Persyaratan Substantif dalam Merek

4. Merek nama Bentuk ini mempunyai daya pembeda dalam wujud nama antara barang atau jasa yang satu dengan barang atau jasa yang lain yang sejenis. Merek nama dapat berupa nama orang, nama badan, nama kota-tempat, nama benda budaya, nama makhluk hidup, dan benda mati. Contoh: “Louis Viton” untuk tas, “Vinesia” untuk dompet. 5. Merek kombinasi Bentuk ini mempunyai daya pembeda dalam wujud lukisangambar dan kata anatara barang atau jasa yang satu dengan barang atau jasa yang lain yang sejenis. Merek kombinasi dapat bberupa kombinasi kata dan warna, lukisan dan kata, ataupun kata dan susunan warna serta kombinasi lainnya. Contoh: jamu “Nyonya Meneer” yang merupakankombinasi gambar seorang nyonya dan kata-kata “Nyonya Meneer”. 33 Persyaratan substantif suatu merek untuk mendapatkan hak merek diatur dalam Pasal4, Pasal 5, dan Pasal 6 UUM No 15 Tahun 2001. Sebuah merek dapat disebut merek bila memenuhi syarat mutlak berupa adanya daya pembeda yang cukup capable of distinguishing. Maksudnya, tanda yang dipakai sign tersebut mempunyai kekuatan untuk membedakan barang atau jasa yangdiproduksi suatu perusahaan dari perusahaan lainnya. Untuk mempunyai daya pembeda ini, merek

