Metodologi Penelitian URAIAN TEORITIS

BAB III Metodologi Penelitian

III. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kompleks Perumahan Pondok Surya terletak di Kelurahan helvetia Timur, Medan. Kompleks perumahan Pondok Surya memiliki faslitas seperti, Mesjid, Lapangan Sepak Bola, Sekolah, dan Klub Taekwondo.

III. 1. 1. Data Monografi Kelurahan

1. DesaKelurahan : Helvetia Timur 2. Nomor Kode : 0106 – A 3. Kecamatan : Medan Helvetia 4. Kota Administratif : - 5. KabupatenKotamadya DATI II : Medan 6. Propinsi DATI I : Sumatera Utara 7. Keadaaan Data Bulan : 11 Februari Tahun 1998 III.1.2. Bidang Pemerintahan 1. Umum Luas dan Batas Wilayah Kelurahan Helvetia : a. Luas DesaKelurahan : 182,5 Ha b. Batas Wilayah 1. Sebelah Utara : Desa Helvetia Deli Serdang. 2. Sebelah Selatan : Kel. Dwi Kora Kodya Medan. 3. Sebelah Barat : Kel. Helvetia Tengah Kodya Medan. 4. Sebelah Timur : Kel. Karang Berombak Dan Sei. Agul.

III. 2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang berusaha menjelaskan suatu permasalahan atau gejala yang lebih khusus dalam penjelasan antara dua objek. Metode penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa besar eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut Arikunto, 1998 : 251.

III. 3. Populasi dan Sampel

 Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa- peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian Nawawi, 1995 : 141. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang bertempat tinggal di Kompleks Perumahan Pondok Surya di Kota Medan yang berusia 21 tahun-35 tahun, yaitu berjumlah 632 orang.  Sampel Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan menggunakan cara – cara tertentu Nawawi, 1995 : 141.

BAB II URAIAN TEORITIS

II. 1. Komunikasi Massa II.1.1 Definisi Komunikasi Massa Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran media dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh terpencar, sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Wright mengemukakan definisinya sebagai berikut : “This new form can be distinguished from older types by the following majorcharacteristics : it is directed toward relatively large, heterogenous and anonymous audiences;messages are transmitted publicly, often-tmes to reach more audience member simultaneously, and are transient in character; the communicator tends to be, or to operate within, a complex organization that may involve great expense” Elvinaro, 2004 : 5. Definisi komunikasi massa yang diungkapkan Wright ini nampaknya merupakan definisi yang lengkap, yang dapat menggambarkan karakteristik komunikasi massa secara jelas. Menurut Wright, bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut : diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks dan melibatkan biaya yang besar. Definisi wright mengemukakan karakteristik komunikan secara khusus, yakni anonim dan heterogen. Ia juga menyebutkan pesan diterima komunikan secara serentak simultan pada waktu yang sama, serta sekilas khusus untuk media elektronik, seperti radio siaran dan televisi. Definisi Komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni : komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi massa yang lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner 1967 “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow os messages societies”. Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Saat ini, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, media komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks, serta memiliki kekuatan yang lebih dari massa- massa sebelumnya, terutama dalam hal menjangkau komunikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Marshall McLuhan, kita sekarang hidup dalam desa dunia global village, karena media massa ,odern memungkinkan berjuta-juta orang di seluruh dunia untuk berkomunikasi ke hampir setiap pelosok dunia.

