17
berkutat pada masalah ekonomi, namun juga memasukkan unsur sosial dan lingkungan yang menjadi basis apa yang nantinya disebut sustainabla societ.
Pada dasawarsa 1070- an terbitlah “The Limits to Growth”. Buku yang hingga
kini terus diperbaharui itu merupakan hasil pemikiran para cendikiawan dunia yang tergabung dalam Club of Rome. Buku ini menginggatkan kepada
masyarakat dunia bahwa bumi yang kita pijak ini mempunyai keterbatasan daya dukung. Sementara disisi lain, manusia bertambah secara eksploitasial.
Karenanya eksploitasi alam mesti dilakukan secara hati-hati supaya pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan Wibisono, 2007.
Pada tataran global, tahun 1992 diselenggarakan KTT Bumi Eart Summit. KTT yang diadakan di Rio de Jenairo Brazil ini menegaskan konsep
pembangunan berkelanjutan sustainable development yang didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial sebagai hal
yang harus dilakukan. Gaung CSR kian bergema setelah diselenggarakannya World Summit on Sustainable Development WSSD tahun 2002 di
Johannesburg, Afrika Selatan. Sejak itulah, definisi CSR mulai berkembang Wibisono, 2007.
5. Definisi Corporate Social Responsibility
Menurut World Bank Fox, Ward dan Howard, 2002, CSR merupakan komitmen sektor swasta untuk mendukung terciptanya
pembangunan yang berkelanjutan sustainable development. Sedangkan
18
menurut sebuah organiasi dunia World Bisnis Council for Sustainable Development WBCD menyatakan bahwa CSR adalah komitmen
berkelanjutan dari para pelaku bisnis untuk berprilaku secara etis dan memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi, sementara pada saat
yang sama meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluarganya demikian pula masyarakat lokal dan masyarakat secara luas Solihin, 2009.
Menurut Draf 3 ISO 2600, 2007, guidance on social responsibility, mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab dari suatu organisasi untuk
dampak –dampak dari keputusan-keputusan dan aktivitas di masyarakat dan
lingkungan melalui transparasi dan perilaku etis yang konsisten dengan perkembangan
berkelanjutan dan
kesejahteraan dari
masyarakat; pertimbangkan harapan stakeholders; sesuai dengan ketentuan hukum yang
bisa diterapkan dan norma-norma internasional yang konsisten dari perilaku; dan terintergrasi sepanjang organisasi. Sedangkan dalam UU PM, yang
digunakan sebagai rujukan pewajiban CSR, Undang-Undang No. 25 tahun 2007 pasal 15b tentang Penanaman Modal, CSR didefinisikan sebagai
“Tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan,
nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat ”.
Dalam teks Pasal 74 RUU PT sendiri CSR tidak didefinisikan. Namun dalam dokumen kerja Tim Perumus terdapat definisi bahwa tanggung jawab
sosial dan lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam
19
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas
setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Sementara, menurut CSR Forum Wibisono, 2007, Corporate Social Responsibility CSR
didefinisikan sebagai bisnis yang dilakukan secara transparan dan terbuka serta berdasarkan pada nilai-nilai moral dan menjunjung tinggi rasa hormat
kepada karyawan, komunitas dan lingkungan.
6. Komponen Corporate Social Responsibility