupakan hal yang tidak mungkin, karena itu kita hanya dapat mengamati perilaku eksternal dan menganggapnya


(46)

sebagai manifestasi dari keadaan internal organisme yang bersangkutan. Jadi, pengkajian keadaan internal secara hakiki merupakan pengamatan tidak langsung, dengan kata lain penarikan kesimpulan (inferensi) dari perilaku yang dapat diamati (Rakhmat, 1990 : 196).

Efek yang ditimbulkan dalam penjelasan S-O-R adalah bahwa organisme menghasilkan perilaku tertentu, jika ada stimulus tertentu pula (Rakhmat, 1990 :198).

Lebih jelasnya lagi yaitu, bahwa dalam Model S-O-R ini organisme memiliki arti penting yang lebih besar. Organisme disini berperan untuk mengolah stimuli menjadi respons. Respons tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi pada pengalaman terdahulu yang secara inheren, diterapkan pada setiap pengalaman baru sebagai alat untuk menetapkan kesamaan atau perbedaan antara situasi yang baru dan pengalaman di masa lalu. Jika situasi stimulusnya sama maka respons yang diberikan akan sama pula (Rakhmat, 1990 : 199).

Proses komunikasi dalam model S-O-R dapat dirumuskan sebagai berikut :

Stimulus

Organism:

- perhatian

- pengertian

- penerimaan


(47)

Pada gambar di atas dilihat bahwa response bergantung kepada proses yang terjadi pada individu. Stimulus yang disampaikan kepada komunikan bisa diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi hanya dapat berlangsung apabila komunikan memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan, yang kemudian komunikan akan dapat memikirkan tentang arti, maksud ataupun tujuan dari stimulus tersebut yang pada akhirnya akan timbul pengertian dan penerimaan atau bahkan penolakan. Apabila komunikan telah menerima dan mengolah stimulus tersebut, barulah akhirnya akan dapat terbentuk sikap atau perubahan perilaku.

Apabila rumus tersebut diterapkan dalam penelitian ini maka dapat digambarkan sebagai berikut :

Melalui rumusan diatas dapat dijelaskan bahwa stimulus yang diberikan adalah Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan. Organisme kemudian mengolah stimulus berdasarkan

Stimulus

Rubrik Fashion Majalah

Cosmopolitan

Organism

Wanita di Kompleks Perumahan Pondok Surya di Kota Medan

Response

Tindakan Meniru


(48)

pengalaman psikologisnya, apakah stimulus tersebut memiliki persamaan dengan pengalamannya di masa lalu. Pengalaman masa lalu tersebut kemudian diterapkan pada pengalaman baru ini sebagai alat untuk mengukur persamaan dan perbedaannya. Apabila stimulusnya sama maka responnya pun akan sama, yaitu responden meniru trend fashion yang ditampilkan dalam rubrik fashion majalah Cosmopolitan, atau bisa saja terjadi sebaliknya.

II. 5. Model AIDDA

Seperti yang disampaikan Wilbur Schramm, “the condition of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan yang membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki, dengan memperhatikan :

a) Pesan harus dirancang dan disampaikan dengan menarik

b) Pesan harus enggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman antara komunikator dan komunikan, sehingga dimengerti.

c) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan

d) Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan komunikan. Jadi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah bagaimana caranya kita harus bisa menarik perhatian komunikan. Dengan mendapatkan perhatian komunikan, maka kita juaga akan membuat komunikan tertarik untuk mengetahui isi pesan yang disampaikan. Penyajian pesan agar menarik, jelas pada awalnya, tergantung pada packaging pesan sesuai dengan dengan media yang akan digunakan.

Saat menggunakan media cetak misalnya, pesan yang disampaikan haruslah disajikan dengan menarik.Baik dari segi content, maupun tampilan secara keseluruhan. Bisa diakali dengan pemilihan font (jenis huruf), warna ataupun desain grafis secara keseluruhan.


(49)

Ini sesuai dengan konsep komunikasi yang dinamakan AIDDA, dikembangkan sekitar dasawarsa 1920-an. AIDDA merupakan singkatan dari Attention (Perhatian), Interest (Minat), Decision (Keputusan), dan Action (Kegiatan).

