BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kitosan merupakan padatan amorf yang berwarna putih dengan rotasi spesifik [α]
D 11
-3 hingga -10
o
pada konsentrasi asam asetat 2 . Kitosan larut pada kebanyakan larutan asam organik, pada pH sekitar 4,0 tetapi tidak larut pada pH lebih besar dari 6,5, juga larut
dalam pelarut air,alkohol,dan aseton. Dalam asam mineral HCl dan HNO
3
,kitosan larut pada konsentrasi 0,15-1,1, tetapi tidak larut pada konsentrasi 10. Kitosan tidak larut
dalam H
2
SO
4
pada berbagai konsentrasi, sedangkan dalam H
3
PO
4
tidak larut pada konsentrasi 1 sementara pada konsentrasi 0,1 sedikit larut. Perlu kita ketahui , bahwa
kelarutan kitosan dipengaruhi oleh bobot molekul, derajat deasetilasi, dan rotasi spesifiknya yang beragam bergantung pada sumber dan metode isolasi serta
transformasinya Sugita,2009.
Derajat deasetilasi kitosan dapat diukur dengan berbagai metode dan yang paling lazim digunakan adalah metode garis dasar spektroskopi IR transformasi Fourier FTIR
yang pertama kali diajukan oleh Moore dan Robert pada tahun 1977. Teknik ini memberikan beberapa keuntungan, yaitu relatif cepat, contoh tidak perlu murni, dan
tingkat ketelitian tinggi dengan teknik tritrimetri dan metode spektroskopi lainnya Sugita,2009.
Kitin mudah terdegradasi dan penghilangan gugus asetil dengan penggunaan alkali kuat menghasilkan senyawa yang dinamakan kitosan. Kitosan adalah polimer alam yang
mempunyai rantai tidak bercabang dan dinamakan 1-4-2-amino-2deoksi- β-D glukosa.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menghasilkan kitosan yang bermutu tinggi bergantung pada kitin yang dihasilkan. Sekiranya kitin yang dihasilkan tidak murni, maka tidak akan dihasilkan kitosan. Pada
proses pembuatan kitosan, jika derajat deasetilasi menunjukkan nilai 100 ini berarti yang dihasilkan adalah kitan bukan kitosan, karena kitosan merupakan gabungan senyawa kitin
dan kitan. Untuk inilah perlu diketahui derajat deasetilasi di dalam kitosan, karena ini merupakan sifat utama dari kitosan. Kitosan mempunyai kadar nitrogen yang bergantung
kepada derajat deasetilasi. Salah satu metode untuk mengetahui derajat deasetilasi adalah dengan menggunakan metode spektrofotometri. Muzarelli.1977.
Pembuatan Kitosan Nanopartikel didapati beberapa metode, diantaranya menggunakan instrument Ultrasonik bath. Szeto,2007 . Pengaruh kondisi ultrasonik pada
penguraian kitosan telah dilaporkan oleh beberapa peneliti, mereka telah mempelajari pengaruh kondisi ultrasonik,termasuk parameternya adalah konsentrasi kitosan, suhu
reaksi, jenis pelarut yang digunakan dan waktu ultrasonik serta penyimpanan dalam larutan asam pada penukaran dalam berat molekul, sifat polidispersi distribusi dari berat molekul
terhadap kitosan. Hasilnya menunjukkan bahwa kitosan mengalami kelarutan yang cepat dalam larutan yang encer dari pada dalam larutan yang pekat dan lebih cepat dalam larutan
yang bersuhu rendah dari pada dalam larutan yang bersuhu tinggi. Polidispersi menurun dengan perlakuan ultrasonik Chen,R.H and Shyur,J.S,1997. Menurut Susi,K 2009,
penggunaan ultrasonik bath dalam waktu terlalu lama didapati proses nanopartikel tidak terbentuk sempurna.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk memodifikasi kitosan menjadi kitosan nanopartikel kemudian meneliti perubahan sifat-sifat karakteristik dari kitosan
nanopartikel dengan menggunakan variasi massa kitosan dan variasi waktu penggunaan alat ultrasonik bath dengan menggunakan FTIR dan SEM.
1.2 Permasalahan