3. Gabah Kering Giling GKG, adalah gabah yang mengandung kadar air
maksimal 14 , kotoranhampa maksimal 3 , butir hijaumengapur maksimal 5 , butir kuningrusak maksimal 3 dan butir merah maksimal
3 Anonimous, 2010. Harga dasar sebagai instrumen untuk melindungi petani dari jatuhnya harga saat
panen karena surplus musiman serta jaminan terhadap profitabilitas usahatani padi yang wajar masih diperlukan. Tingkat harga dasar perlu ditetapkan secara
nasional. Ukuran yang dapat dipakai adalah seberapa besar peranan harga diharapkan menyumbang pendapatan petani, serta seberapa besar tingkat proteksi
yang diberikan kepada petani terhadap harga beras dunia. Semakin tinggi kontribusi pendapatan dan proteksi yang diharapkan akan meningkatkan tingkat
harga dasar Sumodiningrat, 2001.
2.2. Landasan Teori
Kenaikan HPP gabah bisa dinikmati oleh petani, pemerintah meminta Perum Bulog meningkatkan penyerapan gabah, tidak memfokuskan hanya pada beras.
Selama ini Bulog lebih banyak menyerap beras, sehingga yang menikmati keuntungan adalah mitra kerjanya yaitu perusahaan penggilingan gabahberas.
Padahal Bulog mempunyai 130 Unit Penggilingan Gabah Beras UPGB di seluruh Indonesia namun khusus untuk daerah penelitian ini belum ada Bulog.
Karena lembaga itu lebih banyak membeli beras, akhirnya banyak UPGB yang tidak optimal. Data Perum Bulog, hingga 8 Desember 2009 penyerapan
gabahberas sudah sekitar 3,6 juta Ton. Jumlah itu masih di bawah sasaran sebanyak 3,8 juta Ton. Namun sudah lebih tinggi dari penyerapan tahun 2008
Universitas Sumatera Utara
yang hanya 3,2 juta Ton. Pemerintah juga berharap dengan kenaikkan HPP GKP sebesar 10 , pendapatan petani akan meningkat sekitar Rp 1 juta Ha. Jumlah
itu dengan asumsi, biaya produksi petani tidak naik, kecuali pupuk. Namun demikian dalam usaha tani, pengeluaran petani untuk membeli pupuk hanya
sekitar 7-10 Sinar tani, 2010. Harga jual jarang mempunyai hubungan yang pasti dengan harga pokok, oleh
karena persaingan dan elastisitas permintaan perlu juga diperhitungkan. Laba tergantung pada kombinasi yang memuaskan antara harga dan volume oleh karena
itu volume harus dianggap sebagai faktor variabel dalam mengumpulkan data tentang biaya yang akan dipergunakan sebagai pedoman dalam penetapan harga
jual Soemarsono, 1990. Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-
faktor produksi dengan produk atas hasil yang akan diperoleh. Hal ini disebut dengan hubungan antara input dengan output. Di samping itu dalam menghasilkan
suatu produk tertentu dapat digunakan input yang lain. Pengetahuan tentang ilmu ekonomi dapat memberikan dasar untuk perencanaan usahatani dan pemilihan
altenatif usaha. Konsep marjinalitas dapat menjelaskan besarnya perubahan akibat perubahan satu satuan faktor tertentu sahingga konsep ini banyak digunakan.
Prinsip-prinsip ekonomi tersebut dapat diterapkan secara luas sebab dapat menjelaskan hubungan-hubungan relationships yang dapat menyelesaikan
masalah mengenai berbagai upaya usahatani dan profitabilitas Suratiyah, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua
golongan sebagai berikut 1.
Faktor internal umur petani, pendidikan, pengetahuan, keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan, dan modal dan faktor eksternal input yang
meliputi ketersediaan dan harga, output yang meliputi permintaan dan harga 2.