II.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa

Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut : 1. Komunikator Terlembaga Ciri komunikasi massa yang pertama adalah Komunikatornya. Dengan mengingat kembali pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks, mari kita bayangkan secara kronologis proses penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima oleh komunikan. 2. Pesan bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta atau opini, namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat di media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. 3. Komunikannya Anonim dan Heterogen Komunikan dalam komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Maksudnya adalah dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan anonim, karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa juga bersifat heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. 4. Media Massa menimbulkan Keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komuniksi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Effendy mengartikan keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk itu satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. 5. Komunikasi Massa mengutamakan Isi ketimbang Hubungan Dalam komunikasi massa pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. 6. Komunikasi Massa bersifat Satu Arah Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melalui kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, dan komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana yang terjadi dalam komunikasi antarpersonal. Dengan demikian maka komunikasi massa itu bersifat satu arah. 7. Stimuli Alat Indera “Terbatas” Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada televisi dan film, khalayak menggunakan alat indera penglihatan dan pendengaran. 8. Umpan Balik Tertunda Delayed Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback, merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikan seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antarpersona. Dalam komunikasi ini umpann balik atau feedbacknya bersifat langsung direct feedback atau juga umpan balik yang bersifat segera immediate feedback. Sedangkan dalam komunikasi massa, umpan balaiknya tertunda delayed, karena komunikasi massa terjadi melalui media, yang artinya komunikator tidak berhadapan langsung dengan komunikannya. Sehingga komunikan tidak dapat memberikan responsnya langsung pada saat komunikator menyampaikan pesannya. II. 2. Majalah II.2.1. Sejarah Terbitnya Majalah Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah di awali dari negara-negara Eropa dan Amerika Elvinaro, 2004 : 109. 1. Di Inggris Majalah di Inggris London adalah Review yang diterbitkan oleh Daniel Defoe pada tahun 1704. Bentuknya adalah antara majalah dan surat kabar, hanya halamannya kecil, serta terbit tiga kali satu minggu. Defoe bertindak sebagai pemilik, penerbit, editor, sekaligus sebagai penulisnya. Tulisannya mencakup berita, artikel, kebijaksanaan nasional, aspek moral dan lain-lain. Tahun 1790, Richard Steele membuat majalah The Tatler, kemudian bersama-sama dengan Joseph Addison ia menerbitkan The Spectator. Majalah tersebut berisi masalah politik, berita-berita internasional, tulisan yang mengandung unsu-unsur moral, berita-berita hiburan teater dan gosip . 2. Di Amerika Benjamin Fraklintelah mempelopori penerbitan majalahdi Amerika tahun 1740, yakni General Magazine dan Historical Chronicle. Tahun 1820-an sampai 1840-an merupakan zamannya majalah the age of magazine. Majalah yang paling populer saat itu adalah Saturday Evening Post yang terbit pada tahun 1821, dan majalah lainnya North American Review. Pada pertengahan abad 20 tidak ada majalah yang sesukses Reader’s Digest yang diterbitkan oleh suami istri Dewitt Wallace dan Lila keduanya anak pendeta, pada tahun 1922 ketika mereka masih berusia 20 tahun. Pada tahun 1973, Reader’s Digest dapat mencapai pelanggan sebanyak 18 juta untuk pembaca di Amerika saja, dan pembaca lainnya di dunia. Kesuksesan Reader’s Digest telah mendorong anak pendeta lainnya, yakni Henry Luce, lulusan Yale University, untuk menerbitkan majalah Time bersama-sama dengan Britton Hadden. Selanjutnnya Luce juga menerbtkan Life, Fortune dan Sport Illustrated. 3. Di Indonesia. Sejarah keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai pada massa menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta pada tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama Pantja Raja pimpinan Markoem Djojohadisoeparto MDdengan prakata dari Ki Hadjar Dewantoro selaku Menteri Pendidikan Pertama RI.Di Ternate, pada bulan Oktober 1945 Arnold Manoutu dan dr. Hassan Missouri menerbitkan majalah mingguan Menara Merdeka yang memuat berita-berita yang disiarkan di RRI. Majalah ini hanya bertahan sampai tahun 1950. Majalah-najalah lain yang terbit setelah kemerdekaan, antara lain Pahlawan Aceh, majalah satra Arena Yogyakarta yang dipimpin oleh H. Usmar Ismail, majalah Sastrawan Malang, yang diterbitkan oleh Inu Kertapati dan majalah Seniman Solo pimpinan Trisno Soemardjo, penerbitnya adalah Seniman Indonesia Muda Siauw Giok Tjan menerbitkan majalah bulanan Liberty. Di Kediri terbit majalah berbahasa Jawa Djojobojo, pimpinan Tajdib Ermandi. Para anggota Ikatan Pelajar Indonesia di Blitar menerbitkan majalah berbahasa Jawa, Obor suluh, yang ditujukan untuk memberikan penerangan bagi rakyat yang berada di pelosok-pelosok, yang pada umumnya belum bisa berbahasa Indonesia. Pelajar-pelajar Kediri menerbitkan Majalah bulanan Pelajar Merdeka. Majalah untuk kaum wanita dengan nama Wanita diterbitkan di Solo di bawah pimpinan Suiah Surjohadi. Sedangkan majalah Soeara Perkis dan Bulan sabit diterbitkan oleh Grakan Pemuda Islam Indonesia cabang solo Elvinaro, 2004 : 110. a Awal Kemerdekaan Soemanang, SH menerbitkan majalah Revue Indonesia, dalam salah satu edisinya pernah mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar, yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. Semuanya terbit dengan satu tujuan, yakni menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Belanda, mengobarkan semangat perlawanan rakyat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat. b Zaman Orde Lama Seperti halnya nasib surat kabar pada massa orde lama, nasib majalahpun tak kalah tragisnya di saat Peperti Penguasa Perang Tertinggi mengeluarkan pedoman resmi untuk penerbitan surat kabar dan mahalahdi seluruh Indonesia. Pedoman itu intinya adalah surat kabar dan majalah wajib menjadi pendukung, pembela dan alat penyebar “Maniesto Politik” yang pada saat itu menjadi haluan negara dan program pemerintah. Namun pada massa ini perkembangan majalah tidak begitu baik, kerena relatif sedikit majalah yang terbit. Sejarah mencatat Star Weekly, serta majalah mingguan yang terbit di Bogor bernama “Geledek”, namun hanya berumur beberapa bulan saja. c Zaman Orde Baru Awal orde baru 1966 banyak majalah yang terbit dan beragam jenisnya, diantaranya adalah majalah Selecta pimpinan Sjamsudin Lubis, majalah sastra Horison pimpinan Mochtar Lubis, Panji Masyarakat dan majalah Kiblat – keduanya majalah Islam- yang semuanya terbit di Jakarta, serta majalah Adil yang terbit di Solo. Selanjutnya antara kurun waktu tahun 1971 sampai 1980 majalah tumbuh seperti jamur di musim hujan. Hal ini sejalan dengan kondisi perekonomian yang semakin baik, serta tingkat pendidikan masyarakat yang makain maju. Nama-nama penelola majalah yang perlu dicatat antara lain : Gunawan Muhamad, Sjamsudin Lubis, Widarti Gunawan, Sofjan Alisjahbana, Mitra Kartohadipradjo dan Dawam Rahardjo.

