diberikan peringatan, maka seorang imam harus melakukan tindakan hukum seperti menangkap dan memenjarakannya.
3. Dalam kondisi mendesak seperti kelangkaan bahan pokok, seorang Imam boleh mengambil paksa barang dagangan yang disimpan oleh orang yang
melakukan monopoli. Namun hal tersebut juga harus diiringi dengan kewajiban mengembalikan barang tersebut apabila kondisi sudah tidak
mendesak lagi.
3. Hadis Larangan Menawar Barang yang Sudah Dibeli
Teks Matan Hadis:
a. Tinjauan Teks Matan Hadis
Kalimat hadis ini tergolong kalimat yang cukup sederhana namun mengandung pesan yang sangat besar.
Didalam kitab Bidâyatul Mujtahid wa Nihâyatuk Muqtashid bahwa: Para ulama banyak yang memberikan pemaparan berbeda dalam merincikan
kalimat dari matan hadis yang singkat ini. Namun meskipun demikian pesan utama dari hadis tersebut tetap mereka sepakati bersama.
Imam Malik menjelaskan, bahwa hadis tersebut menunjukkan adanya larangan bagi siapa saja untuk menawar suatu barang yang sudah dibeli oleh
orang lain. Pemahaman Imam Malik ini sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh Imam Abu Hanifah.
Ats-Tsauri menjelaskan, bahwa seseorang dilarang untuk menyela orang lain yang sedang melakukan proses tawar menawar harga barang. Yaitu
dengan mengatakan bahwa dirinya mampu untuk membeli barang tersebut dengan harga yang lebih baik dari penawaran orang yang ia sela.
Imam Syafii mengatakan, maknanya adalah bahwa saat kesepakatan harga sudah tercapai namun barang belum dibawa oleh sipembeli dan uang belum
diserahkan masuklah orang lain yang berusaha untuk menawar dengan harga yang lebih tinggi. Gambaran yang diberikan oleh imam Syafii ini hampir sama dengan
apa yang dijelaskan oleh Imam Malik. Bedanya Imam Syafii lebih menekankan bahwa kesempurnaan akad jual beli tercapai setelah kedua pihak yang
bertransaksi saling berpisah.
67
b. Makna Umum dari Hadis
Ada banyak jalan bagi setiap orang untuk bisa menyakiti orang lain secara fisik ataupun non fisik, disengaja ataupun tidak disengaja.
Sungguh hal yang tidak terpuji jika dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa menghargai hak dan kehormatan orang lain. Dunia perdagangan juga
merupakan bidang yang sangat rawan untuk menyakiti orang lain mengingat
67
Abu Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusydi al-Qurthubi, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, Beirut: Dâr Ibn Hazam 529.
hasrat untuk mendapatkan keuntungan selalu menjadi pendorong yang kuat untuk menyakiti orang lain.
Hadis ini bisa dipahami dari dua sisi. Dari sisi penjual, selama ia belum menyelesaikan transaksinya dengan seseorang, baik itu sepakat atau tidak sepakat,
sudah menjadi kewajiban bagi dirinya untuk tetap memberikan penghargaan yang besar kepada calon pembelinya dengan memberikan perhatian yang fokus hingga
segala sesuatunya jelas. Begitu juga dengan calon pembeli, ia harus bisa menempatkan dirinya sebagai orang yang bijak dan menghormati hak orang lain
yang sudah lebih dahulu menawar barang yang ia hendaki.
c. Faedah yang diambil dari hadis