Faktor manajemen yaitu petani sebagai manajer harus dapat mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh
keputusan yang memberikan pendapatan yang maksimal. Petani sebagai jurutani harus dapat melaksanakan usahataninya dengan sebaik-baiknya, yaitu
penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga akan diperoleh manfaat yang setinggi-tingginya.
Suratiyah, 2006. Efisiensi usahatani dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis, efisiensi
harga dan efisiensi ekonomis. Ketiga macam efisiensi ini penting untuk diketahui dan diraih oleh petani bila ia menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Umumnya memang petani tidak mempunyai catatan usahatani farm recording sehingga sulit bagi petani untuk melakukan analisis usahataninya. Petani hanya
mengingat-ingat cash flow anggaran arus uang tunai yang mereka lakukan walaupun sebenarnya ingatan itu tidak terlalu jelek karena mereka masih ingat
bila ditanya tentang berapa output yang mereka peroleh dan berapa input yang mereka gunakan Soekartawi, 1995
Universitas Sumatera Utara
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produk yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut:
y n
i
P Y
TR .
1
∑
=
=
Keterangan : TR
= Total Penerimaan Y
= Produksi yang diperoleh dalam usahatani P
y
= Harga Y n
= Jumlah macam tanaman yang diusahakan Struktur usahatani bisanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu: Biaya tetap Fixed
Cost dan Biaya tidak tetap Variable Cost. Biaya tetap ini biasanya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya tetap adalah sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi.
Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.
Contohnya biaya untuk sarana produksi, kalau menginginkan produksi yang tinggi maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya
sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan dan ketersediaan modal yang dimiliki petani.
Cara menghitung biaya tetap adalah
∑
=
=
n i
i i
Px X
FC
1
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : FC
= Biaya tetap X
i
= Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap P
xi
= Harga input n
= Macam input Untuk menghitung nilai penyusutan dapat dihitung dengan metode garis lurus
straight line method
ekonomis Umur
sisa Nilai
Cost tahun
per Penyusu
− =
tan Biaya total merupakan total biaya sarana produksi yang digunakan dalam
usahatani selama proses produksi berlangsung. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:
VC FC
TC +
=
Keterangan : TC
= Total Cost Biaya total FC
= Fixed Cost Biaya tetap VC
= Variable Cost Biaya tidak tetap Suratiyah, 2006.
Pada akhir tahun 1967 Departemen Pertanian meletakkan suatu ancer-ancer harga terendah Floor Price untuk beras dalam bentuk rumus tani. Rumus ini
menentukan bahwa harga terendah beras pada tingkat usahatani sekurang- kurangnya harus sama dengan pupuk urea, karena sebagian besar pupuk urea
masih harus diimpor.
Universitas Sumatera Utara
Rumus ini ditulis sebagai berikut:
2 .
. 5
, 1
B A
P =
Keterangan: P
: Harga terendah untuk padi pada level usahatani A
: Harga CIF Cost, Insurance and Freight pupuk urea asal impor dalam rupiah
B : Kurs BE bonus ekspor yang berlaku di pasar bebas, dinyatakan dalam
rupiah per US dolar. Puspoyo, 1999.
Cara perhitungan harga dasar dengan pendekatan Incremental Benefit Cost Ratio IBCR. Besarnya kenaikan produksi dibandingkan dengan tambahan biaya
karena mengikuti program Bimas dipakai sebagai patokan untuk menghitung seberapa besar harga minimum yang harus diterima petani. Formula IBCR dapat
ditulis sebagai berikut:
c b
a Q
P IBCR
− −
= 1
.
Keterangan : P
: Harga padi dalam Rpkg sebagai harga dasar yang dicari Q
: Tambahan hasil kgha a
: Pajak b
: Upah c
: Tambahan biaya Rpha Puspoyo, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Break Event Point BEP merupakan suatu keadaan impas atau kembali modal sehingga usaha tidak untung dan tidak rugi atau hasil penjualan sama dengan
biaya yang dikeluarkan.
oduksi Total
oduksi Biaya
Total a
H BEP
Pr Pr
arg =
Analisa BEP analisa keseimbangan Break Event Point adalah suatu metode untuk mempelajari hubungan penjualan, biaya, dan laba. Analisa ini mempunyai
faedah atau kegunaan sebagai berikut: 1.