II.2.2. Pengertian dan Fungsi Majalah

Pengertian majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subjek yang bervariasi. Majalah biasanya terbit secara, mingguan, dwimingguan, atau bulanan www.google.comsearchmajalah . Fungsi majalah, mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama media berebeda satu dengan yang lainnya. Majalah beita, mungkin lebih berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai peristiwa dalam dan luar ngeri, lalu fungsi berikutnya adalah hiburan. Majalah wanita dewasa, meskipun isinya relatif menyangkut berbagai informasi dan tips aeputar masalah kewanitaan, lebih bersifat menghibur. Fungsi informasi dan mendidik mungkin menjadi prioitas berikutnya. Majalah pertanian, fungsi utamanya adalah memberi pendidikan mengenai cara bercocok tanam, sedangkan fungsi berikutnya mungkin informasi. Majalah Wanita pada saat ini perkembangannya sangat pesat hampir di seluruh dunia, sebut saja Cosmopolitan, Harper’s Bazaar, Elle, Goodhousekeeping, Prodo, Eve, Female, A+, dan masih banyak yang lainnya. Majalah-majalah wanita tersebut biasanya berisi seputar berita tentang gaya hidup dan fashion. Fashion adalah suatu aturan atau tata cara berpakaian sesuai dengan trend yang sedang berlaku. Ide ide fashion berputar begitu cepat bahkan lebih cepat daripada budaya manusia secara keseluruhan. Aturan dalam fashion itu secara simbolis dapat dikatakan dengan dua kata, yaitu “fashionable” gaya atau “unfashionable” tidak gaya. Fashionable dapat dijelaskan sebagaimana seseorang itu mengenakan dengan baik trend-trend yang sedang berlaku. Orang-orang seperti itu disebut sebagai fashionista. Fashion dapat dibedakan secara signifikan melalui usia, kelas sosial, generasi, occupation sexual orientation, dan geografi. Apabila, sebagai contoh, seseorang yang lebih tua berpakaian bergaya anak muda, dia akan terlihat bodoh dimata kedua orang tua maupun muda. Aturan bagi para fashionista atau lebih jauh lagi dapat disebut sebagai fashion victim mengacu kepada seseorang yang terbudak oleh trend fashion yang sedang berlaku dan selalu berubah dengan cepat. Fashion, dapat pula didefinisikan sebagai perubahan konstan. Perubahannya bahkan dapat terproses lebih cepat daripada bidang-bidang lain dalam kehidupan manusia, seperti misalnya bahasa, cara berpikir dan lain sebagainya. Bagi beberapa orang, perubahan gaya yang sangat cepat dalam tubuh fashion menumbuhkan banyak aspek negatif kapitalisme. Hal ini menyebabkan orang-orang menghabiskan uang untuk sesuatu yang tidak begitu diperlukan. Bagi yang lainnya, terutama bagi anak muda, menikmati perubahan fashion akan sangat menyenangkan, melihat perubahan konstan sebagai sebuah cara untuk memuaskan keinginan mereka untuk mencoba hal baru dan menarik. Namun yang perlu diingat adalah fashion berbeda dengan style. Bahkan nama besar dalam dunia fashion pun mengatakan hal yang sama, yaitu Yves Saint Laurent mangatakan bahwa “fashion is fade, style is eternal”. Setiap orang akan dapat dikatakan sebagai fashionista sejati apabila mereka memiliki signature key-nya sendiri dalam berfashion. Mereka bisa saja selalu mengikuti trennd-trend yang berputar, akan tetapi mereka juga harus pandai memilih trend yang mana yang akan cocok untuk mereka gunakan. Style atau signature key dapat pula digambarkan sebagai identitas diri. Style maupun signature key adalah masalah kepribadian dan karakter. Sesuatu yang tidak dapat dibeli dengan uang dan tidak dapat digantikan dengan brand. Seperti aura chic yang kita dapati secara instan dari Parisian women meski mereka hanya mengenakan jeans dan t-shirt, atau aura regalia classic yang kita dapati dari para English lady meski mereka hanya mengenakan coat dan skirt. Pada dasarnya style adalah kumpulan dari signature key. Bisa