Bentuk Penyelesaian Sengketa PENYELESAIAN SENGKETA TERKAIT MEREK YANG DILINDUNGI

9. Kasus sengketa merek produsen mobil Lexus dengan produsen helm bermerek Lexus. 62 10. Pemalsuan Produk Milk Bath merek the Body Shop di Jakarta. 63

B. Bentuk Penyelesaian Sengketa

Transaksi yang berkaitan dengan komersialisasi aset Intelektual sangat rentan dari perselisihan, hal ini bukan hanya muncu karena petimbangan pelanngaran atas ketentuan-ketentuan yang telah dituangkan dalam suatu susunan kontrak contractual arrangement untuk aktivitas komersialisasi Aset Intelektual namun sering kali karena pertimbangan ekonomi, hal ini umumnya mengambil keuntungan di luar kewenagannya dengan menyampaikan kepentingan dari mitra bisnis dari contractual party atau melanggar kepentingan pihak ketiga yang sangat berkepentingan atas komersialisasi aset intelektual tersebut. 64 Hukum yang seharusnya digunakan dala menyelesaikan suatu sengketa dalam pelaksanan kontrak dapat berupa pilihan hukum para pihak itu sendiri. Apabila para pihak tidak menentukan, akan berlaku hukum pilihan hakim. Permasalahan transaksi atas aktivitas komersialisasi aset intelektual misalnya perselisihan yang muncul akibta dari transakis jual beli,lisensi eksklusif, transfer of tehnology tidak saja muncul terhadap transaksi yang bersifat lokal namun juga sering teerjadi terhadap kontrak bisnis internasional. 61 http:indotrademark.comketika_viread_terganjal_viraat_berita37.html 62 http:finance.detik.comread2011060812060116557164lexus-menangkan- sengketa-merek-dengan-produsen-helm 63 http:etno06.wordpress.com20100110contoh-contoh-kasus-merek 64 Suyud Margono. Op.Cit. hlm 125 Universitas Sumatera Utara Apabila hukum pilihan para pihak sendiri yang diberlakukan, baik oleh lembaga peradilan maupun lembaga arbitrase sebagai the praper law of contract, maka pilihan itu dianggap mengikat dan berlaku sebagai hukum terhadap para pihak. Di Indonesia ketentuan ini diatur berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata. Namun penerpan pilihan hukum choice of law oleh par pihak tetap dibatasi oleh apa yang dikenal dengan public policy. Didalam menyelesaikan sengketa merek terdapat 3 tiga alternative diantaranya yaitu melalui lembaga penyelesaian sengketa, lembaga arbitrase dan lembaga pengadilan. namun dalam makalah ini khusus akan membahas mengenai lembaga alternative penyelesaian sengketa dalam menyelesaikan sengketa merek. Menurut UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa pada Pasal 1 angka 10 menyebutkan bahwa alternatif penyelesaian sengketa APS adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak yakni penyelesaian pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. 65 Alternatif penyelesaian sengketa APS adalah seperangkat pengalaman dan teknik hukum yang bertujuan untuk: 66 2. Mengurangi biaya litigasi konvensional dan pengunduran waktu yang biasa terjadi 1. Menyelesaikan sengketa hukum di luar pengadilan untuk keuntungan para pihak yang bersengketa 65 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. 66 Anggara, “Tentang Alterntif Penyelesaian Sengketa APS”, http:anggara.org20070917tentang-alternatif-penyelesaian-sengketa-aps , Diakses 17 Maret. 2014. Universitas Sumatera Utara 3. Mencegah terjadinya sengketa hukum yang biasanya diajukan ke pengadilan Jika disimak secara cermat aturan UU No. 30 Tahun 1999 menunjukkan bahwa lembaga APS sebagai lembaga perdamaian di luar pengadilan. Dahulu sebelum lahirnya UU tersebut lembaga perdamaian sudah dikenal cukup lama oleh masyarakat. Apabila ada sengketa, masyarakat terlebih dahulu melakukan penyelesaian dengan jalan perdamaian. Jika perdamaian tidak berhasil baru persoalannya diselesaikan dengan bantuan pihak ketiga. 