BAB III HADIS-HADIS TENTANG PRAKTIK-PRAKTIK YANG
TERLARANG DALAM JUAL-BELI
A. Penelusuran Hadis-hadis Tentang Praktik-Praktik yang Terlarang dalam Jual-Beli
1. Hadis tentang Larangan Gharar
ƒ
ƒ
È ƒ
ƒ
40
Artinya : Telah meriwayatkan kepada kami Abu Bakar bin Abi Shaibah, telah meriwayatkan kepada kami Abdullah bin Idris dan Yahya bin Said
40
Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairi Al-Naisaburi, al-Jami‘ al-Sahih, Juz VI Beirut: Dar al-Fikr, [t.t., h. 714. Lihat juga di; A
mad ibn Shu`ayb ibn Alī ibn S
īnān Abū `Abd ar-Ramān al-Nasāī, Sunan al-Kubra al-Nasāī, Riyadh, Dar al-Ma’arif hadis no 4518 , h. 691. Lihat juga di; Abu Abdullah Muhammad bin Yazi{d bin Abdullah bin Majah Al
Quzwaini}, Sunan Ibn Majah, Juz III Beirut: Dar al-Ma’rifat, 1996 hadis no 1797, h. 81.
dan Abu Usamah, dari Ubaidillah. Dan telah meriwayatkan kepada kami Zuhair bin
Harb, meriwayatkan
kepada kami
Yahya bin
Said dari
Ubaidillah,meriwayatkan kepadaku Abu al-Zanad dari al-‘Araj, dari Abi Hurairah berkata: Melarang Rasulullah Saw jual beli al-Has}at dan jual beli
gharar.
Syarah Hadis
Sesungguhnya Rasulullah Saw melarang menjual barang melalui al- Hus}at dan gharar adapun jual beli al-Hus}at ada tiga pendapat, pertama
seperti seorang yang mengatakan aku jual baju ini kepada engkau jika engkau melemparkan batu kecil yang telah dilemparkan dan mengenai baju ini. Kedua,
seperti perkataan engkau jual kepadaku barang yang jika aku lempar mengenainya dan engkau mempunyai pilihan untuk menjual atau tidak kepadaku. Dalam posisi
ini penjual tidak mempunyai posisi lain selain menjual atau membatalkan dengan harga yang telah ditentukan oleh pembeli. Ketiga, bahwa mereka menjadikan
pilihan itu tergantung kepada lemparan batu tersebut, kata si penjual “lemparkan saja batu ini, dan jika mengenai barang dagangan, maka barang tersebut telah
terjual kepada pembeli”. Dari ketiga penjelasan ini dapat diberikan kesimpulan bahwa. Transaksi jual beli dengan paksaan dilarang dalam Islam karena hal ini
berkaitan dengan ketidak jelasan harga dan barang yang dijual. Karena transaksi ini masuk dalam kategori penipuan dalam harga yang tidak jelas untuk dijual dan
harga yang belum ditentukan. Oleh karena itu Rasulullah melarang transaksi melalui undian karena ada unsur tipu-daya. Adapun larangan gharar menurut
konsep Islam, gharar adalah sumber utama dari transaksi yang dilarang. Seperti penjualan yang tidak diketahui bentuknya, penjualan yang belum ada di tempat,
penjualan milik orang lain, jual beli yang masih ditangguhkan. Seperti menjual ikan yang masih ada di air sedangkan dalam tempat tersebut terdapat beberapa
ikan yang belum diketahui jenisnya, menjual susu yang belum diperah, menjual hewan yang belum lahir yang masih berada di perut induknya, atau menjual
barang yang tidak diketahui keadaannya, menjual baju dari beberapa tumpukan pakaian, menjual kambing dari gerombolan induknya, dan masih banyak lagi
contoh lainnya yang intinya menjual barang yang belum diketahui jenisnya, bentuknya, tempatnya, bahkan waktunya. Walaupun sudah ada dipredisi
keadaannya. Hal ini dilarang oleh Rasulullah Saw karena ada unsur penipuan dalam transaksi jual beli yang barangnya belum diketahui. Akan tetapi ada
pendapat yang lemah membolehkan menjual kambing yang masih dalam induknya tetapi sudah diketahui bentuknya. Itupun dikarenakan hal itu kita tidak
mungkin melihat barang tersebut akan tetapi melalui prediksi kita sudah melihatnya. Hadis ini menunjukkan bahwa transaksi jual beli dengan melakukan
prakter gharar dilarang karena adanya unsur penipuan dan ketidakjelasan barang yang dijual.
41
41
Abu Zakaria Yahya bin Sharf bin Mari al-Nawawy} al-Minhaj Syarah Muslim bin al- Hajaj, Juz X Beirut: Dar Ihya al-Turats, 157.
2. Hadis tentang Larangan Monopoli