berupa charm, dan misalnya scarf yang dililitkan di leher, bangle yang selalu dikenakan, atau bisa berupa flowery pattern atau bohemian look yang dikenakan. Sebagai contoh, tentu kita masih ingat potongan rambut bob milik Victoria Beckham yang fenomenal dan bahkan menjadi trend dan ditiru oleh sebagian besar wanita di dunia. Namun bukan hal tersebut yang akan kita lihat, tapi adalah bagaimana seorang Victoria Beckham membuat sebuah signature key dirinya dengan potongan rambutnya. Hal-hal kecil seperti itulah yang akan membuat anda berbeda. Hal-hal yang dapat membuat orang lain mengatakan “itu kan gayanya dia banget”. Intinya adalah seseorang dapat menjadi seorang fashionista sejati tanpa harus kehilangan jati dirinya sendiri. Seperti yang dikatakan Coco Chanel, pencipta brand Chanel yang fenomenal, “I didn’t do fashion, I am fashion”.

II. 3. Imitasi

Imitasi atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan indera sebagai penerima rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsang dengan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik . Proses ini melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga pemahaman terhadap pemikiran orang lain. Imitasi saat ini dipelajari dari berbagai sudut pandang ilmu seperti psikologi , neurologi , kognitif , kecerdasan buatan , studi hewan animal study, antropologi , ekonomi , sosiologi dan filsafat . Hal ini berkaitan dengan fungsi imitasi pada pembelajaran terutama pada anak, maupun kemampuan manusia untuk berinteraksi secara sosial sampai dengan penurunan budaya pada generasi selanjutnya. Dalam kajian psikologi, Imitasi harus dibedakan dengan peniruan gerakan yang sama saja mimikri maupun peniruan tujuan emulasi , namun pada proses imitasi manusia melakukan prinsip peniruan suatu aksi dengan memahami tujuan aksi dan diarahkan oleh pencapaian target tujuan goal. Imitasi sering dikaitkan pula dengan teori belajar sosial dari Albert Bandura . Selain itu dengan imitasi, dikatakan bahwa anak membentuk teory pemikirannya Theory of Mind melalui imitasi terhadap aksi orang lain maupun persepsi terhadap rangsang yang diterima dari lingkungannya. Imitasi dapat diartikan sebagai peniruan. Seseorang biasanya meniru tokoh-tokoh idolanya, mungkin sikap, cara berbicara, cara berpakaian, dan lain-lain. Masing-masing orang memiliki motif dan pandangan tersendiri untuk melakukan imitasi tersebut Muhibbin, 2003 : 108. Media massa, dalam penelitian ini majalah juga memiliki peran penting bagi seseorang untuk meniru. Model atau public figur yang ditampilkan di dalam majalah menanamkan pikiran dibenak mereka, sebagai contoh pakaian dan aksesori yang mereka kenakan akan dianggap oleh sebagaian besar khalayak sebagai suatu high end trend, bahkan sebagian dari mereka beranggapan bahwa barang-barang tersebut harus mereka miliki. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer wanita adalah perempuan dewasa atau putri dewasa. Saat ini wanita Indonesia banyak yang memiliki peran ganda, tidak hanya berperan dalam kegiatan rumah tangga saja akan tetapi mereka juga memiliki peran yang sangat berarti yaitu bekerja atau mereka biasa disapa dengan sebutan wanita karier. Beberapa hal yang menjadi pemicunya yaitu faktor ekonomi, mereka bekerja dikarenakan faktor ekonomi atau alasan lainnya yaitu bekerja hanya untuk meniti karier. Emansipasi wanita yang masih terus berlangsung sampai pada saat ini membuat peranan wanita sudah semakin luas. Wanita memiliki peranan sebagai mitra dengan pria, peranan dalam pekerjaan dan pendapatan, peranan sebagai ibu dan pendidik. Selain itu para wanita bekerja selain untuk mendapatkan penghasilan, mereka juga ingin memperoleh karir yang bagus dengan tujuan untuk pemenuhan diri yang biasa disebut dengan aktualisasi diri.

