Penyelesaian Sengketa Terkait Merek Yang Dilindungi

perjanjian arbitrase maka para pihak yang bersengketa dapat langsung mengajukan gugatan ke pengadilan. 87

C. Penyelesaian Sengketa Terkait Merek Yang Dilindungi

Penyelesaian sengketa merek dalam Undang-Undang Merek 1961 dilakukan melalui Pengadilan Negeri di Jakarta, yang hasilnya disampaikan ke Kantor Milik Perindustrian Pasal 10-15. UU Merek 1992 Penyelesaian sengketa diatur dalam BAB VIII Pasal 71 sampai Pasal 76. Secara garis besar diatur bahwa gugatan dapat diajukan ke PN Jakarta Pusat atau PN lain yang ditunjuk. Putusan PN dapat diajukan banding. Dan hak mengajukan gugatan tersebut tidak mengurangi hak negara untuk melakukan tuntutan tindak pidana di bidang merek Pasal: 76 Dalam Undang-Undang Merek 2001 diatur dengan lebih rinci, dan diatur tentang dimungkinkannya penggunaan alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana diatur dalam Pasal 84: Selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud dalam Bagian Pertama Bab ini, para pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa. Penyelesaian Sengketa, melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 penyelesaian sengketa di luar pengadilan dikenal dengan beberapa cara, yaitu: 1. Arbitrase; 87 Ibid. Universitas Sumatera Utara Arbitrase merupakan salah satu metode penyelesaian sengketa. Sengketa yang harus diselesaikan tersebut berasal dari sengketa atas sebuah kontrak dalam bentuk sebagai berikut 88 a Perbedaan penafsiran disputes mengenai pelaksanaan perjanjian, berupa : 1 Kontraversi pendapat controversy 2 Kesalahan pengertian misunderstanding 3 Ketidaksepakatan disagreement b Pelanggaran perjanjian breach of contract termasuk di dalamnya adalah: 1 Sah atau tidaknya kontrak 2 Berlaku atau tidaknya kontrak c Pengakhiran kontrak intermation of contract d Klaim mengenai ganti rugi atas wanprestasi atau perbuatan melawan hukum. Arbitrase merupakan suatu pengadilan yang sering juga disebut dengan “pengadilan wasit”, sehingga para “arbiter” dalam peradilan arbitrase berfungsi memang layaknya seorang “wasit” referee seumpama wasit dalam suatu pertandingan. 2. Konsiliasi Konsiliasi conciliation juga merupakan suatu proses penyelesaian sengketa di antara para pihak dengan melibatkan pihak ketiga yang netral dan tidak memihak. Hanya saja peranan yang dimainkan oleh seorang mediator 88 M. Yahya Harahap, Arbitrase, Jakarta: Pustaka Kartini, 1991, hlm 108 Universitas Sumatera Utara dengan konsiliator yang berbeda sungguhpun dalam prakteknya antara istilah mediasi dan konsiliasi sering dipertukarkan. 3. Negosiasi; Negosiasi dimaksudkan sebagai suatu proses tawar-menawar atau pembicaraan untuk mencapai suatu kesepakatan terhadap masalah tertentu yang terjadi di antara pihak. Negoisasi dilakukan baik karena telah ada sengketa di antara para pihak, maupun hanya karena belum ada kata sepakat disebabkan belum pernah dibicarakan masalah tersebut. 4. Mediasi; Penyelesaian sengketa dapat ditemukan dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa LN. Tahun 1999 No. 138. Istilah alternatif penyelesaian sengketa merupakan terjemahan dari istilah Inggris alternative dispute resolution yang lazim disingkat dengan sebutan ADR. Namun sebagian kalangan akademik di Indonesia menerjemahkan istilah alternative dispute dengan istilah “pilihan penyelesaian sengketa”. Mediasi merupakan kosakata atau istilah yang berasal dari kosakata Inggris, yaitu mediation. Mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa antara dua pihak atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat dengan bantuan pihak netral yang tidak memiliki kewenangan memutus. 89 89 Gunawan Wijaya, Alternatif Penyelesaian Sengketa Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001, hlm 90-02 Pihak mediator netral dengan tugas memberikan bantuan procedural dan substansial. Dengan demikian definisi atau pengertian mediasi ini dapat diidentifikasikan unsur-unsur esensial mediasi, yaitu: Universitas Sumatera Utara a Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa melalui perundangan berdasarkan pendekatan mufakat atau consensus para pihak b Para pihak meminta bantuan pihak lain yang bersifat tidak memihak yang disebut mediator ; c Mediator tidak memiliki kewenangan memutus, tetapi hanya membantu para pihak Pendekatan konsensus atau mufakat dalam proses mediasi mengandung pengertian, bahwa segala sesuatu yang dihasilkan dalam proses mediasi harus meupakan kesepakatan atau persetujuan para pihak. Mediasi dapat ditempuh oleh para pihak yang terdiri atas dua pihak yang bersengketa maupun oleh lebih dari dua pihak multiparties. Penyelesaian dapat dicapai menerima penyelesaian itu. Namun, ada kalanya karena berbagai faktor para pihak tidak mampu mencapai penyelesaian sehingga mediasi berakhir dengan jalan bantu deadlock, stalemate. Situasi ini yang membedakan mediasi dari litigasi. Ligitasi pasti berakhir dengan sebuah penyelesaian hukum, berupa putusan hakim, meskipun penyelesaian hukum belum tentu mengakhiri sebuah sengketa karena ketegangan di antara para pihak masih berlangsung dan pihak yang kalah selalu tidak puas. 5. Pengadilan Penyelesaian sengketa merupakan hal yang tidak kalah strategis dalam pengelolaan merek. Undang-Undang Merek yang baru telah melakukan terobosan baru dalam penyelesaian sengketa merek, yaitu dengan memanfaatkan peranan Pengadilan Niaga dalam rangka menyelesaikan sengketa perdata di bidang merek. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat proses peradilan dalam sengketa merek Universitas Sumatera Utara tersebut. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa bidang merek sangat berkaitan dengan dunia usaha, untuk itu dibutuhkan penyelesaian perkara yang cepat, karenanya membutuhkan institusi peradilan khusus. Selain itu Undang-Undang Merek yang baru UUM No. 15 tahun 2001 juga mengatur mengenai tata cara hukum acara penyelesaian perkara dengan jangka waktu yang spesifik dan relatif pendek. Seperti kasus Toyota Jidosha Kabushiki Kaisha Toyota Motor Corp mengajukan upaya hukum kasasi dalam perkara gugatan pembatalan merek milik PT Lexus Daya Utama. Kasasi ini diajukan untuk melawan putusan majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta yang menolak gugatan Toyota. Dalam putusannya, majelis hakim yang diketuai Nirwana merujuk pada Pasal 4 dan Pasal 6 ayat 1 huruf a UU Merek. Majelis berpendapat merek Lexus milik Lexus Daya Utama berlainan jenis dengan Toyota. Pasal rujukan majelis memang mensyaratkan bahwa yang dapat dibatalkan adalah merek yang didasarkan pada itikad tidak baik, dan terdapat persamaan pada pokoknya dengan merek yang sudah terdaftar terlebih dulu dalam daftar umum merek untuk barang yang sejenis. Universitas Sumatera Utara 70

BAB IV PENERAPAN UNSUR PERSAMAAN PADA POKOKNYA DALAM