67 Waktu itu dalam ada aturan tertulis tentang bagaimana tata cara melakukan usaha perdamaian. Masyarakat yang melakukan perdamaian dengan caranya sendiri dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat. Dalam musyawarah mereka yang bersengketa biasanya melakukan tawar-menawar negosiasi lebih dahulu dan jika mengalami jalan buntu baru meminta bantuan pihak ketiga seperti kepala adat atau kepada desa. Pihak ketiga mengusahakan mereka sampai tercapai kesepakatan. Apabila kesepakatan sudah tercapai maka dibuatlah perdamaian dan menjadi sengketa yang mereka hadapi. Dengan adanya UU No. 30 Tahun 1999 yang mengatur lembaga APS, memberikan kesan APS merupakan lembaga baru. Padahal lembaga tersebut sebenarnya bukan lembaga baru, hanya saja aturan tertulinya baru dituangkan pada tahun 1999 ke dalam UU. 68 67 Gatot Supramono, Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, hlm 53 68 Ibid. Universitas Sumatera Utara 1. Prinsip Alternatif Penyelesaian Sengketa APS Alternatif penyelesaian sengketa APS dilandasi prinsip “pemecahan masalah dengan bekerjasama yang disertai dengan itikat baik kedua belah pihak” dikarenakan dua alasan: 69 a. Jenis perselisihan membutuhkan cara pendekatan yang berlainan dan para pihak yang bersengketa merancang prosedur tata cara khusus untuk penyelesaian berdasarkan musyawarah. b. APS melibatkan partisipasi yang lebih intensif dan langsung dari kedua belah pihak dalam usaha penyelesaian sengketa. Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa menghendaki adanya kehendak para pihak yang bersengketa dengan sungguh-sungguh menyelesaikan sengketanya dengan perdamaian. Dengan kesungguhan niat tersebut harus pula diikuti bahwa mereka telah menutup rapat0rapat untuk menyelesaikan sengketa melalui pengadilan. 70 Dalam UU tersebut memberikan syarat, seperti disebutkan dalam Pasal 6 1 mereka harus mempunyai itikad baik untuk menyelesaikan sengketanya sendiri. Kedua belah pihak harus sama-sama beritikad baik untuk kepentingan tersebut. Untuk itikad baik datangnya harus dari dalam diri senidri. 71 Itikad baik dan kesungguhan untuk menggunakan lembaga alternatif penyelesaian sengketa APS dalam menyelesaikan sengketa bukan hal yang mudah dan dapat dilakukan bagi seseorang yang sedang menghadapi sengketa. Memang terasa sulit untuk dapat diwujudkan oleh masing-masing pihak akan 69 Anggara, Op, Cit., 70 Gatot Supramono, Op, Cit., 54. 71 Ibid Universitas Sumatera Utara kesadarannya untuk meniadakan beda pendapat. Mungkin pada awalnya kedua hal di atas ada pada diri mereka. Namun pada umumnya kendala yang sering ditemukan, karena sifat orang cenderung merasa dirinya paling benar sendiri. Kemudian orang kurang atau tidak mau mendengar apa yang disampaikan pihak lawan dan lebih cenderung mudah menyalahkan orang lain. Ketika pihak yang bersengketa dapat bertemu untuk menyelesaikan sengketa, sering terjadi masing- masing pihak kurang menguasai diri dalam berdialog. Jika keadaan kurang kondusif akan membuat pihak yang besengketa tidak dapat menunjukkan itikad baiknya dan tidak lagi tampak ada kesungguhan dalam usaha memperoleh perdamaian. 72 Untuk dapat melaksanakan itikad baik dan kesungguhan dalam menyelesaikan sengketa masing-masing pihak dibutuhkan pula sikap mental serta kominikasi yang baik sehingga dapat tercipta suasana yang enak, ramah dan penuh kekeluargaan 73 1. Bentuk dan Prosedur Penyelesaian Sengketa Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa APS a. Bentuk Alternatif Penyelesaian Sengketa APS Bentuk-bentuk Alternatif Penyelesaian Sengketa APS yaitu: 74 1 Negosiasi adalah suatu proses berkomunikasi satu sama lain yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kita ketika pihak lain menguasai yang kita inginkan. Menurut Hartman negosiasi adalah Proses komunikasi antara dua pihak, yang masing-masing mempunyai tujuan dan 72 Ibid. 73 Ibid. 74 Anggara, Op, Cit., Universitas Sumatera Utara sudut pandang mereka sendiri, yang berusaha mencapai kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak mengenai masalah yang sama. Menurut Casse, Negosiasi adalah proses dimana paling sedikit ada dua pihak dengan persepsi, kebutuhan, dan motivasi yang berbeda mencoba untuk bersepakat tentang suatu hal demi kepentingan bersama 75 2 Mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa dimana para pihak yang bersengketa memanfaatkan bantuan pihak ketiga yang independent untuk bertindak sebagai mediator penengah dengan menggunakan berbagai prosedur, teknik, dan keterampilan untuk membantu para pihak dalam menyelesaikan sengketa mereka melalui perundingan. Mediator tidak mempunyai kewenangan untuk membuat keputusan yang mengikat, tetapi para pihaklah yang didorong untuk membuat keputusan. Oleh karena itu bentuk penyelesaiannya adalah akta perdamaian antara para pihak yang berselisih. 76 Menurut Kenny mediasi adalah cara penyelesaian dengan melibatkan pihak ketiga, yaitu pihak ketiga yang dapat diterima accertable Artinya para pihak yang bersengketa mengizinkan pihak ketiga untuk membantu para rihak yang bersengketa dan membantu para pihak untuk mencapai penyenyelesaian. 77 3 Konsiliasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa dimana para pihak yang bersengketa memanfaatkan bantuan pihak ketiga yang independent untuk bertindak sebagai konsiliator penengah dengan menggunakan 75 Kenny, “Mediasi”, http:kennysiikebby.wordpress.com20110528mediasi , Diakses 17 Maret 2014. 76 Anggara, Op, Cit., 77 Kenny, Op, Cit., Universitas Sumatera Utara berbagai prosedur, teknik, dan keterampilan untuk membantu para pihak dalam menyelesaikan sengketa mereka melalui perundingan. Konsiliator mempunyai kewenangan untuk membuat keputusan yang bersifat anjuran. Oleh karena itu bentuk penyelesaiannya adalah putusan yang bersifat anjuran. 78 4 Konsultasi adalah pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan nasihat, saran, dan sebagainya yang sebaik-baiknya. Sedangkan istilah berkonsultasi ada dua yaitu a. bertukar pikiran atau meminta pertimbangan dl memutuskan sesuatu tentang tusaha dagang dan sebagainya, misalnya tokoh-tokoh bank berkumpul di Jakarta dan saling untuk memecahkan masalah perkreditan; b. meminta nasihat tentang kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. 79 b. Prosedur Penyelesaian Sengketa Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa APS 1 Pertemuan Langsung Prosedur dalam menyelesaiakan sengketa yang harus ditempuh oleh para pihak menurut Pasal 6 2 UU No. 30 Tahun 1999 adalah mengadakan pertuan langsung diantara mereka. Istilah pertemuan langsung mengandung arti mereka sendiri yang harus bertemu secara face to face disuatu tempat tertentu, pertemuan tidak boleh dilakukan melalui telepon atau teleconference, naupun kehadirannya 78 Anggara, Op, Cit., 79 “Konsultasi”, http:www.artikata.comarti-336101-konsultasi.html , Diakses Pada Tanggal 17 Maret 2014. Universitas Sumatera Utara diwakilkan oleh seorang kuasa. Maksud diaturnya pertemuan langsung supaya para pihak yang bersengketa sendiri yang menyelesaikan sengketanya. 80 2 Melakukan Negosiasi Dalam pertemuan awal para pihak para pihak dapat membeicarakan tempat dan waktu pertemuan tersebut yang dapat diadakan di rumah salah satu pihak, atau tempat yang netral misalnya disebuah restoran atau hotel terdekat. Jika pertemuan tersebut dapat dilangungkan, untuk dapat menuju tercapainya perdamaian cara yang digunakan adalah negosiasi. Para pihak yang bersengketa setelah bertemu di suatu tempat maka yang pertama dibicarakan adalah mengenai sengketa atau permasalahannya harus jelas lebih dahulu. Stelah itu baru jalan keluarnya dengan melakukan proses tawar-menawar untuk dapat mencari kesepakatan. Apabila penawaran yang berakhir tersebut dapat diterima, maka terjadilah kesepakatan di antara mereka. Sebaliknya apabila terjadi penolakan terhadap penawaran, maka sengketa masih dapay berlanjut dengan menggunakan alternative penyelesaian sengketa APS. 81 3 Meminta Bantuan Pihak Ke Tiga Jika proses negosiasi berjalan a lot, merasa kesulita untuk memperoleh titik temu, akan tetapi kedua belah pihak masih berharap sengketa dapat diselesaikan, maka berdasarkan Pasal 6 ayat 3 UU tersebut, dengan kesepakatan mereka dapat meminta bantuan kepada pihak ketiga. Yang dimaksud pihak ketiga adalah penasihat ahli dan mediator. Seorang ahli dibidang tertentu dapat diminta untuk memberika nasihat-nasihat yang berhubungan dengan persoalan dengan 80 Gatot Supramono, Op, Cit., 55. 