Apabila rumus tersebut diterapkan dalam penelitian ini, maka dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Attention (perhatian)

Dalam tahap ini, kegiatan mulai dilakukan dengan maksud untuk menumbuhkan perhatian khalayak terhadap fashion. Yaitu dengan cara, penyusunan rubrik menjadi semenarik mungkin yang juga dilengkapi dengan berita-berita aktual dari dunia fashion, tata warna, tata letak, serta penyusunan foto/ gambar yang sesuai.

b. Interest (ketertarikan)

Ini adalah tahap kedua, di mana khalayak tidak saja menaruh perhatian kepada fashion tetapi juga mulai tertarik atau berminat. Setelah khalayak memberikan perhatiannya terhadap rubrik fashion majalah Cosmopolitan, mereka akan menilai apakah rubrik ini menarik untuk dibaca atau malah sebaliknya. Dan apabila mereka telah menilai bahwa rubrik ini menarik tentu mereka akan berminat untuk membacanya.

c. Desire (hasrat/keinginan)

Dalam tahap ini khalayak telah mempunyai motivasi untuk memiliki produk fashion menurut trend fashion yang sedang berkembang. Maksudnya adalah setelah adanya ketertarikan untuk membaca rubrik tersebut, maka merka akan mulai mencerna pesan-pesan yang ada didalamnya. Kemudian timbullah hasrat/ keinginan dalam diri


(50)

khalayak yang mendorong mereka untuk memiliki produk-produk fashion yang ditampilkan.

d. Decision (keputusan)

Pada tahap ini sikap sesungguhya khalayak terhadap produk dan trend fashion mulai terlihat. Di tahap ini juga konsumen mengambil keputusan untuk menyukai atau membenci hal tersebut.

e. Action (tindakan)

Ini merupakan tahap akhir dari formula ini. Pada tahap ini tercermin action atau tindakan kahalayak untuk meniru trend fashion yang sedang berkembang (Onong, 1990 : 51)

Berdasarkan teori AIDDA di atas dikaitkan dengan tindakan meniru (imitasi) maka dapat disimpulkan bahwa imitasi adalah suatu keadaan dalam individu yang mengarahkan perhatiannya terhadap objek tertentu yang mampu mendorong seseorang untuk cenderung mengikuti atau meniru.


(51)

BAB III

Metodologi Penelitian

III. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kompleks Perumahan Pondok Surya terletak di Kelurahan helvetia Timur, Medan. Kompleks perumahan Pondok Surya memiliki faslitas seperti, Mesjid, Lapangan Sepak Bola, Sekolah, dan Klub Taekwondo.

III. 1. 1. Data Monografi Kelurahan

1. Desa/Kelurahan : Helvetia Timur

2. Nomor Kode : 0106 – A

3. Kecamatan : Medan Helvetia

4. Kota Administratif : -

5. Kabupaten/Kotamadya DATI II : Medan

6. Propinsi DATI I : Sumatera Utara

7. Keadaaan Data Bulan : 11 Februari Tahun 1998 III.1.2. Bidang Pemerintahan

1. Umum

Luas dan Batas Wilayah Kelurahan Helvetia :

a. Luas Desa/Kelurahan : 182,5 Ha b. Batas Wilayah

1. Sebelah Utara : Desa Helvetia Deli Serdang. 2. Sebelah Selatan : Kel. Dwi Kora Kodya Medan.


(52)

3. Sebelah Barat : Kel. Helvetia Tengah Kodya Medan. 4. Sebelah Timur : Kel. Karang Berombak Dan Sei. Agul.

III. 2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang berusaha menjelaskan suatu permasalahan atau gejala yang lebih khusus dalam penjelasan antara dua objek. Metode penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa besar eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut (Arikunto, 1998 : 251).

III. 3. Populasi dan Sampel Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995 : 141).

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang bertempat tinggal di Kompleks Perumahan Pondok Surya di Kota Medan yang berusia 21 tahun-35 tahun, yaitu berjumlah 632 orang.

Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan menggunakan cara – cara tertentu (Nawawi, 1995 : 141).


(53)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II. 1. Komunikasi Massa

II.1.1 Definisi Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.

Wright mengemukakan definisinya sebagai berikut : “This new form can be distinguished from older types by the following majorcharacteristics : it is directed toward relatively large, heterogenous and anonymous audiences;messages are transmitted publicly, often-tmes to reach more audience member simultaneously, and are transient in character; the communicator tends to be, or to operate within, a complex organization that may involve great expense” (Elvinaro, 2004 : 5).

Definisi komunikasi massa yang diungkapkan Wright ini nampaknya merupakan definisi yang lengkap, yang dapat menggambarkan karakteristik komunikasi massa secara jelas. Menurut Wright, bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut : diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks dan melibatkan biaya yang besar. Definisi wright


(54)

mengemukakan karakteristik komunikan secara khusus, yakni anonim dan heterogen. Ia juga menyebutkan pesan diterima komunikan secara serentak (simultan) pada waktu yang sama, serta sekilas (khusus untuk media elektronik, seperti radio siaran dan televisi).

Definisi Komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni : komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people).

Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi massa yang lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow os messages societies”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Saat ini, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, media komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks, serta memiliki kekuatan yang lebih dari massa-massa sebelumnya, terutama dalam hal menjangkau komunikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Marshall McLuhan, kita sekarang hidup dalam desa dunia (global village), karena media massa ,odern memungkinkan berjuta-juta orang di seluruh dunia untuk berkomunikasi ke hampir setiap pelosok dunia.

II.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa


(55)

1. Komunikator Terlembaga

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah Komunikatornya. Dengan mengingat kembali pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks, mari kita bayangkan secara kronologis proses penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima oleh komunikan.

2. Pesan bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta atau opini, namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat di media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan.

3. Komunikannya Anonim dan Heterogen

Komunikan dalam komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Maksudnya adalah dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa juga bersifat heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.


(56)

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komuniksi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

Effendy mengartikan keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk itu satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

5. Komunikasi Massa mengutamakan Isi ketimbang Hubungan

Dalam komunikasi massa pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.

6. Komunikasi Massa bersifat Satu Arah

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melalui kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, dan komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana yang terjadi dalam komunikasi antarpersonal. Dengan demikian maka komunikasi massa itu bersifat satu arah.

7. Stimuli Alat Indera “Terbatas”

Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada televisi dan film, khalayak menggunakan alat indera penglihatan dan pendengaran.


(57)

Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback, merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikan seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.

Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antarpersona. Dalam komunikasi ini umpann balik atau feedbacknya bersifat langsung (direct feedback) atau juga umpan balik yang bersifat segera (immediate feedback).

Sedangkan dalam komunikasi massa, umpan balaiknya tertunda (delayed), karena komunikasi massa terjadi melalui media, yang artinya komunikator tidak berhadapan langsung dengan komunikannya. Sehingga komunikan tidak dapat memberikan responsnya langsung pada saat komunikator menyampaikan pesannya.

II. 2. Majalah

II.2.1. Sejarah Terbitnya Majalah

Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah di awali dari negara-negara Eropa dan Amerika (Elvinaro, 2004 : 109).

1. Di Inggris

Majalah di Inggris (London) adalah Review yang diterbitkan oleh Daniel Defoe pada tahun 1704. Bentuknya adalah antara majalah dan surat kabar, hanya halamannya kecil, serta terbit tiga kali satu minggu. Defoe bertindak sebagai pemilik, penerbit, editor, sekaligus sebagai penulisnya. Tulisannya mencakup berita, artikel, kebijaksanaan nasional, aspek moral dan lain-lain. Tahun 1790, Richard Steele membuat majalah The Tatler, kemudian bersama-sama dengan Joseph Addison ia


(58)

menerbitkan The Spectator. Majalah tersebut berisi masalah politik, berita-berita internasional, tulisan yang mengandung unsu-unsur moral, berita-berita hiburan (teater) dan gosip .

