tersebut diharamkan karena syarat yang diberikan oleh penjual dan pembeli adalah syarat yang batil.
44
3. Hadis tentang larangan menawar barang yang sudah dibeli
45
Artinya: Telah
menceritakan kepada
kami Ismail,
berkata meriwayatkan kepadaku Malik dari Nafi’ dari Abdullah bin ‘Umar Ra.
Bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: Janganlah sebagian diantara kamu membeli atau menawar barang yang telah dibeli atau ditawar saudaramu.
Syarah Hadis
Dalam hadis lain yang diriwayatkan Muslim, dari Tariq ‘Ubaidillah bin ‘Umar, dari Nafi’ lafaz hadis ini
dan kalimat mengandung arti istisna terhadap dua hukum.
Yaitu, menunggu akad jual beli selesai sampai dia membeli atau membatalkan
44
Abu Zakaria Yahya bin Sharf bin Mari al-Nawawy} al-Minhaj Syarah Muslim bin al- Hajaj , Juz IX Beirut: Dar Ihya al-Turats, 164.
45
Abi Abdill āh Muhammad ibn Ismāil ibn Ibrāhim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al-
Bukh āri al-Ja’fiyyi, Sahih Bukhāri, Juz II Beirut: Dār al-Fikr, 1401 H 1981 M, h. 180
transaksi jual beli. Seperti yang ada di dalam kaidah al-Syafi’iah. Adapun riwayat yang kedua lebih khusus untuk pernikahan. Seseorang tidak dibolehkan
meminang seseorang perempuan jika telah dipinang oleh orang lain, sampai dia melanjutkan pernikahan atau membatalkannya. Oleh karena itu di kalangan al-
Syafi’ah terjadi perbedaan terhadap hadis ini. Pertama, ada kemungkinan hadis ini khusus pada bab pernikahan, dan yang kedua, hadis ini ada pada bab muamalah.
Akan tetapi dari beberapa perbedaan pendapat tersebut sebenarnya mempunyai satu makna, baik nikah ataupun jual beli, kedua-duanya sama-sama melarang
mengambil hak orang lain. Kalimat la yabiu ini seperti seseorang yang berkata, apakah akan
engkau teruskan jual beli ini atau tidak. Sedangkan di pihak lain, ada pembeli yang juga ingin membeli barang dagangan tersebut. Maka, si penjual tidak boleh
menjual barang dagangannya kepada pihak kedua sebelum masa transaksi pihak pertama selesai.
46
4. Habalil Habalah
46
Badr al-Din al-Ayni, Umdah al Qari fi Sharh Sahih al Bukhari , Juz XVII Beirut: Dar Ihya al-Turats 455.
ƒ • ƒ
• ƒ ƒ • ƒ
47
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, Memberitakan kepada kami Malik, dari Nafi’, dari Abdullah bin ‘Umar Ra.
Bahwasanya Rasulullah Saw melarang melarang transaksi jual beli yang disebut dengan “habalul habalah”. Itu adalah jenis jual beli yang dilakoni masyarakat
jahiliah. “Habalul habalah” adalah transaksi jual beli yang bentuknya adalah: seorang yang membeli barang semisal unta secara tidak tunai. Jatuh tempo
pembayarannya adalah ketika cucu dari seekor unta yang dimiliki oleh penjual lahir.
Syarah Hadis
Abu ‘Ubaid berkata bahwa yang dimaksud dengan habalil habalal ialah khusus untuk hewan yang bisa hamil dan melahirkan. Karena tidak bisa disebut
habalil habalah kecuali hewan yang mempunyai janin, dikarenakan transaksi yang dilakukan adalah menjual janin hewan tersebut. Hadis ini termasuk dalam kriteria
gharar dikarenakan transaksi yang dilakukan dalam habalil habalah ini mengandung unsur penipuan terhadap barang yang akan dijual. Hal ini
dikarenakan janin yang dijual belum ada kejelasan kapan lahirnya, apakah hidup
47
Abi Abdill āh Muhammad ibn Ismāil ibn Ibrāhim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al-
Bukh āri al-Ja’fiyyi, Sahih Bukhāri, Juz II Beirut: Dār al-Fikr, 1401 H 1981 M, 83. Lihat juga di;
A mad ibn Shu`ayb ibn Alī ibn Sīnān Abū `Abd ar-Ramān al-Nasāī, Sunan al-Kubra al-Nasāī,
Riyadh, Dar al-Ma’arif hadis no. 4639
atau mati, dan jenis kelaminnya. Oleh karena itu Rasulullah melarang menjual binatang yang masih dalam perut. Diriwayatkan dari Ubaidillah bin Umar, dari
Nafi’ ia berkata, Dahulu pada masa jahiliyah, mereka telah melakukan transaksi jual beli daging domba, sapi, dan sebagainya sampai menjual binatang yang masih
dalam perut yang belum diketahui jenis dan bentuknya. Kemudian Rasulullah Saw melarang mereka untuk melakukan hal demikian.
Adapun al-Jazur روُﺰَﺠْﻟا adalah onta jantan ataupun betina, akan
tetapi sebenarnya kalimat al-Jazur ini kalimat mu’annas dan ini berlaku juga untuk mudzakar. Jadi ada kemungkinan penyebutan al-Jazur dalam hadis ini
mengandung arti bahwa orang-orang pada masa jahiliyah tidak melakukan transaksi jual beli kecuali pada binatang onta dan dagingnya. Bisa juga itu cuma
hanya sekedar contoh dari binatang lain. dan secara hukum fiqih sebenarnya tidak ada perbedaan onta dan lainnya. Yang menjadi permasalah al-Jazur disini bukan
hanya untuk onta saja akan tetapi hewan yang bisa hamil dan melahirkan. Kalimat
ﱠﻨﻟا َﺞَﺘْﻨُﺗ ْنَأ ﻰَﻟِإ ُﺔَﻗﺎ
di dalam hadis ini berarti binatang yang bisa hamil dan melahirkan, artinya janin yang ada dalam kandungan sampai lahir
dalam keadaan hidup. Imam Malik dan Imam al-Syafi’i berpendapat bahwa penjualan janin
ini sama sepeerti harga yang dijual ketika waktu lahir, hal inilah yang menyebabkan larangan terhadap jual beli janin. Konsep pelarangan jual beli janin
ini dikarenakan barang yang dijual masih tidak ada dan tidak diketahui
keadaannya dan belum mampu untuk diserahkan saat itu. Maka, transaksi ini termasuk dalam transaksi gharar, karena ada unsur penipuan.
48
5. Muhaqalah, Mukhadarah, Mulamasah, Munabadzah, dan Muzabanah