II. 4. Teori S-O-R

Teori ini merupakan turunan dari bullet theory dan teori hipodermik. Terdapat beberapa dasar pemikiran yang mempelopori lahirnya teori ini. Yang pertama, latar belakang filosofis philosophical ground, yaitu gambaran dari seseorang yang pasif dan mudah terpengaruh terpaan media. Kedua, perkembangan teori ilmu psikologi dan sosiologi theoretical developmentin psychology ang sociology, yang mendiskreditkan pandangan individu yang berbeda dalam teori komunikasi massa. Model ini menjelaskan bagaimana stimuli yang diterima oleh organism tersebut diolah sedemikian rupa, yang seterusnya diubah ke dalam beberapa respons ataupun seperangkat respons yang dapat diamati. Pengolahan stimuli dalam S-O-R merupakan konsep black box kotak hitam ; yakni, struktur khusus dan fungsi proses antara yang internal dianggap kurang penting dibndingkan dengan proses pengubahan masukan menjadi pengeluaran. Karena itu, menurut pengertian black box ini, penjelasan memerlukan pengamatan masukan dan pengeluaran namun tidak menuntut pengamatan langsung pada kegiatan dalam diri organisme yang besagkutan, sekalipun mungkin dapat dilakukan. Pertama-tama pengamatan langsung pada proses internal memang merupakan hal yang tidak mungkin, karena itu kita hanya dapat mengamati perilaku eksternal dan menganggapnya sebagai manifestasi dari keadaan internal organisme yang bersangkutan. Jadi, pengkajian keadaan internal secara hakiki merupakan pengamatan tidak langsung, dengan kata lain penarikan kesimpulan inferensi dari perilaku yang dapat diamati Rakhmat, 1990 : 196. Efek yang ditimbulkan dalam penjelasan S-O-R adalah bahwa organisme menghasilkan perilaku tertentu, jika ada stimulus tertentu pula Rakhmat, 1990 :198. Lebih jelasnya lagi yaitu, bahwa dalam Model S-O-R ini organisme memiliki arti penting yang lebih besar. Organisme disini berperan untuk mengolah stimuli menjadi respons. Respons tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi pada pengalaman terdahulu yang secara inheren, diterapkan pada setiap pengalaman baru sebagai alat untuk menetapkan kesamaan atau perbedaan antara situasi yang baru dan pengalaman di masa lalu. Jika situasi stimulusnya sama maka respons yang diberikan akan sama pula Rakhmat, 1990 : 199. Proses komunikasi dalam model S-O-R dapat dirumuskan sebagai berikut : Stimulus Organism: - perhatian - pengertian - penerimaan Response Pada gambar di atas dilihat bahwa response bergantung kepada proses yang terjadi pada individu. Stimulus yang disampaikan kepada komunikan bisa diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi hanya dapat berlangsung apabila komunikan memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan, yang kemudian komunikan akan dapat memikirkan tentang arti, maksud ataupun tujuan dari stimulus tersebut yang pada akhirnya akan timbul pengertian dan penerimaan atau bahkan penolakan. Apabila komunikan telah menerima dan mengolah stimulus tersebut, barulah akhirnya akan dapat terbentuk sikap atau perubahan perilaku. Apabila rumus tersebut diterapkan dalam penelitian ini maka dapat digambarkan sebagai berikut : Melalui rumusan diatas dapat dijelaskan bahwa stimulus yang diberikan adalah Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan. Organisme kemudian mengolah stimulus berdasarkan Stimulus Rubrik Fashion Majalah Cosmopolitan Organism Wanita di Kompleks Perumahan Pondok Surya di Kota Medan Response Tindakan Meniru pengalaman psikologisnya, apakah stimulus tersebut memiliki persamaan dengan pengalamannya di masa lalu. Pengalaman masa lalu tersebut kemudian diterapkan pada pengalaman baru ini sebagai alat untuk mengukur persamaan dan perbedaannya. Apabila stimulusnya sama maka responnya pun akan sama, yaitu responden meniru trend fashion yang ditampilkan dalam rubrik fashion majalah Cosmopolitan, atau bisa saja terjadi sebaliknya.