2. Di Amerika

Benjamin Fraklintelah mempelopori penerbitan majalahdi Amerika tahun 1740, yakni General Magazine dan Historical Chronicle. Tahun 1820-an sampai 1840-an merupakan zamannya majalah (the age of magazine). Majalah yang paling populer saat itu adalah Saturday Evening Post yang terbit pada tahun 1821, dan majalah lainnya North American Review.

Pada pertengahan abad 20 tidak ada majalah yang sesukses Reader’s Digest yang diterbitkan oleh suami istri Dewitt Wallace dan Lila (keduanya anak pendeta), pada tahun 1922 ketika mereka masih berusia 20 tahun. Pada tahun 1973, Reader’s Digest dapat mencapai pelanggan sebanyak 18 juta untuk pembaca di Amerika saja, dan pembaca lainnya di dunia. Kesuksesan Reader’s Digest telah mendorong anak pendeta lainnya, yakni Henry Luce, lulusan Yale University, untuk menerbitkan majalah Time bersama-sama dengan Britton Hadden. Selanjutnnya Luce juga menerbtkan Life, Fortune dan Sport Illustrated.

3. Di Indonesia.

Sejarah keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai pada massa menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta pada tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama Pantja Raja pimpinan Markoem Djojohadisoeparto (MD)dengan prakata dari Ki Hadjar Dewantoro selaku Menteri Pendidikan Pertama RI.Di Ternate, pada bulan Oktober 1945 Arnold Manoutu dan dr. Hassan Missouri menerbitkan majalah mingguan Menara Merdeka yang memuat berita-berita yang


(59)

disiarkan di RRI. Majalah ini hanya bertahan sampai tahun 1950. Majalah-najalah lain yang terbit setelah kemerdekaan, antara lain Pahlawan (Aceh), majalah satra Arena (Yogyakarta) yang dipimpin oleh H. Usmar Ismail, majalah Sastrawan (Malang), yang diterbitkan oleh Inu Kertapati dan majalah

Seniman (Solo) pimpinan Trisno Soemardjo, penerbitnya adalah Seniman Indonesia Muda Siauw Giok Tjan menerbitkan majalah bulanan Liberty. Di Kediri terbit majalah berbahasa Jawa Djojobojo, pimpinan Tajdib Ermandi. Para anggota Ikatan Pelajar Indonesia di Blitar menerbitkan majalah berbahasa Jawa, Obor (suluh), yang ditujukan untuk memberikan penerangan bagi rakyat yang berada di pelosok-pelosok, yang pada umumnya belum bisa berbahasa Indonesia. Pelajar-pelajar Kediri menerbitkan Majalah bulanan Pelajar Merdeka. Majalah untuk kaum wanita dengan nama Wanita diterbitkan di Solo di bawah pimpinan Suiah Surjohadi. Sedangkan majalah Soeara Perkis dan Bulan sabit diterbitkan oleh Grakan Pemuda Islam Indonesia cabang solo (Elvinaro, 2004 : 110).

a) Awal Kemerdekaan

Soemanang, SH menerbitkan majalah Revue Indonesia, dalam salah satu edisinya pernah mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar, yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. Semuanya terbit dengan satu tujuan, yakni menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Belanda, mengobarkan semangat perlawanan rakyat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat.


(60)

Seperti halnya nasib surat kabar pada massa orde lama, nasib majalahpun tak kalah tragisnya di saat Peperti (Penguasa Perang Tertinggi) mengeluarkan pedoman resmi untuk penerbitan surat kabar dan mahalahdi seluruh Indonesia. Pedoman itu intinya adalah surat kabar dan majalah wajib menjadi pendukung, pembela dan alat penyebar “Maniesto Politik” yang pada saat itu menjadi haluan negara dan program pemerintah. Namun pada massa ini perkembangan majalah tidak begitu baik, kerena relatif sedikit majalah yang terbit. Sejarah mencatat Star Weekly, serta majalah mingguan yang terbit di Bogor bernama “Geledek”, namun hanya berumur beberapa bulan saja.