Menunjukkan hubungan dengan penjualan, biaya produksi dan laba. 2.
Menunjukkan pengaruh perubahan penjualan atas laba. 3.
Dapat dipergunakan untuk membuat proyeksi akibat perubahan biaya atau laba.
4. Dapat dipergunakan untuk membuat prediksi jumlah penjualan tetapi
dikehendaki laba konstan. Wasis, 1986.
Kerangka Pemikiran
Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi padi sawah di Indonesia. Salah satu daerah penghasil padi di Provinsi Sumatera Utara adalah Kabupaten
Deli Serdang. Di daerah ini, masyarakatnya hidup dari berbagai macam mata pencaharian, salah satu mata pencahariaanya adalah sebagai petani dan salah satu
komoditas yang diusahakan petani adalah padi sawah. Hampir setiap tahunnya produksi padi meningkat dari tahun ketahun. Oleh karena itu layak dikatakan jika
daerah ini merupakan sentra produksi padi di Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Usahatani padi adalah sistem budidaya padi yang dijalankan oleh petani dengan memanfaatkan faktor produksi seoptimal mungkin yang bertujuan untuk
menghasilkan produktivitas padi yang tinggi guna mengganti seluruh biaya yang telah dikorbankan mulai lahan diolah hingga padi siap untuk dipanen dan dijual.
Usahatani disini dapat diartikan berupa usaha yang dilakukan oleh petani pemilik, penggarap, atau penyewa lahan pada sebidang lahan yang dikuasainya, tempat
petani mengelola input produksi yang tersedia dengan segala pengetahuan dan kemampuannya untuk memperoleh hasil.
Penerimaan dapat diperoleh setelah produksi gabah dikalikan dengan harga yang berlaku. Besarnya penerimaan selain dipengaruhi oleh produksi juga sangat
dipengaruhi oleh harga baik itu harga di petani, di penggilingan maupun di Bulog. Untuk melindungi petani maka pemerintah menetapkan harga pembelian
pemerintah HPP terendah baik dipetani, dipenggilingan maupun di Bulog. Penerimaan tersebut bukanlah mutlak menjadi keuntungan atau pendapatan bagi
petani. Untuk mendapatkan pendapatan bersih maka petani perlu melakukan analisis usahatani yaitu memperhitungkan seluruh biaya yang dikeluarkan mulai
dari perencanaan sampai siap dipasarkan. Besar pendapatan petani tentu saja akan bervariasi karena harga penjualan petani
yang satu dengan petani lain tidak akan sama. Ada kecenderungan petani menjual gabahnya diatas atau dibawah HPP yang ditetapkan oleh pemerintah dan
penelitian ini juga mencoba menelusuri keadaan ini secara langsung dari petani. Dengan demikian secara sistematis akan dapat diasumsikan bahwa apakah
kenaikan HPP tersebut menolong meningkatkan pendapatan petani atau tidak,
Universitas Sumatera Utara
perlu diteliti. Dari uraian diatas, secara sistematis kerangka pemikiran dapat dikemukakan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan
Lingkungan Keterangan:
: Berpengaruh Langsung
Gbr 2. Kerangka Pemikiran
Petani
Usahatani Padi Sawah
Produksi Gabah
Produktivitas Penerimaan
Harga Jual Sebelum Kenaikan HPP
1 Januari 2010 Harga Jual Setelah
Kenaikan HPP 1 Januari 2010
Pendapatan Bersih
Sebelum Kenaikan HPP
Sesudah Kenaikan HPP
Pengaruh - Turun
+ Naik = Tetap
Universitas Sumatera Utara
2.4. Hipotesis Penelitian