II. 5. Model AIDDA

Seperti yang disampaikan Wilbur Schramm, “the condition of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan yang membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki, dengan memperhatikan : a Pesan harus dirancang dan disampaikan dengan menarik b Pesan harus enggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman antara komunikator dan komunikan, sehingga dimengerti. c Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan d Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan komunikan. Jadi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah bagaimana caranya kita harus bisa menarik perhatian komunikan. Dengan mendapatkan perhatian komunikan, maka kita juaga akan membuat komunikan tertarik untuk mengetahui isi pesan yang disampaikan. Penyajian pesan agar menarik, jelas pada awalnya, tergantung pada packaging pesan sesuai dengan dengan media yang akan digunakan. Saat menggunakan media cetak misalnya, pesan yang disampaikan haruslah disajikan dengan menarik.Baik dari segi content, maupun tampilan secara keseluruhan. Bisa diakali dengan pemilihan font jenis huruf, warna ataupun desain grafis secara keseluruhan. Ini sesuai dengan konsep komunikasi yang dinamakan AIDDA, dikembangkan sekitar dasawarsa 1920-an. AIDDA merupakan singkatan dari Attention Perhatian, Interest Minat, Decision Keputusan, dan Action Kegiatan. Apabila rumus tersebut diterapkan dalam penelitian ini, maka dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Attention perhatian Dalam tahap ini, kegiatan mulai dilakukan dengan maksud untuk menumbuhkan perhatian khalayak terhadap fashion. Yaitu dengan cara, penyusunan rubrik menjadi semenarik mungkin yang juga dilengkapi dengan berita-berita aktual dari dunia fashion, tata warna, tata letak, serta penyusunan foto gambar yang sesuai. b. Interest ketertarikan Ini adalah tahap kedua, di mana khalayak tidak saja menaruh perhatian kepada fashion tetapi juga mulai tertarik atau berminat. Setelah khalayak memberikan perhatiannya terhadap rubrik fashion majalah Cosmopolitan, mereka akan menilai apakah rubrik ini menarik untuk dibaca atau malah sebaliknya. Dan apabila mereka telah menilai bahwa rubrik ini menarik tentu mereka akan berminat untuk membacanya. c. Desire hasratkeinginan Dalam tahap ini khalayak telah mempunyai motivasi untuk memiliki produk fashion menurut trend fashion yang sedang berkembang. Maksudnya adalah setelah adanya ketertarikan untuk membaca rubrik tersebut, maka merka akan mulai mencerna pesan- pesan yang ada didalamnya. Kemudian timbullah hasrat keinginan dalam diri khalayak yang mendorong mereka untuk memiliki produk-produk fashion yang ditampilkan. d. Decision keputusan Pada tahap ini sikap sesungguhya khalayak terhadap produk dan trend fashion mulai terlihat. Di tahap ini juga konsumen mengambil keputusan untuk menyukai atau membenci hal tersebut. e. Action tindakan Ini merupakan tahap akhir dari formula ini. Pada tahap ini tercermin action atau tindakan kahalayak untuk meniru trend fashion yang sedang berkembang Onong, 1990 : 51 Berdasarkan teori AIDDA di atas dikaitkan dengan tindakan meniru imitasi maka dapat disimpulkan bahwa imitasi adalah suatu keadaan dalam individu yang mengarahkan perhatiannya terhadap objek tertentu yang mampu mendorong seseorang untuk cenderung mengikuti atau meniru.

BAB III Metodologi Penelitian