Masalah-masalah yang dihadapi petani padi sawah di daerah penelitian

petani sebelum kenaikan HPP gabah per 1 Januari 2009 17,44 lebih rendah dibandingkan dengan sesudah kenaikan HPP gabah per 1 Januari 2010 19,39 . Sehingga hipotesis yang menyatakan ada perbedaan pendapatan usahatani padi sawah sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah di daerah penelitian dapat diterima.

5.5. Masalah-masalah yang dihadapi petani padi sawah di daerah penelitian

Ada beberapa masalah yang dihadapi petani padi sawah di daerah penelitian dalam menjalankan kegiatan usahataninya yaitu 1. Benih yang digunakan petani kualitasnya rendah Modal usahatani yang terbatas menjadi latar belakang utama dalam efisiensi penggunaan sarana produksi benih. Hal ini juga yang menyebabkan petani di daerah penelitian tidak membeli benih yang berlabel dari toko yang menjadi distributor karena harganya mahal berkisar Rp. 10.000 Kg. Petani memilih untuk memakai bibit dari hasil panennya sendiri ataupun dari hasil panen petani lainnya yang dianggap lebih baik kualitasnya. Kondisi inilah yang menyebabkan penggunaan benih semakin banyak karena ada kemungkinan benih yang dibibitkan tidak semuanya tumbuh. Jumlah benih menurut anjuran 25-30 Kg Ha tetapi petani menggunakan benih 79,02 Kg Ha. 2. Serangan hama ulat penggulung daun, keong mas dan sundep menyebabkan produksi menurun. 3. Harga jual gabah pada saat panen rendah Pada saat panen raya biasanya terjadi kelebihan produksi sementara pada kondisi yang sama permintaan konsumen atas beras adalah tetap yang Universitas Sumatera Utara menyebabkan kelebihan penawaran akan hasil panen oleh petani yang menyebabkan harga jual menurun. Dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi maka upaya-upaya yang dilakukan petani adalah 1. Petani memilih benih sendiri walaupun benih yang digunakan tersebut bukan yang bersertifikat dengan melakukan perendaman sehingga benih yang kosong akan terapung. 2. Upaya mengatasi serangan hama sundep dilakukan dengan penyemprotan dengan menggunakan insektisida Spontan secara teratur, keong mas diatasi dengan cara penyemprotan insektisida Molluscic secara teratur dan ulat penggulung daun diatasi dengan penyemprotan insektisida Match. 3. Harga jual pada saat panen yang rendah maka upaya yang dilakukan petani hanya menjual gabahnya dengan jumlah tertentu cukup untuk membayar pengeluaran usahatani yang mendesak seperti membayar sewa lahan atau iuran irigasi dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Persentase kenaikan harga penjualan gabah petani dibandingkan dengan persentase kenaikan HPP gabah mulai tahun 2006-2010 di daerah penelitian tergolong tinggi yaitu sebesar 19,39 . 2. Ada perbedaan pendapatan usahatani petani padi sawah sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah 1 Januari 2010. Pendapatan sesudah kenaikan HPP gabah per 1 Januari 2010 meningkat sebesar Rp 2.327.290 per petani per musim tanam 18,73 dari pendapatan sebelum kenaikan HPP gabah per 1 Januari 2010.

6.2. Saran

Disarankan kepada petani agar selalu mencari informasi tentang HPP gabah sehingga ketika petani menjual gabahnya dapat membandingkan harga yang ditetapkan dipenggilingan dengan HPP gabah dan supaya menggunakan benih bersertifikat supaya produktivitas bisa lebih tinggi. Disarankan kepada pemerintah agar selalu melakukan kontrol terhadap lembaga pemasaran gabah untuk mencegah terjadinya fluktuasi harga yang berlangsung cepat dan supaya informasi kenaikan HPP gabah disosialisasikan kepada petani. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar meneliti tentang tingkat pengetahuan petani tentang informasi harga pembelian pemerintah HPP dalam usahatani padi sawah dan mengapa belum memasyarakat Universitas Sumatera Utara