B. Persyaratan Substantif dalam Merek

33 Adrian Sutedi, Hak atas Merek, Jakarta: Sinar Grafika, 2009 hlm 105 Universitas Sumatera Utara harus dapat memberikan penentuan individualishing pada barang atau jasa yang bersangkutan. 34 Tinjauan umum itikad tidak baik diatur awalnya dalam Burgelijk Wetbook yang lazim disebut dengan Kitab Undang-undang Hukup Perdata KUHPerdata, namun pengaturan yang dimaksud dalama KUHPerdata bukan melainkan tentang prinsip itikat tidak baik namun prinsip itikat baik. Itikat baik adalah lawan kata dari itikad tidak baik. Perlindnungan hukum harus diberikan kepada pihak yang bertikat baik, sebaliknya pihak yang tidak bertikat tidak baik tidak perlu mendapat perlindungan tanpa mengurangi arti pentingnya Pasal 549 KUHPerdata. Menurut penjelasan Pasal 4 UUM No 15 Tahun 2001 adalah pemohon yang mendaftarakan Mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apa pun untuk membonceng, meniru atau menjiplak ketenaran Merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugia pada pihak lain itu atau menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh, atau myesatkan konsumen. Contohnya, Merek Dagang A yang sudah dikenal masyarakat secara umum sejak bertahun-tahun, ditiru demikian rupa sehingga memiliki persamaan pada pokoknyaatau keseluruhannya dengan Merek Dagnga A tersebut. Dalam contoh itu sudah terjadi itikad tidak baik dari peniru karena setidak-tidaknya patut diketahui unsur kesengajaannya dalam meniru Merek Dagng yang sudah dikenal tersebut. 35 34 Racmadi Usman. Op.cit hlm 326 35 Djaja S Meilala, Masalah Itikat Tidak Baik dalam KUHAPedata, Bandung: Binacipta.1987, hlm 1 Itikat tidak baik baik dapat diartikan sebagai perbuatan tidak jujur. Pada dasarnya KUHPerdata tidak menerangkan secara jelas mengenai arti dari itikad tidak baik. Universitas Sumatera Utara Masalah itikat tidak baik erat kaitannya dengan kesadaran hukum masyarakat yang memerlukan pembinaan dan pengauran karena semakin tinggi kesadaran hukum masyaraakat semakin tinggi pula lesadaran merek tentang hak dan kewajibannya. Beberapa ketentuan yang mengatur tentang itikad tidak baik dalam KUHPerdata antara lain: 1. Pasal 548 dan 549 KUHPerdata : Tiap-tiap kedudukan berkuasa yang bertikat tidak baik, memberi kepada si pemangkuya hak-hak kebendaan yang dikuasai sebagai berikut: 36 a. Bahwa ia sampai pada saat kebendaan itu dituntut kembali di muka hakim, sementara harus dianggap sebagai pemilik kebendaan; b. Bahwa ia karena daluarsa dapat memperoleh hak milik atas kebendaan itu; c. Bahwa ia pada saat penuntutan kembali akan kebendaan itu di muka hakim, berhak menikmati hasilnya; d. Bahw aia garus dipertahankan dalam kedudukannya, bilaman diganggu dalam memangkunya, ataupun dipulihkan kembali dalam itu, bilamana kehilangan kedudukannya; Jadi salah satu dari kedudukaberkuasa dari pihak yang beritikad baik menyebabkan si pemegang kedudukan berkuasa tersebut memeproleh hak milik atas benda tersebut. Sebaliknya, pihak yang beritikad tidak baik yang memeperoleh kedudukan berkuasa tidak akan memperoleh hak milik atas benda tersebut. 36 Republik Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Perdata.L.N1924-556 Tahun 1925. Pasal.548 Universitas Sumatera Utara Selanjutynya, terhdap berkuasa yang beritikad tidak baik diatur dalam Pasal 549 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa tiap-tiap berkuasa yang beritikad tidak baik memberi kepada si pemangkunya, hak-hak kebendaan yang dikuasai sebagai berikut: 37 a. Bahwa ia sampai pada saat kebendaan itu dituntut kembali di muka hakim, sementara harus dianggap sebagai pemilik kebendaan; b. Bahwa ia menikmatii segala hasil kebendaan, namun dengan kewajiban akan mengembalikannya kepada yang berhak; c. Bahwa ia harus dipertahankan dan dipulihkan dalam kedudukannya seperti yang telah dikatakan dalam Pasal 4 yang lalu; dan 1. Pasal 530 dan 531 KUHPerdata Pasal 530 menerangkan tentang penguasaankepemilikkan atas suatu benda terdapat itikad tidak baik atau itikat buruk. Sedangkan Pasal 531 menerangkan bahwa itikat tidak baik merupakan tanda penguasaan yang sah atas benda, sebaliknya itikat tidak buruk merupakan tanda penguasaan yang tidak sah atas suatu benda. 2. Pasal 575 KUHPerdata Pasal ini meneranagkan bahwa hak untuk menikmati kebendaaan terhadap suatu penguasaan benda diberikan kepada yang beritikad baik Pengertian itikad tidak baik yang terdapat dalam Pasal 548, 549, 530, 531, dan 575 sebagaimana diterangkan diatas merupakan pengertian yang terdapat 37 Ibid, Pasal 549 Universitas Sumatera Utara dalam buku II KUHPerdata tentang benda. Merek itu sendiri termasuk benda immateril yang tidak dapat memberikan apapaun secara fisik. 38 Menurut penjelasan UUM No 15 Tahun 2001 Pasal 6 ayat 1 huruf a, yang dimakud dengan persamaan pada pokoknya adalah kemitipan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara Merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengani bentuk, cara penempatan, cara penulisan, atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang Menurut penjelasan Pasal 5 UUM No 15 Tahun 2001 huruf a termasuk dalam bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum adalah apabila penggunaan tanda tersebut dapat menyinggung persaaan, kesopanan, ketenteraman, atau keagamaan dar khalayak umum atau dari golongan masyrakat tertentu. Pada huruf b tanda dianggap tidak memiliki daya pembeda apabila tanda tersebut terlalu sederhana seperti satu tanda garis atau satu tanda titik, ataupun terlalu rumit sehingga tidak jelas. Dan pada huruf c salah satu contoh Merek seperti ini adalah tanda tengkorak di atas dua tulang yang bersilang, yang secara umum telah diketahui sebagai tanda bahaya. Tanda seperti itu adalah tanda yang bersifat umum dan telah menjadi milik umum. Oleh karena itu, tanda itu tidak dapat digunakan sebagai Merek. Dan penjelasan pada huruf d merek tersebut berkaitan atau hanya menyebutkan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya, contohnya Merek Kopi atau gambar kopi untuk jenis barang kopi atau untuk produk kopi. 38 OK.Saidin, Op.cit., hlm 330. Universitas Sumatera Utara terdapat dalam merek-merek tersebut. Pada huruf b penolkan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek terkenal untuk barang danatau jasa yang sejenis dilakukan engan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan. Di samping itu, diperhatikan pula reputasi Merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek tersebut di beberapa negara. Apabila hal-hal di atas belum dianggap cukup maka, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukam survei guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya Merek yang menjadi dasr penolakan. Merek itu harus merupakan suatu tanda, yang dapat dicantumkan pada barang yang bersanggkutan atau bungkusan dari barang itu. Jika suatu barang hasil produksi suatu perusahaan tidak mempunyai kekuatan pembedaan dianggap sebagai tidak cukup mempunyai kekuatan pembedaan dan karenanya bukan merupakan merek. 39

C. Merek terdaftar