c) Zaman Orde Baru

Awal orde baru (1966) banyak majalah yang terbit dan beragam jenisnya, diantaranya adalah majalah Selecta pimpinan Sjamsudin Lubis, majalah sastra Horison pimpinan Mochtar Lubis, Panji Masyarakat dan majalah Kiblat – keduanya majalah Islam- yang semuanya terbit di Jakarta, serta majalah Adil yang terbit di Solo. Selanjutnya antara kurun waktu tahun 1971 sampai 1980 majalah tumbuh seperti jamur di musim hujan. Hal ini sejalan dengan kondisi perekonomian yang semakin baik, serta tingkat pendidikan masyarakat yang makain maju. Nama-nama penelola majalah yang perlu dicatat antara lain : Gunawan Muhamad, Sjamsudin Lubis, Widarti Gunawan, Sofjan Alisjahbana, Mitra Kartohadipradjo dan Dawam Rahardjo.


(61)

II.2.2. Pengertian dan Fungsi Majalah

Pengertian majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subjek yang bervariasi. Majalah biasanya terbit secara, mingguan, dwimingguan, atau

bulana

Fungsi majalah, mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama media berebeda satu dengan yang lainnya. Majalah beita, mungkin lebih berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai peristiwa dalam dan luar ngeri, lalu fungsi berikutnya adalah hiburan. Majalah wanita dewasa, meskipun isinya relatif menyangkut berbagai informasi dan tips aeputar masalah kewanitaan, lebih bersifat menghibur. Fungsi informasi dan mendidik mungkin menjadi prioitas berikutnya. Majalah pertanian, fungsi utamanya adalah memberi pendidikan mengenai cara bercocok tanam, sedangkan fungsi berikutnya mungkin informasi.

Majalah Wanita pada saat ini perkembangannya sangat pesat hampir di seluruh dunia, sebut saja Cosmopolitan, Harper’s Bazaar, Elle, Goodhousekeeping, Prodo, Eve, Female, A+, dan masih banyak yang lainnya. Majalah-majalah wanita tersebut biasanya berisi seputar berita tentang gaya hidup dan fashion.

Fashion adalah suatu aturan atau tata cara berpakaian sesuai dengan trend yang sedang berlaku. Ide ide fashion berputar begitu cepat bahkan lebih cepat daripada budaya manusia secara keseluruhan. Aturan dalam fashion itu secara simbolis dapat dikatakan dengan dua kata, yaitu “fashionable” (gaya) atau “unfashionable” (tidak gaya). Fashionable dapat dijelaskan sebagaimana seseorang itu mengenakan dengan baik trend-trend yang sedang berlaku. Orang-orang seperti itu disebut sebagai fashionista.


(1)

Gambar/Foto :

21. Apakah gambar/ foto-foto yang di tampilkan jelas bagi anda? 1. Sangat jelas

2. Jelas 23

3. Tidak jelas

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

22. Apakah kualitas gambar yang ditampilkan baik bagi anda? 1. Sangat Baik

2. Baik 24

3. Jelek

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

23. Apakah kualitas kertas yang digunakan majalah Cosmopolitan baik bagi anda? 1. Sangat Baik

2. Baik

3. Jelek 25

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

Tata Warna :

24. Apakah teknik pewarnaan yang disajikan menarik bagi anda? 1. Sangat Menarik

2. Menarik 26

3. Tidak menarik

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

25. Apakah kualitas warna yang digunakan baik bagi anda? 1. Sangat Baik

2. Baik

3. Jelek 27


(2)

Tata Letak :

26. Apakah tata letak setiap artikel yang di susun dalam rubrik fashion majalah Cosmopolitan memudahkan anda untuk membacanya?

1. Sangat Mudah

2. Mudah 28

3. Tidak Mudah

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

III. Variabel Terikat (Y) , Imitasi trend fashion oleh wanita di Kompleks Perumahan Pondok Surya di Kota Medan.

Attention :

27. Apakah isi pesan yang disampaikan dalam rubrik fashion majalah Cosmopolitan menarik perhatian anda untuk membacanya?

1. Sangat Menarik

2. Menarik 29

3. Tidak Menarik

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

28. Apakah aktualitas berita fashion yang disampaikan menarik perhatian anda untuk membacanya?

1. Sangat Menarik

2. Menarik 30

3. Tidak Menarik


(3)

29. Apakah tokoh / public figure yang ditampilkam dalam rubrik fashion majalah Cosmopolitan menarik perhatian anda untuk membacanya?

