V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Usahatani Padi Sawah di Daerah Penelitian
Pertanian merupakan sumber penghasilan utama di daerah penelitian dimana 85 jumlah KK yang ada didaerah penelitian bermatapencaharian petani. Yang
menjadi komoditas utama adalah padi sawah dan selanjutnya pola tanam di desa tersebut dapat dilihat pada gambar 1.
5.1.1. Pengolahan Lahan
Pengolahan sawah atau pembajakan dilakukan lebih kurang satu bulan sebelum tanam dengan menggunakan jetor atau hand traktor. Petani dapat menyewa jetor
dengan harga Rp 750.000 ha atau sebesar Rp 30.000rante. Biaya ini sudah termasuk biaya pembajakan dan perataan tanah. Setelah pembajakan pertama,
kira-kira 21 hari lagi dilakukan perataan tanah dengan menggunakan jetor juga dan kemudian satu atau dua hari lagi dilakukan penanaman. Perataan tanah
dilakukan untuk memecah bongkahan tanah hasil bajakan menjadi pecahan- pecahan tanah yang lebih kecil dan halus sekaligus untuk meratakan permukaan
lahan. Di daerah penelitian biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk pengolahan lahan rata-rata Rp. 680.000 per petani untuk sebelum dan sesudah kenaikan HPP.
5.1.2. Persemaian
Dalam melakukan persemaian, tanah untuk persemaian telah dipersiapkan lebih dahulu, yaitu di areal persawahan itu juga. Persemaian ini dilakukan seminggu
setelah pembajakan pertama. Benih sebelum disemaikan terlebih dahulu direndam dalam air selama 2-3 hari sampai benih berkecambah kemudian benih disebar di
Universitas Sumatera Utara
tempat yang telah dipersiapkan. Setelah bibit berumur ± 21 hari, bibit telah siap untuk di pindahtanamkan. Didaerah penelitian varietas yang digunakan adalah IR-
64 dan Ciherang dengan umur tanaman ± 100 hari. Benih yang disemaikan oleh petani berasal dari benih sendiri yang dipersiapkan dari gabah yang berasal dari
panen sebelumnya. Banyaknya benih yang digunakan oleh petani rata-rata 69,97 Kg per petani atau 79,017 Kg per Ha. Keadaan ini menunjukkan bahwa
petani di daerah penelitian menggunakan benih dengan dosis 316 melebihi dari dosis anjuran artinya penggunaan benih terlalu boros . Oleh karena itu sebaiknya
jumlah benih dikurangi dengan ketentuan dosis sedikit diatas anjuran yaitu berkisar 30-35 Kg Ha, maka biaya untuk kebutuhan bibit dapat ditekan. Jumlah
benih yang digunakan petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP 1 Januari 2010 dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Jumlah Benih yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP 1 Januari 2010
Uraian Sebelum
Kenaikan HPP Sesudah
Kenaikan HPP Anjuran
Per Petani a.
Jumlah Kg b.
Biaya Per Ha
a. Jumlah
b. Biaya
69,97 230.490
79,017 264.160
69,97 262.610
79,017 299.080
23 -
25 -
Sumber: Data diolah dari lampiran 2;3;4a;4b;5a;5b 5.1.3. Penanaman
Bibit dipersemaian yang dicabut adalah bibit yang sudah berumur ± 21 hari dan langsung ditanam pada hari itu juga atau 1-2 hari kemudian. Penanaman padi
dilakukan dengan jarak tanam 10 × 10 cm dengan kedalaman 3-4 cm. Setiap lubang tanam bibit yang digunakan 5-8 batang. Rataan penggunaan benih per
musim tanam di daerah penelitian adalah 79,017 kgha. Sementara anjuran dari
Universitas Sumatera Utara
Dinas Pertanian penggunaan benih untuk lahan dengan sistem tanam legowo 4:1 adalah 25 kgha, jarak tanam 20 × 10 cm dan 1-3 batang per lubang tanam.
Kelebihan penggunaan benih di daerah penelitian disebabkan oleh sistem penanaman padi masih konvensional. Banyaknya bibit yang digunakan per lubang
tanam diakibatkan oleh serangan keong mas yang bisa menyebabkan matinya bibit yang telah ditanam. Jika bibit yang digunakan hanya 1-3 batang per lubang
tanam petani mengantisipasinya dengan menambah jumlah bibit yang ditanam. Penanaman dilakukan oleh para wanita sebagai tenaga kerja dalam keluarga
ataupun luar keluarga. Sebelum kenaikan HPP upah menanam padi Rp 20.000rante dan setelah kenaikan HPP 1 Januari 2010 menjadi
Rp 22.000rante.
5.1.4. Pengairan