81 Ibid., hlm 56 Universitas Sumatera Utara sengketa. Sedangkan mediator untuk melakukan tugas mediasi guna menjembatani usaha perdamaian. Mereka bebas dalam mencari siapa saja yang dapat menjadi penasihat ahli jumlahnya dapat dicari lebih dari satu orang, sedangkan mediator cukup hanya seorang. 82 Apabila hasil mediasi pada akhirnya kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan atau perdamaian, maka menjadi selesailah sengketa mereka karena apa yang diharapkan melalui lembaga APS sudah diperoleh dengan baik. Berdasarkan Pasal 6 ayat 7 UU No. 33 Tahun 1999 perdamaian tersebut harus dibuat secara tertulis. Ketentuan ini sejalan dengan Pasal 1851 2 KUHPerdata yang menegaskan bahwa perjanjian itu akan menjadi tidak sah apabila tidak dibuat secara tertulis. Keharusan secara tertulis karena untuk memudahkan pembuktian tentang adanya peristiwa perdamaian. Dengan menunjukkan akta perdamaian yang ditandatangani oleh kedua belah pihak sudah sebagai alat bukti mengenai kejadian tersebut. 83 Selain perjanjian perdamaian bersifat tertulis juga bersifat final artinya dengan tercapainya perdamaian maka sudah tidak ada lagi proses hukum lain untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Perjanjian perdamaian sudah tidak dapat lagi diubah oleh siapa pun termasuk para pihak yang bersengketa. Perjanjian perdamaian tinggal dilaksanakan. 84 Perjanjian yang sudah dibuat secara tertulis wajib didaftarkan ke Pengadilan Negeri PN. Kewajiban tersebut diatur dalam UU No. 30 Tahun 1999 Pasal 6 ayat 7. UU tersebut juga mewajibkan paling lama 30 hari setelah 82 Ibid. 83 Ibid. 84 Ibid., hlm 59 Universitas Sumatera Utara perjanjian tersebut ditandatangani kedua belah pihak harus sudah didaftarkan. Pendaftaran dimaksudkan hanya untuk kepentingan administratif saja. Pengadilan tidak ikut campur apa yang terjadi setelah perjanjian perdamaian didaftarkan dan pelaksanaannya merupakan tanggung jawab para pihak itu sndiri. Bagi pengadilan dengan pendaftaran tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui berapa banyak sengketa yang dapat dilaksanakan melalui lembaga APS. 85 Kemudian UU memberikan batasan bahwa dalam tempo maksimal 14 hari setelelah pihak yang diminta bantuannya tersebut bekerja dan ternyata mereka tidak berhasil mencapai kata sepakat atau mediator tidak berhasil mempertemukan kedua belah pihak, maka pihak yang bersengketa dapat menghubungi sebuah lembaga arbitrase atau lembaga APS untuk menunjuk seorang mediator. Jadi setelah dengan bantuan penasihat ahli maupun mediator masih gagal untuk mencapai perdamaian, maka prosesnya tidak berhenti sampai disitu melainkan para pihak mencari mediator lagi dengan bantuan pihak ketiga tersebut dalam rangka melanjutkan mediasinya. 86 Jika perdamaian dengan melaui lembaga APS tidak mencapai suatu kesepakatan untuk berdamai, UU No. 30 tahun 1999 memberikan jalan keluar tetap mengesampingkan penyelesaian melalui pengadilan. Penyelesaiannya yang dikehendaki adalah melalui lembaga arbitrase. Dan apabila melalui lembaga arbitrase terdapat salah satu pihak yang susah untuk diajak bertemu dan membuat 85 Ibid. 86 Ibid. Universitas Sumatera Utara perjanjian arbitrase maka para pihak yang bersengketa dapat langsung mengajukan gugatan ke pengadilan. 87

C. Penyelesaian Sengketa Terkait Merek Yang Dilindungi