1. Sangat Menarik

2. Menarik 31

3. Tidak Menarik

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

30. Apakah model pakaian dan aksesori yang ditampilkan menarik perhatian anda untuk membacanya?

1. Sangat Menarik

2. Menarik 32

3. Tidak Menarik

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

31. Apakah tata warna yang ditampilkan menarik perhatian anda untuk membacanya? 1. Sangat Menarik

2. Menarik

3. Tidak Menarik 33

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

32. Apakah tata letak antara rubrik yang satu dengan yang lainnya menarik perhatian anda untuk membacanya?

1. Sangat Menarik

2. Menarik 34

3. Tidak Menarik

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

Interest :

33. Apakah setelah membaca rubrik fashion majalah Cosmopolitan menambah minat anda pada fashion dari sebelumnya?

1. Sangat menambah

2. Menambah 35

3. Tdah menambah


(4)

34. Apakah setelah membaca rubrik fashion majalah Cosmopolitan, anda tertarik untuk mengikuti atau meniru trend fashion yang ditampilkan?

1. Sangat tertarik

2. Tertarik 36

3. Tidak tertarik

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

35. Apakah info-info dan tips yang disampaikan dalam rubrik fashion majalah Cosmopolitan membantu anda dalam hal fashion?

1. Sangat membantu

2. Membantu 37

3. Tidak membantu

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

36. Apakah setelah membaca rubrik fashion majalah Cosmopolitan, anda tertarik untuk selalu mengetahui tentang trend-trend fashion terbaru?

1. Sangat tertarik

2. Tertarik 38

3. Tidak tertarik

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

37. Apakah setelah melihat gaya tokoh / public figure yang ditampilkan dalam rubrik fashion majalah Cosmopolitan anda tertarik untuk menirunya?

1. Sangat tertarik

2. Tertarik 39

3. Tidak tertarik

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

Desire :

38. Apakah setelah membaca rubrik fashion majalah Cosmopolitan, keinginan untuk mengikuti atau meniru trend fashion yang ditampilkan semakin kuat?

1. Sangat kuat

2. Kuat 40

3. Tidak Kuat


(5)

Decision :

39. Apakah setelah membaca rubrik fashion majalah Cosmopolitan, mempengaruhi anda memutuskan untuk meniru trend fashion yang ditampilkan?

1. Sangat mempengaruhi

2. Mempengaruhi 41

3. Tidak mempengaruhi

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

40. Apakah tips-tips atau info yang disampaikan dalam rubrik fashion majalah Cosmopolitan membantu anda memilih trend fashion manakah yang cocok dan yang tidak cocok untuk anda?

1. Sangat membantu

2. Membantu 42

3. Tidak membantu

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

Action :

41. Apakah setelah membaca rubrik fashion majalah Cosmopolitan, anda mengikuti atau meniru trend fashion yang ditampilkan?

1. Selalu

2. Kadang-kadang 43

3. Tidak pernah

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

42. Apakah anda selalu membeli barang-barang yang ditampilkan?

1. Selalu 44

2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

43. Apakah anda selalu membeli barang-barang asli yang ditampilkan walau harganya mahal?


(6)

1. Selalu

2. Kadang-kadang 45

3. Tidak pernah

Mengapa demikian? Berikan alasan anda!...

44. Apakah anda selalu mengikuti trend fashion yang ditampilkan dalam rubrik fashion majalah Cosmmopolitan tetapi karena harganya yang tidak tejangkau, maka anda memilih untuk membeli barang-barang fashion yang mirip tetapi dengan harga yang lebih terjangkau? Misalnya, tas Prada asli seharga Rp. 16.000.000,-, tetapi anda lebih memilih untuk membeli tas yang mirip dengan harga yang jauh lebih terjangkau. Jadi walaupun dengan harga terjangkau, anda akan tetap terlihat stylish.

1. Selalu

2. Kadang-kadang