Hambatan-Hambatan Kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Dalam Implementasi Pengarusutamaan Gender Di Kota Medan

71

V.3 Hambatan-Hambatan

Cita-cita dari Pengarusutamaan gender adalah terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender. Namun dalam proses implementasinya banyak ditemukan hambatan-hambatan, sehingga mempengaruhi kinerja badan PP dan KB kota Medan dalam proses implementasinya. Berikut hambatan-hambatan yang dirasakan Badan PP dan KB dalam proses implementasi PUG di kota Medan : 1. Minimnya anggaran dana Ketersediaan anggaran dana masih sangat terbatas untuk menjalankan setiap program dan kegiatan yang ada. Sehingga setiap program dan kegiatan yang telah direncanakan tidak dapat diselenggarakan secara maksimal seperti yang telah diharapkan. Namun, dalam hal ini, bukan berarti kegiatan dan program tersebut sama sekali tidak berjalan. Program dan kegiatan tetap berjalan namun tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil wawancara, informan menyatakan hal tersebut terjadi karena pemahaman perumus kebijakan yang belum paham tentang permasalahan gender, sehingga dana yang diterima untuk permasalahan gender menjadi sangat terbatas. Wawancara dengan Kepala Sub Bidang Pemberdayaan Perempuan, ibu Eli Ratna, tanggal 15 September 2015. 2. Kurangnya koordinasi antar SKPD Hambatan lain yang dirasakan badan PP dan KB dalam mengimplementasikan PUG di kota Medan adalah kurangnya koordinasi dari antar SKPD. Berdasarkan hasil wawancara, informan menyatakan dalam hal kecil saja SKPD yang ada menunjukkan sikap yang kurang peduli. Hal ini dibuktikan 72 pada saat badan PP dan KB meminta data terpilah, balasan atau data yang dikirim SKPD prosesnya sangat lama, sehingga hal tersebut menghambat kinerja badan PP dan KB khususnya bidang pemberdayaan perempuan. 3. Minimnya jumlah perempuan di posisi pengambil keputusan Minimnya jumlah perempuan dalam mengambil keputusan membuat kebutuhan perempuan kurang diperhatikan. Berdasarkan data dari Pemko Medan, hanya ada beberapa dinas yang kepala dinasnya adalah perempuan, sehingga kebutuhan perempuan menjadi kurang didengarkan pada saat pembuatan keputusan. 4. Faktor budaya patriarki masih melekat Masih melekatnya budaya patriarki adalah salah satu hambatan yang tersulit yang dihadapi. Masih kentalnya faktor budaya ini mengakibatkan munculnya pemikiran bahwa pengarusutamaan gender hanya akan menguntungkan bagi pihak perempuan saja. Wawancara dengan Kepala Sub Bidang Pemberdayaan Perempuan, ibu Eli Ratna, tanggal 15 September 2015. Apabila pemikiran tersebut tidak dapat dihilangkan baik dari kalangan pemerintahpembuat kebijakan maupun masyarakat, maka semakin lama kabutuhan perempuan akan tetap termarjinalkan dengan kebutuhan laki-laki. Hal ini juga mengakibatkan kesempatan perempuan untuk berdiri di ruang publik menjadi sempit dan lambat laun kaum perempuan kan mengalami ketertinggalan. Dikatakan sebagai hambatan tersulit adalah karena untuk mengubah pola pikir, yang dibutuhkan bukan hanya pemahaman dari luar saja melainkan juga harus melalui diri sendiripribadi seseorang tersebut serta lingkungannya. 73 5. Terbatasnya data Hal ini dibuktikan sendiri oleh peneliti dimana pada saat proses penelitian berlangsung, peneliti kesulitan untuk mendapatkan data terutama data mengenai laporan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Badan PP dan KB.

V.4 Strategi Untuk Mengatasi Hambatan